Sejak menjadi presiden, Morsi telah bekerja dengan untuk menggambarkan dirinya sebagai seorang Islam yang moderat yang bekerja bebas dari pengaruh Amerika bagi kemajuan Mesir dan wilayah Timur Tengah. Namun, di balik keramahtamahan retorika Islam yang menyelimuti tindakan di dalam negeri dan kebijakan luar negerinya, Morsi tidak lebih baik daripada pendahulunya Mubarak-yang merupakan seorang penjaga kepentingan Amerika di wilayah tersebut.
Di dalam negeri, Morsi dapat mengklaim bahwa bahwa pihak oposisi tidak memberikan pemerintah waktu yang cukup untuk mendorong reformasi yang akan memperbaiki ekonomi Mesir, memulihkan hukum dan ketertiban, dan meningkatkan kehidupan rakyat jelatan di Mesir. Hal ini terlepas dari kenyataan bahwa reformasi tersebut dirumuskan di bawah ketentuan-ketentuan IMF bagi pemerintah Mesir agar merevisi agenda ekonomi dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman senilai $ 4,8 miliar.
Juru bicara IMF Gerry Rice mengatakan, “Kami memahami pemerintah Mesir telah bekerja untuk merevisi program ekonomi mereka Dan ketika langkah ini selesai, kami akan mendiskusikan waktu untuk mengutus misi ke Kairo untuk menilai program-program revisi ekonomi mereka..” Penundaan telah mendorong Lembaga Peringkat Amerika Moody untuk menurunkan peringkat kelayakan kredit bagi Mesir. Dengan demikian, perbudakan ekonomi Amerika atas Mesir terus melalui IMF dan Moody terus terjadi terlepas dari klaim yang dibuat oleh pemerintah Morsi yang mengatakan melakukan kebijakan ekonomi yang independen.
Sementara, kebijakan-kebijakan luar negeri Morsi tidak bisa menyembunyikan kebijakan pro-Amerika-nya di balik dinding para pemrotes, yang mencakup orang-orang dari semua lapisan masyarakat. Kebijakan luar negeri Morsi adalah khas Amerika dan dalam banyak hal lebih buruk daripada di era Mubarak. Pada tanggal 13 Februari 2.013, tanpa peringatan terlebih dahulu Mesir membanjiri terowongan-terowongan Gaza yang merupakan darah kehidupan bagi penduduk Palestina yang tinggal di kamp-kamp konsentrasi, dengan maksud dan tujuan yang dikendalikan oleh negara Yahudi yang pengecut. Terowongan-terowongan itu membawa segala sesuatu dari mulai makanan, obat-obatan hingga semen dan besi, dan menyediakan hingga 75 persen dari kebutuhan barang kepada penduduk 1,6 juta orang.
Seorang pejabat keamanan Mesir di Sinai mengatakan kepada Reuters bahwa tindakan itu dimulai lima hari lalu. Dia mengatakan, “Kami menggunakan air untuk menutup terowongan-terowongan cara membanjirinya dengan air dari salah satu sumur.” Hamas enggan untuk mengkritik Morsi di depan umum, namun warga Gaza lebih vokal atas sikap naif Hamas dan kebrutalan Morsi itu. “Tindakan Mesir terhadap terowongan-terowongan telah memburuk keadaan sejak pemilihan Presiden Morsi. Saudara-saudara Hamas kami mengira dia akan membuka Gaza. Saya rasa mereka salah,” kata pemilik terowongan, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Ayed, karena takut mendapat tindakan pembalasan dendam. “Mungkin 150 hingga 200 terowongan telah ditutup sejak terjadi serangan di Sinai. Ini terjadi di era Morsi,” tambahnya.
Jadi, pemerintah Morsi telah menggunakan serangan terhadap pasukan Mesir di Sinai pada bulan Agustus 2012 untuk mempelopori kampanye yang kejam untuk menutup terowongan-terowongan itu sebanyak mungkin dan meningkatkan keamanan negara Yahudi menjelang dimulainya kembali proses perdamaian. Dengan diadakannya pembicaraan atas persatuan Palestina yang direncanakan dilakukan pada beberapa hari kedepan, Netanyahu menjadi lemah pada pemilu yang diadakan baru-baru ini dan Obama dijadwalkan akan mengunjungi negara Yahudi itu pada bulan Maret 2013, dimana Washington sangat ingin menciptakan suasana yang tepat untuk memberikan dorongan penting atas perdamaian antara Arab dan negara Yahudi. Yang merupakan hal terpenting dari dimulainya pembicaraan damai adalah keamanan negara Yahudi, dan Morsi seperti juga pendahulunya telah melakukan yang terbaik untuk memenuhi harapan Amerika dan Yahudi. Meskipun demikian, waktu dilakukannya tindakan itu baru-baru ini adalah dimaksudkan untuk meredakan kritik Yahudi atas pengiriman empat pesawat F16 dari AS kepada angkatan udara Mesir.
