Dialog Interaktif Remaja Muslimah
HTI Press. Lajnah Khusus Sekolah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Sampang menyelenggarakan acara Dialog Interaktif Remaja Muslimah (DIRM), Ahad (10/02/2013). Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian MHTI DPD II Sampang terhadap masa depan generasi muslim khususnya di Sampang. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dari kalangan remaja muslim untuk tidak terjebak dengan V-Day yang sudah membudaya dikalangan remaja. Acara yang diselenggarakan pukul delapan pagi di Aula SMPN 1 Sampang ini dihadiri oleh 80 remaja muslimah tingkat SMP dan SMA bahkan yang hadir ada dari kalangan mahasiswi.
Acara yang bertajuk “Selamatkan Remaja dari Budaya Liberalisasi V-Day dengan Islam dan Khilafah“ ini diawali dengan Seruan Tim BIRENA (Bina Remaja dan Anak) yang merupakan kumpulan anak-anak usia TK- SD Sampang lewat nasyid yang dilantunkannya yang berjudul “Seruan Islam” mengajak para peserta yang hadir untuk meninggalkan cara hidup ala jahiliyah dan menggantinya dengan hidup cara syariah islam.
Pada sesi acara inti Dialog Interaktif ini diawali dengan pengantar materi pertama yang disampaikan oleh Ustadzah Tri Nugraheni Apriyanti dalam tema materinya “Potret Buram Budaya Liberalisasi Remaja”. Beliau menyampaikan bahwa saat ini kaum muslimin tak terkecuali para remaja sedang dikepung budaya barat yang jauh dari nilai-nilai islam. Budaya itu mulai dari fashion, perayaan ulang tahun, pergaulan, bahkan pengenalan nama hari dalam bahasa inggris, nama bulan dalam tahun masehi dikenalkan dan didekatkan dalam kehidupan kaum muslimin yang ternyata untuk menjauhkan kaum muslimin dari aqidah islam yang lurus. Lalu bagaimana dengan perayaan valentine days? Ustadzah Heni (panggilan akrab beliau) mengatakan bahwa V-Day asalnya sarat dengan tradisi penyembahan berhala, para dewa, dan perayaan penghormatan pada pendeta St. Valentino. Untuk menyesatkan kaum muslimin terutama remaja, dalam perkembangannya V-Day dijadikan sebagai hari untuk berkasih sayang yang pada akhirnya dijadikan momen untuk free sex. Ini sejalan dengan apa yang diinginkan barat dalam Konferensi Gereja Quds 1935, kaum muslimin menjadi generasi terjajah, generasi malas yang jauh dari islam. Diakhir pemaparannya Ustadzah Heni menyampaikan agar kita jangan menjadi bebek, generasi yang asal ikut tanpa tahu dasarnya.
Solusi untuk mengatasi penyimpangan seperti yang dipaparkan pada materi sebelumnya menurut Ustadzah Sari (panggilan Ustadzah drg. Kurniasari) adalah dengan ditegakkannya khilafah. Karena khilafah mampu mengatasi seluruh bentuk penyimpangan, kedzaliman, bahkan kerusakan yang terjadi. Strateginya dengan menerapkan sistem islam mulai dari sistem ekonomi yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan pendidikan dan kesehatan, sistem sosial yang mengatur interaksi laki-perempuan, sistem sanksi yang membuat jera dan tegas yang akan mencegah terjadinya hal yang serupa. Untuk itu butuh andil dari para remaja untuk menyatukan langkah dalam dakwah agar syariah islam dan khilafah segera tegak di muka bumi ini.
Pemaparan materi kedua ini disambut oleh nasyid perjuangan “Jayalah Khilafah” yang dibawakan oleh tim An-Nahdloh yang merupakan kelompok nasyid dari siswi SMA. Nasyid yang dibawakannya telah membuat suasana ruangan bergema dan hati para peserta bersemangat.
Sebelum acara ini ditutup dengan doa oleh Ustadzah Suwani, Dialog Interaktif Remaja Muslimah ini dibentuk forum Follow Up dimana seluruh peserta dipecah menjadi kelompok berdasarkan sekolah dengan seorang pembina. Adapun dibentuknya forum kecil ini sebagai forum penawaran acara Diklat Remaja Smart With Islam untuk minggu selanjutnya dan juga bisa membuat kesepakatan untuk mengaktualisasikan dari apa yang di dapat dari acara ini. Dan alhamdulillah, hampir dari seluruh peserta menyatakan siap untuk hadir dan berdiskusi lebih lanjut di forum yang ditawarkan panitia.[]