Diskusi Terbatas Intelektual IPB

HTI Press. Menuju Muktamar Khilafah di Jakarta bulan Juni nanti, sejumlah aktivitas Muslimah HTI di berbagai wilayah pun menggeliat. Menyasar segmen berbeda dari akademisi, kali ini MHTI Chapter Kampus IPB menggelar acara Diskusi Terbatas Intelektual IPB (22/03). Peserta yang dihadirkan berasal dari kalangan dosen dan mahasiswi pascasarjana yang muslimah. Tema yang diangkat adalah “Peran Mulia Intelektual Muslimah Membangun Masyarakat”. Acara diselenggarakan di Ruang Utama Wisma Tamu “Land Huis”, Kampus IPB Dramaga, Bogor. Pembicara yang dihadirkan adalah Ustadzah Eny Dwiningsih, S.TP, M.Si, selaku anggota DPP MHTI.

Dalam acara ini dibahas tentang posisi mulia seorang intelektual, yang mana Allah SWT memang berjanji meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat. Ustadzah Eny, yang juga alumni IPB, memulai pemaparannya tentang QS Al-Mujadaalah ayat 11. Yang di dalamnya, Allah memerintahkan kita untuk melapangkan majelis ilmu. Dan dengannya, Insya Allah maka segala langkah kita pun akan dilapangkan oleh Allah. Belum lagi dengan janji Allah bahwa orang yang beriman dan berilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah di dunia maupun di akhirat. Maka harus menjadi perhatian bagi kita untuk merinci, ilmu yang seperti apakah yang demikian? Tidak lain adalah ilmu dalam kaitanya untuk diamalkan.

Intelektual dalam Islam dijuluki sebagai ‘ulil albab’, artinya orang yang senantiasa memikirkan ciptaan Allah hingga akan semakin menundukkan diri kita terhadap ketentuan Allah. Terkait dengan dunia pertanian, dalam konteks negara, pertanian adalah bagian dari pemenuhan kebutuhan pangan negara tersebut. Hal ini dalam rangka semakin mandirinya negara tersebut serta semakin berkembangnya ilmu pertanian dan pangan itu sendiri.

Realita kini, nilai moral manusia sedang dalam kondisi yang sangat rendah. Harus diakui bahwa ini adalah permasalahan sistemik (ideologi). Karena saat ini, agama dipisahkan dari kehidupan. Contoh mudahnya, saat mengajar biologi ya biologi saja. Padahal, di dalamnya banyak kaitan dengan konsep penciptaan oleh Allah. Ironisnya, kurikulum sistem pendidikan tidak pernah meminta agar keduanya dikaitkan. Sementara di sisi lain, kita meyakini bahwa Al-Quran adalah mukjizat. Akibatnya, pembelajarannya pun tidak akan pernah sampai pada kesimpulan yang benar.

Sejatinya, permasalahan sistemik ini hanya bisa diselesaikan oleh Islam, karena Islam adalah ideologi. Seluruh aturan Islam semata-sama dalam rangka beribadah kepada Allah. Negara yang menerapkan Islam pun tegak dalam rangka ketundukan kepada Allah, bukan kepada manusia.

Di sinilah intelektual semestinya dapat berperan. Intelektual dalam pusaran ideologi kapitalisme saat ini, memang akan mudah terbawa arus. Namun dalam Islam, target pendidikan adalah mencapai SDM bersyakhsiyah (berkepribadian) Islam, termasuk pergaulan dan media massa. Berawal dari hal tersebut, maka akan bisa berkontribusi untuk perubahan dunia menuju kejelasan standar benar dan salahnya.Karena peran strategis intelektual adalah untuk pencerdasan umat, muhasabah kepada penguasa dan berjuang mewujudkan peradaban Islam.

Bayangkan jika intelektual IPB bicara tentang bagaimana harga bawang bisa turun dengan solusi islam, insya Allah akan didengar oleh masyarakat. Namun tentunya, ini tidak mungkin dilakukan sendiri, melainkan harus bersama-sama melakukan pencerdasan umat. Yang dengannya, maka kita dapat mewujudkannya, insya Allah.

Perkara bawang pun harus dengan kebijakan negara untuk menyelesaikannya. Jika tidak, maka itu menunjukkan bahwa intelektual masih ditelikung dan dikooptasi dengan kapitalisme. Negara ini haruslah menjadi negara yang punya visi dalam melangsungkan peradaban Islam. Saat ini opininya sedang menjadi gelombang besar menuju Khilafah, sebagaimana yang terjadi di Suriah. Oleh karena itu, MHTI mengajak berpikir, mengkaji dan melakukan perubahan. Yang mana, kebenaran Islam harus disampaikan kepada kolega, kenalan, dan sebagainya. Acara Diskusi Terbatas pun usai dan ditutup dengan foto bersama antara pembicara, peserta dan panitia.[]nindira

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*