Demokrasi Bukan Sistem Kondusif untuk Intelektual
HTI Press. Para intelektual adalah para pemikir. Peran dan kontribusi mereka bagi kemajuan negara sangatlah besar. Sistem yang kondusif pasti memberikan kesempatan bagi para intelektual untuk berkiprah demi kemajuan negara. Hanya saja, sistem kondusif itu yang seperti apa?
Menjawab pertanyaan tersebut, pada Sabtu (23/3) di Wisma KAGAMA UGM, Muslimah HTI Indonesia Chapter Kampus DIY menyelenggarakan Diskusi Intelektual Muslimah. Pembicara diskusi ini adalah Prof. Dr. Siti Isrina, anggota majelis guru besar UGM dan Eksi Insania Achmad, S.Si dari MHTI.
Prof. Siti Isrina menyebutkan bahwa kondisi intelektual didominasi oleh orang-orang yang mengenyam pendidikan di luar negeri dengan biaya gratis. Di luar negeri, mereka diperlihatkan berbagai kemapanan hidup berupa materi. Kemapanan materi inilah yang dicekokkan Barat kepada intelektual Indonesia agar tertarik untuk bekerja sama dan bangga dengan konsep hidup Barat.
Di era demokrasi ini nampak jelas penguasaan asing di kampus. Penguasaan asing di kampus menyebabkan terjadinya eksploitasi perempuan, penguasa menjual aset bangsa dan hak-hak wanita. Bagi para intelektualnya, mereka tidak punya waktu untuk meng-up date mata kuliah. Sementara untuk mahasiswanya, mereka kehilangan idealisme, iman dan tidak bisa membedakan benar dan salahnya ilmu yang sedang dipelajarinya. Jelas, demokrasi ini bukanlah sistem yang kondusif untuk para intelektual. Prof. Siti Isrina mengajak untuk meninggalkan demokrasi. “Oleh karenanya kita semua harus bangun dari mimpi ilusi demokrasi dan segera kembali kepada Hukum Allah SWT”, ajaknya.
Sementara itu Eksi Insania Achmad menyebutkan bahwa di dalam Khilafah nantinya, perempuan akan sangat dihormati dan dihargai intelektualitasnya. Perlakuan Khilafah terhadap perempuan adalah perempuan menjadi bermartabat, dihormati, berdaya, diperhatikan segala kebutuhannya. Sebenarnya perempuan dibolehkan bekerja berdasarkan pilihan mereka. Mereka mendapatkan hak yang jelas, upah yang adil jaminan lingkungan yang aman di bawah sistem sosial Islam.
Nah, perempuan yang menjadi dosen tentunya akan mendapatkan perlakuan seperti itu. Dengan demikian, Khilafah dengan sistem Islam adalah sistem yang kondusif bagi para intelektual. []