Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Ismail Yusanto, mengatakan bahwa, perang terhadap terorisme di Indonesia terlihat dipaksakan untuk terus berlangsung, padahal di Amerika sendiri sudah tidak dibahas lagi.
“Jika dilihat dari struktur organisasi yang dicap teroris sudah habis tak tersisa,” ujarnya saat menjawab pertanyaan seputar masalah terorisme dalam forum diskusi politik Halqoh Islam & Peradaban (HIP) edisi 45 yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia, di Hall Dewan Pers, Jl Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (13/2).
Menurutnya, perang global melawan terorisme sebagai kerangka globalnya masih berlangsung hanya saja pelaksanaannya berupa detil operasinya sudah berbeda. “Dulu publik mengetahui siapa yang akan menjadi target karena ditetapkan nama sebelum operasi dilakukan, saat ini publik justru tahu tiba-tiba Densus 88 sudah menangkap atau bahkan menembak mati orang,” terangnya.
Ismail pun menambahkan, sejumlah penangkapan yang dilakukan itu keliru dan kekeliruan yang sering terjadi tidak dipublikasikan, sebagaimana di Tanah Abang, Poso, hingga di Bogor yang menyeret nama salah satu Ormas.
Bahkan ada yang sampai ditembak mati setelah itu mereka baru mencari tahu nama orang yang sudah ditembak tersebut ke keluarganya. “Tapi masih bagus orang yang keliru ditangkap karena setelah itu dilepas meski tetap saja salah, tapi yang menjadi masalahnya bagaimana dengan yang salah/keliru ditembak?” tanyanya kepada para peserta forum dan pemirsa yang menonton via live streaming.
Sementara itu, Wakil Ketua Komnas HAM M Nurkhoiron menyatakan di kepolisian sudah diatur penanganan terhadap tindakan kriminal, tidak boleh melanggar Hak Asasi Manusia. “Namun di lapangan masih banyak pelanggaran yang tidak sesuai prosedur yang dilakukan Densus 88,” ujarnya.
Senada dengan Nurkhoiron, Achmad Michdan dari Tim Pengacara Muslim, mengatakan, ada perlakuan diskriminasi terhadap umat Islam dan khususnya di Indonesia sehingga nyawanya tidak berharga. “Padahal ada azas legalitas dimana tidak boleh menindak jika belum ada kejelasan hukum, jadi Densus ini banyak melanggar,” tudingnya.
Michdan juga berpesan agar umat Islam tidak boleh diam karena ini adalah bentuk diskriminasi dan penyudutan terhadap umat Islam. “Peristiwa-peristiwa ini sebenarnya umat Islam diserang dan menjadi korban,” ungkapnya.
Selain itu, Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Rochmat S Labib, dalam opening speech-nya menegaskan bahwa, darah umat Islam harus dilindungi. “Darah umat Islam adalah darah yang suci, maka haram ditumpahkan, apalagi karena mereka menginginkan tegaknya Negara Islam,” tegasnya dalam forum yang mengangkat tema Bubarkan Densus 88 ini. (mediaumat.com, 14/2)
Densus sdh berubah kok, … jadi geng pembunuh berseragam !