Mewaspadai Liberalisasi Remaja Melalui Budaya Valentine

HTI Press. Remaja makin mengkhawatirkan. Berbagai pemahaman negatif mudah sekali bercokol dalam benak pemilik darah muda ini. Tak beda dengan remaja Indonesia saat ini, remaja Lampung pun demikian. Dalam euforia valentine yang semakin kental dalam perhelatan tahunan masyarakat, remaja pun semakin menikmati sajian aktivitas dari budaya Barat ini. Dan dipastikan, remaja kian liberal (bebas). Tata pergaulan makin jauh dari Islam. Akhirnya, remaja mulai kehilangan jati diri seorang remaja muslim. Remaja yang smart, taat pada perintah Allah dan selalu melakukan hal-hal yang positif.

Kesalahan krusial terjadi pada remaja, peran keluarga yang lemah, masyarakat yang semakin acuh, dan didukung dengan kebijakan pemerintah yang tidak preventif. Kunci permasalahan tidak lain dari akidah. Akidah individu remaja yang lahir dari didikan keluarga sejak dini, yang terpancar darinya aturan-aturan Allah untuk menjalani aktivitas hidup. Dan ini juga membutuhkan dukungan peran dari negara dan adanya kontrol dari masyarakat. Semua ini akan menjadi padu dan terlaksana jika yang diterapkan adalah sistem yang berdasarkan aturan Islam. Islam rahmatan lil ‘alamin.

Uraian tersebut disampaikan oleh Siska Maylana Dari, S.Pd (Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Chapter Kampus Lampung) dalam kerja sama siaran program live interactive “Halo Lampung” di Radar TV Lampung pada Selasa (5 Februari 2013). Siaran yang berlangsung di bulan yang ketat dengan nuansa pink ini mengusung tema “Liberalisasi Remaja Melalui Budaya Valentine”.

“Valentine’s day bukan berasal dari Indonesia. Terlebih lagi bukan berasal dari Islam. V day berasal dari Romawi kuno. Ketika Barat masuk ke Indonesia, budaya ini mulai dicekokkan ke masyarakat. Dan remaja yang minim pedoman sangat menyenangi budaya Barat yang serba membebaskan. Budaya yang dipengaruhi oleh kapitalis-sekuler. Di satu sisi, V day dan perayaannya jelas haram karena bukan dari Islam.” Tambah Siska.

Beberapa pertanyaan positif terlontar dari beberapa pihak orang tua yang miris melihat kondisi remaja saat ini. Pak Rusdi (Lampung Timur) menanyakan tentang cara untuk menarik remaja agar tercegah dari budaya yang sebar bebas. Dari Ibu Sari (Lampung Utara) menanyakan tentang pembelian pernak-pernik V day. Dari Pak Hendra (Natar) menanyakan tentang ada tidaknya kajian intensif untuk membahas kebobrokan remaja di Lampung.

Penelpon terakhir dari Ibu Tini (Kemiling) menanyakan bagaimana cara menyadarkan remaja muslim yang sebenarnya sudah tahu bahwa V day itu haram. Semua pertanyaan yang didapat mendapat penjelasan dari narasumber dengan jelas dan gamblang.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*