Pertama, The Daily Telegraph: Cameron menarik dari mempersenjatai oposisi Suriah.
Kedua: Eropa menunda keputusan tentang mempersenjatai oposisi Suriah.
Para pemimpin Uni Eropa sepakat untuk menunda keputusan pencabutan larangan mempersenjatai oposisi Suriah hingga pertemuan yang akan diselenggarakan di Dublin akhir bulan ini.
Channel Sky News, hari Sabtu (16/3) melaporkan bahwa Presiden Prancis Francois Hollande mengungkapkan harapannya—pada KTT yang diselenggarakan oleh Kepala Negara dan Pemerintah negara-negara Uni Eropa di Brussels—bahwa Uni Eropa hendaknya mengambil keputusan bersama dalam hal ini.
Hollande menjelaskan bahwa ia telah menerima jaminan dari oposisi Suriah, bahwa setiap senjata yang dikirim untuk membantu mereka dalam upayanya untuk menggulingkan “rezim Assad” akan sampai ke “tangan yang benar” dan bukan ke para militan.
Ketiga, surat kabar Amerika: CIA telah menargetkan para pejuang Suriah dengan pesawat tak berawak (Los Angeles Times, 16/3/2013).
Surat kabar Los Angeles Times, pada hari Jum’at (15/3) mengatakan bahwa “Central Intelligence Agency (CIA) mengumpulkan informasi tentang kelompok ekstremis Islam di Suriah, agar memungkinkan mereka melancarkan serangan dengan pesawat tak berawak pada tahap berikutnya.”
*** *** ***
Begitulah berbagai kabar dan berita beredar yang mengungkapkan tentang peran global dalam konspirasi terhadap bangsa kami, kaum Muslim Syam terkait revolusi mereka yang diberkati. Meskipun berita-berita tersebut mengungkapkan tentang konspirasi global ini, namun pada saat yang sama menunjukkan sejauh mana keteguhan dan kekuatan revolusi Syam, yang terus berjuang untuk mencapai tujuannya, yaitu mengokohkan hukum Allah dan mendirikan negara Islam di Syam. Itu semua dilakukan demi mewujudkan kabar gembira dari Rasulullah Saw: “Ketahuilah bahwa pusat negara Islam itu adalah Syam”, dan insya Allah akan tegak kembali Khilafah ala minhajin nubuwah. Juga, berita-berita tersebut mengungkapkan bahwa kekuatan global memiliki pandangan yang berbeda dalam menghadapi revolusi yang diberkati ini, sehingga hal ini menunjukkan adanya konflik di antara mereka dalam memperluas pengaruhnya terhadap negeri-negeri kaum Muslim sejak jatuhnyaKhilafah dan sebelumnya.
Berita tersebut juga memperlihatkan kegagalan kekuatan imperialis dalam menerobos revolusi yang diberkati ini, serta memperlihatkan kelemahannya dari mewujudkan faksinya di tanah Syam dan di antara masyarakat, yang ditempatkan di atas kepala revolusi yang diberkati untuk memalingkannya dari jalannya. Sehingga usaha mereka yang sia-sia itu tampak dengan cara lama dan basi, yang menyerukan pembentukan sebuah negara sipil (sekuler) demokrasi, serta membungkusnya dengan pakaian referensi Islam, seperti yang terjadi di Mesir, Tunisia, Libya dan Yaman.
Pernyataan itu juga menunjukkan konflik di antara kekuatan imperialis terkait berbagai kepentingan, sekalipun mereka sepakat dalam hal strategi dan pandangan umum untuk mencegah Islam dari pemerintah dan mendirikan negara Islam, negara Khilafah. Inggris dan Prancis berusaha singkirkan pengaruh Amerika dari Suriah dan menggantikannya, khususnya terkait keputusan Amerika yang mengharuskan lenyapnya Bashar Assad dan rezimnya, serta kesadarannya bahwa rakyat Suriah tidak akan menerima dengan cara apapun keberadaan rezim sektarian thaghut kafir, rezim Assad an-Nushairi. Karena itu, Inggris dan Prancis menerima sementara seruan Amerika untuk tidak mempersenjatai pasukan oposisi yang diluar kendalinya, padahal Inggris dan Prancis punya pandangan untuk menciptakan faksi bersenjata di tanah Syam, yang akan mengadopsi sudut pandang Barat terkait negara sipil (sekuler) demokrasi, walau dengan referensi Islam.
Sementara Jerman mengadopsi pandangan Amerika ini, serta berusaha untuk menyeret Uni Eropa di belakang itu. Dalam hal ini, mereka semua diselimuti ketakutan akan runtuhnya semua situasi di Suriah, kemudian menarik Lebanon bersamanya, serta masuknya kawasan Timur Tengah dalam konflik yang akibatnya tidak dijamin oleh Barat, yang justru akan membangunkan raksasa Islam di Timur Tengah secara keseluruhan.
Masalah yang tengh dihadapi mereka semua adalah bagaimana menemukan oposisi Suriah yang percaya dengan negara sipil demokrasi, dengan topeng Islam, sehingga bisa menipu kaum Muslim, serta percaya dengan keamanan Israel dan haknya untuk eksis dan hidup di kawasan Timur Tengah sebagai sebuah entitas Yahudi Zionis, dan juga percaya dengan kepentingan Barat, Amerika, Inggris dan Prancis di Syam, khususnya di Lebanon dan sekte-sektenya.
Dan dalam hal ini kami benar-benar berharap bahwa revolusi ini sepenuhnya untuk mewujudkan proyek penegakan negara Khilafah di Suriah, dengan hanya bergantung pada kekuatan mereka sendiri, serta hanya bergantung pada sesamanya di antara para perwira dan komandan yang mukhlis, yang telah berbalik melawan rezim bejat, Bashar; dan sama sekali tidak bergantung pada dukungan apapun dari Barat, atau rezim boneka di negara-negara tetangga. Sebab dukungan mereka itu jika benar-benar terjadi akan menjadi tali yang melilit di sekitar leher revolusi yang diberkati ini untuk dibunuhnya.
Juga terlihat adanya usaha dan keinginan keras untuk mewujudkan Khilafah Islam di Syam, dan mengadopsi pandangan yang jelas. Oleh karena itu akan membuat perasaan kaum Muslim akan berkobar, dan tuntutan mereka akan menyala-nyala dengan berada di satu barisan bersama para pejuang revolusi Syam, untuk berbalik melawan para penguasa mereka yang berkonspirasi atas perintah kaum kafir Amerika dan Barat. Maka, ketahuilah wahai para pejuang revolusi yang beriman dan hanya berharap ridha Allah, bahwa kemenangan itu buah dari kesabaran sesaat.
Wahai, saudara-saudara dan warga di pusat negara Islam, Syam. Demi Allah, benar-benar telah nampak untuk kalian kehormatan dan kemuliaan Islam, dan Allah hampir memuliakan kalian dengan pertolongannya. Untuk itu gunakan dengan baik kesempatan ini, dan jangan sia-siakan. Hendaknya kalian mengadopsi proyek negara Khilafah yang telah diadopsi Hizbut Tahrir, dan bersama-sama Hizbut Tahrir melakukan aktivits untuk membawa Islam sampai pada kekuasaan, melalui proyek yang jelas dan terang ini, yang akan memisahkan antara kufur dan iman, tidak dengan cara berdamai, menjilat, mengalah, dan membuat kesepakatan. [Ir Alauddin Zanati – Kairo, Mesir negeri Kinanah].
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 19/03/2013.