Pasukan keamanan Mesir memenuhi terowongan-terowongan bawah tanah di sekitar perbatasan dengan Palestina di Gaza sebagai bagian dari upaya menutup terowongan-terowongan itu. Demikian dikatakan oleh para pejabat Mesir.
Jaringan terowongan bawah tanah itu merupakan urat nadi rakyat Palestina yang diblokade oleh Zionis Israel, untuk memasukkan aneka macam barang kebutuhan hidup mereka.
Reuters (13/2/2013) melaporkan, reporternya melihat salah satu terowongan yang sedang dipakai untuk memasukkan bahan bangunan berupa batu kerikil dan semen, tiba-tiba pada hari Ahad lalu dipenuhi oleh air, sehingga para pekerja di dalamnya bergegas menyelamatkan diri.
Penduduk setempat mengatakan, dua orang yang sedang di dalam terowongan sepertinya tersapu oleh air yang sengaja dipompakan ke dalamnya oleh aparat Mesir.
“Aparat Mesir mengucurkan air untuk menenggelamkan terowongan-terowongan itu,” kata Abu Ghassan yang mengawasi 30 orang pekerja di sebuah terowongan sekitar 200 meter dari pagar perbatasan.
Seorang pejabat keamanan Mesir di Sinai mengatakan kepada Reuters bahwa tindakan itu dimulai sejak lima hari lalu.
“Kami menggunakan air untuk menutup terowongan-terowongan itu dengan memompa air dari salah satu sumur,” kata pejabat yang menolak menyebutkan namanya itu.
Sejak Agustus 2012, sudah puluhan terowongan dirusak oleh aparat Mesir, menyusul pembunuhan atas 16 personel penjaga perbatasan Mesir dekat Gaza.
Kairo mengatakan pelaku menyeberang ke Mesir melalui jalur terowongan tersebut, sebuah tudingan yang dibantah oleh pemerintah Palestina di Gaza.
Sementara Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza enggan mengkritik pemerintah Presiden Muhammad Mursy secara terbuka, warga sipil Gaza terus terang mengungkapkan kekesalannya.
“Tindakan Mesir terhadap terowongan-terowongan semakin memburuk semenjak pemilihan Mursy. Saudara kami Hamas mengira dia akan membuka Gaza. Menurut saya mereka salah,” kata seorang pemilik terowongan yang hanya menyebut dirinya dengan nama Ayed, karena takut mendapatkan serangan balasan.
“Mungkin 150 atau 200 terowongan sudah ditutup sejak serangan di Sinai. Ini terjadi pada era Mursy,” imbuhnya.
Orang-orang yang biasa bekerja di bawah terowongan takut jika upaya membanjiri lubang-lubang bawah tanah itu akan mengakibatkan langit-langit terowongan runtuh sehingga menimbulkan bencana.
“Air bisa menimbulkan retak di dinding terowongan dan mungkin akan meruntuhkannya. Hal itu bisa membunuh orang,” kata Ahmad al-Shair, seorang pekerja terowongan yang sepupunya tewas satu tahun lalu karena terowongan runtuh.
Enam orang Palestina meninggal pada bulan Januari akibat ledakan di dalam terowongan, sehingga menambah jumlah korban tewas menjadi 233 sejak 2007, menurut kelompok-kelompok HAM di Gaza.
Diperkirakan ada 2.500 sampai 3.000 terowongan di bawah perbatasan Gaza-Mesir. Namun jumlahnya menyusut sejak 2010, ketika Israel sedikit membuka pintu masuk barang ke Gaza dibawah pengawasan ketat aparat Zionis.
Terowongan saat ini masih menjadi jalur utama bagi Palestina untuk memasukkan barang kebutuhan ke Gaza. Hamas sendiri lebih suka menggunakan terowongan bawah tanah itu, karena tidak perlu membayar pajak ke Zionis.
Sejak tokoh Al-Ikhwan al-Muslimun, Muhammad Mursi, menjabat presiden Mesir banyak orang berharap Jalur Gaza akan mendapatkan angin segar dari Kairo dengan dibukanya satu jalur yang mengungkung mereka. Namun, hingga kini harapan itu tidak juga terwujud. (hidayatullah.com, 13/2)