Messaoud Ould Boulkheir, Ketua Parlemen Mauritania menyeru negaranya untuk beraliansi dengan Prancis untuk melawan gerakan Islam di wilyah utara Mali.
Ould Boulkheir mengatakan: “Mauritania harus bergabung dengan upaya kolektif dari negara-negara kawasan Timur Tengah, Prancis dan masyarakat internasional, dalam rangka menjaga persatuan, kedaulatan, dan Republik sekuler Mali, yang kami anggap telah menjadi bagian lain dari kehidupan kami.”
Sejumlah partai Mauritania telah mengumumkan beberapa waktu sebelumnya, yang berisi penolakan intervensi Mauritania, apapun bentuknya, dalam perang melawan Mali. Mereka juga menyatakan penentangannya yang tegas terhadap perang tersebut.
Dalam konteks terkait, organisasi Qaidatul Jihad di Semenanjung Arab menyerukan untuk berjihad melawan intervensi Prancis di Mali. Organisasi itu menegaskan bahwa membantu kaum Muslim di Mali adalah kewajiban setiap Muslim yang mampu, dengan jiwa dan harta, sesuai kemampuan.
Organisasi ini mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dibuatnya bahwa perang Prancis di Mali merupakan perang salib melawan Islam, tanpa pembenaran atau alasan, bahkan itu merupakan bentuk deklarasi permusuhan terhadap Islam dan umat Islam. Dikatakan bahwa bukan hal aneh ketika Prancis yang telah memimpin Perang Salib, yang menjadikan hitam lembaran sejarah, dan juga yang memusuhi para wanita Mukmin memakai hijab (islammemo.cc, 13/2/2013).