Kaum muslim memanjatkan doa bersama yang berlangsung hari Selasa, di Plav di bagian timur Montenegro, untuk menandai peringatan pembantaian massal terhadap rakyat Bosnia dan Albania pada hampur 100 tahun yang lalu.
Organisasi-organisasi Bosniak mengklaim bahwa lebih dari 1.800 Muslim dari Plav dan kota terdekat Gusinje telas tewas dan lebih dari 12.000 dari mereka dipaksa masuk Kristen selama perang Balkan tahun 1912-1913.
Montenegro pada waktu itu adalah monarki independen di bawah kepemimpinan Raja Nicolas, dan di bawah pemerintahannya, wilayah yang pada hari ini menjadi kota Plav dan Gusinje adalah bagian dari Negara itu.
“Argumen sejarah yang mengatakan bahwa pemerintah pusat tidak memiliki kendali atas wilayah yang baru ditaklukannya tidak dapat menjadi pembenaran kejahatan besar,” kata Rifat Fejzic, pemimpin komunitas Islam Montenegro, saat upacara hari Selasa.
Orhan Sahmanovic, walikota Plav, mengatakan akan membangun memorial untuk memperingati para korban.
“Memorial ini akan menjadi pengingat kita saat terjadinya teror dan menjamin bahwa kejahatan seperti itu tidak akan terulang,” katanya.
Sejarawan Serbo Rastoder mengatakan kepada harian Vijesti pada hari Rabu bahwa dokumen dan penelitian ilmiah menunjukkan bahwa pembunuhan dan perpindahan agama secara paksa terjadi, namun masyarakat Montenegro mengabaikan fakta-fakta itu
Lebih dari 15 persen penduduk Montenegro adalah orang Bosnia dan Albania. (rz/Balkan Insight,06/03)