Demikian juga, hubungan dekat yang dijalin dengan Iran yang dilakukan Morsi adalah untuk menemukan solusi politik atas krisis di Suriah untuk melindungi sisa-sisa rezim Assad dan menunjukkan ciri khas solusi Amerika yang dimaksudkan. Amerika telah bekerja tanpa lelah bersama dengan Iran, Turki, Mesir, dan negara-negara Teluk bersama Uni Eropa dan Rusia untuk melindungi rezim Assad dalam beberapa bentuk inisiatif terbaru dalam bentuk Rencana Brahimi yang akan menjamin kelanjutan hegemoninya atas wilayah Syam.
Dalam konteks ini Morsi telah mengunjungi Teheran pada bulan September 2012 dan berbicara tentang Iran sebagai pemegang kepentingan yang penting dalam mencari solusi krisis Suriah. Dia mengatakan, “[Iran] adalah pemain utama di wilayah ini yang bisa memiliki peran aktif dan mendukung untuk memecahkan masalah Suriah … Saya tidak melihat kehadiran Iran dalam kuartet ini (Turki, Mesir, Iran dan Arab Saudi ) sebagai suatu masalah, tetapi merupakan bagian dari pemecahan masalah.”
Hal ini juga menjelaskan mengapa Morsi dalam beberapa hari lalu menyambut hangat Ahmadinejad, seorang pembantai penduduk Suriah. Perlakuan yang diberikan terhadap presiden Iran membuat marah beberapa pendukung dekat Morsi seperti Daawa Salafiyyah yang mengeluarkan pernyataan: “. Mesir berkomitmen untuk melindungi semua negara-negara Sunni” Oleh karena itu, hanya dalam beberapa bulan Morsi telah berhasil mengungguli Mubarak dan melakukan apa yang pendahulunya telah gagal yakni menjalin hubungan kerja sama dengan Iran untuk melindungi kepentingan Amerika di Syam.
Amerika sangat senang dengan tindakan kebijakan dalam dan luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah Morsi itu. Pada tanggal 3 Februari 2013, Duta Besar AS untuk Mesir Anne Patterson mengatakan, “Kami melihat ke Mesir terus menjadi kekuatan bagi perdamaian, keamanan dan kepemimpinan pada saat Timur Tengah melakukan perjalanannya yang menantang namun penting menuju demokrasi.”
Ada pelajaran penting bagi Mesir yang dapat diambil dari pemerintahan Morsi itu. Pertama, hanya dengan menyerukan penggulingan diktator yang brutal untuk digantikan oleh seseorang yang terang-terangan mengungkapkan keyakinannya kepada Islam suatu kebodohan yang sangat besar dan tidak akan mengubah nasib rakyat.
Kedua, sebenarnya penyebab kesengsaraan bagi Mesir adalah sistem saat ini di mana Amerika terus menjajah negeri itu. Jika sistem itu tidak dicabut dari akarnya, rakyat akan terus menderita di bawah kebijakan kolonial Amerika yang dilaksanakan oleh loyalisnya baik mereka itu adalah orang Islam atau liberal.
Ketiga, satu-satunya alternatif atas sistem yang rusak ini adalah Syariah Islam, dan bukan demokrasi liberal Barat seperti yang dianjurkan oleh kaum liberal yang berpikiran sempit. Bersama dengan kapitalisme, Demokrasi Barat sedang sekarat dan bahkan orang-orang di Barat dengan bersemangat mencari sistem alternatif. Namun untuk keberhasilan Syariah Islam, tindakan harus dilaksanakan secara keseluruhan dan bukan sepotong demi sepotong seperti yang diperjuangkan oleh Ikhwanul Muslimin dan para pendukungnya.
Keempat, satu-satunya cara praktis untuk mewujudkan pelaksanaan Syariah di bidang kebijakan dalam negeri dan luar negeri adalah dengan pendirian kembali Khilafah. Hanya Khilafahlah yang dapat menjamin kebijakan ekonomi dan luar negeri yang independen yang bebas dari campur tangan Barat.
Abed Mostapha
6 Rabi ‘II 1434
16/02/2013
Sumber : www.khilafah.com; Senin, 18 February 2013