HTI Press. Gaza-Rakyat di Jalur Gaza, yang dikuasai HAMAS, menderita kekurangan bahan bakar dan bahan mentah akibat aksi keamanan yang dilancarkan Mesir terhadap terowongan bawah tanah di perbatasan antara Mesir dan daerah kantung pantai itu.
Mohamed Abadellah, anggota perhimpunan pemilik pompa bensin di Jalur Gaza, memberitahu Xinhua selama tiga pekan belakangan, jumlah bahan bakar yang dibawa ke dalam Jalur Gaza melalui terowongan lintas-perbatasan merosot sampai 50 persen.
Abadellah mengatakan daerah kantung pantai tersebut akan terseret ke dalam krisis bahan bakar parah jika aksi keamanan Mesir berlanjut.
Antrian panjang kendaraan yang menanti untuk mengisi bahan bakar terlihat selama tiga hari belakangan di luar stasiun pompa bensin di seluruh Jalur Gaza. Abadellah mengatakan Jalur Gaza, dengan 1,7 juta warga, memerlukan 70.000 liter bahan bakar setiap hari.
“Sebanyak 200.000 liter bensin dan 500.000 liter bahan bakar diesel diperlukan buat mobil, mesin dan generator listrik, serta rumah dan rumah sakit,” kata Abadellah sebagaimana dikutip Xinhua –yang dipantau ANTARA di Jakarta, Senin siang.
Masih pada Ahad, orang Palestina pemilik terowongan penyelundupan menuduh Mesir membanjiri terowongan dengan air limbah. Mereka menambahkan puluhan terowongan jadi tak bisa beroperasi.
Tepat setelah HAMAS dengan kekerasan merebut daerah kantung pantai itu pada 2007, Israel memberlakukan blokade ketat atas wilayah tersebut. Sebagai reaksi, rakyat Jalur Gaza menggali ribuan terowongan lintas-perbatasan untuk memperoleh kebutuhan mereka.
Yousef Rezqah, pembantu Perdana Menteri Pemerintah HAMAS di Jalur Gaza Ismail Haneya, memberitahu Xinhua, “Kami menghormati keputusan penutupan semua terowongan, tapi pada saat yang sama, Mesir harus segera membantu Jalur Gaza mengakhiri lebih dari enam tahun pengepungan Israel.”
Terowongan di bawah jalur perbatasan antara Mesir dan Jalur Gaza adalah urat nadi kehidupan bagi rakyat di daerah kantung pantai tersebut. Menurut data resmi, sebanyak 40 persen kebutuhan warga Jalur Gaza dibawa melalui terowongan itu kendati Israel mengendurkan blokade sejak 2010.
Maher Tabaa, pejabat di Kamar Dagang Jalur Gaza, mengatakan kepada Xinhua, “Aksi keamanan Mesir terhadap terowongan lintas-perbatasan akan menciptakan krisis parah di Jalur Gaza”, jika semua pihak tak bisa segera menemukan pilihan, seperti pembukaan tempat penyeberangan komersial antara Mesir dan Jalur Gaza serta pencabutan blokade yang diberlakukan Israel atas Jalur Gaza.[] (sumber, antara.com)
Apakah rezim Mesir itu muslim? Bukankah warga Palestina, Gaza itu muslim? Menyedihkan, melihat ide nasionalisme mengoyak persaudaraan ummat, kepedulian sesama saudara muslim. Bagaimana antar saudara muslim harus “kucing-kucingan” untuk saling membantu, sementara justru tunduk patuh pada bangsa monyet Yahudi teroris yang hina??