Audiensi dengan Dinas Kesehatan Kota Surabaya
HTI Press. Sosialisasi tentang solusi Islam bagi persoalan umat terus digulirkan Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. Kali ini giliran Lajnah Intelektual MHTI Surabaya yang mengadakan audiensi dengan Dinas Kesehatan Kota Surabaya pada Jumat (15/2).
Diterima langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan kota Surabaya dr Esty Martiana Rachmie, tim LKI yang dipimpin dr Faizatul Rosyidah langsung memaparkan presentasi tentang fakta sampai solusi Islam di bidang kesehatan. Menanggapi presentasi, Esty menilai pemaparan tersebut adalah konsep idealisme yang sangat indah jika bisa terwujud. Ia menyadari bahwa kondisi saat ini tidaklah ideal yang tetap harus dihadapi dengan upaya seoptimal mungkin. “Tidak cukup hanya berpikir, harus bertindak,” ujarnya.
Meski demikian, Esty setujui jika konsep Islam ini diterapkan. Hanya saja, sebagai aparat harus melaksanakan dengan kondisi yang ada dengan berpegang teguh pada syariat yang ia yakini. Esty tidak menampik jika masih banyak masyarakat yang menganggap dinas-dinas korup dan mencari-cari kesalahan. Bagaimanapun aturan tetap harus dilaksanakan.
Ibarat seharusnya mendapatkan sumber mata air yang bersih tapi yang ada hanya air kotor yang harus dipilah mana yang bisa diminum, supaya tidak mati. “Sebagai orang Islam sangat yakin konsep itu bagus tapi kita tidak hidup di awang-awang, kita hidup di masyarakat yang membutuhkan langkah nyata,” katanya. Ia salut dengan pemikiran MHTI karena bisa menjadi embrio untuk solusi persoalan yang ada. “Tapi solusinya bukan hanya berpikir begitu,” ujarnya.
Faizah pun merespon pernyataan Esty. Menurutnya, ketidaknyamanan yang dirasakan aparat Dinkes akibat bercampurnya kebaikan dan keburukan sebagai akibat diterapkannya demokrasi. Hanya saja yang perlu disadari adalah kemauan untuk mengoreksi dan tidak membiarkan keadaan yang salah terus terjadi di depan mata.
Anggota LKI yang lain Mufidah menambahkan adanya anggaran kesehatan Surabaya yang tercatat pada 2010 sebesar Rp 170 milyar, naik menjadi Rp 250 milyar pada 2011 dan Rp 400 milyar pada 2013. Ironisnya, masih ada 123 ribu orang warga miskin yang belum ada kejelasan bantuan pendanaan seperti semula yang dijanjikan. Pelayanan kesehatan yang optimal harus didukung dengan good will, pendanaan, SDM yang mumpuni, obat dan alat kesehatan serta kesadaran stakeholder. Seluruhnya tentu saja bisa terwujud jika terintegrasi dalam satu sistem yang baik. Yaitu Khilafah Islamiyah.
Namun, kenyataannya, sistem demokrasi kapitalisme menimbulkan persoalan yang kini tengah dihadapi masyarakat. Solusi untuk HIV/AIDS misalnya yang hanya berazas manfaat dengan membagikan kondom. Padahal HIV/AIDS disebabkan karena perilaku kebebasan. Walaupun, kata Esty kondom itu diberikan kepada suami yang terkena HIV/AIDS dan bukan untuk anak sekolah.
Pada akhirnya idealisme para pejabat publik yang menyadari bobroknya sistem saat ini akan mentok karena berada dalam sistem yang rusak. Mereka sepakat hanya sistem berbasis Islam yang akan menawarkan solusi tuntas. MHTI konsisten mengambil jatah untuk membangun kesadaran umat agar meyakini hanya sistem Islam bisa menjawab persoalan sekaligus menjelaskan kesiapannya sebagai gerakan politis. MHTI pun siap untuk berbagi dengan masyarakat maupun aparat pemerintah.[]