HTI Press. Sebagaimana diberitakan oleh www.ibtimes.co.uk bahwa Biksu Buddha, Saydaw Wirathu, yang dikenal sebagai “bin Laden dari Myanmar”, telah menyerukan untuk memboikot secara nasional bisnis kaum Muslim di Myanmar dalam sebuah video kontroversial yang diunggah di YouTube.
Wirathu, yang telah memimpin kampanye penentangan terhadap kaum Muslim di Myanmar dan pernah ditangkap pada tahun 2003 karena mendistribusikan selebaran anti-Muslim, mendesak rakyat Myanmar “untuk bergabung dengan 969 biksu Buddha nasionalis” dan “hanya melakukan bisnis atau berinteraksi dengan sesama kita: sesama ras dan sesama agama”.
“Uang yang anda belanjakan di toko-toko ‘mereka’ (Muslim) akan menguntungkan musuh,” kata Wirathu. “Jadi, lakukanlah bisnis hanya dengan toko-toko yang bertanda 969 “.
Numerologi 969 berasal dari tradisi Buddhis di mana 9 adalah singkatan atribut khusus Buddha, 6 atribut khusus atas ajaran Budha atau Dhamma dan 9 untuk atribut khusus Sangha atau perintah Buddha.
Dalam cuplikan film ajaran dari biara Mandalay Ma-soe-yein, Wirathu menuduh kaum Muslim berhubungan dengan junta militer yang memerintah Myanmar selama lima dekade. Pidatonya yang bernada apartheid memberikan reaksi mengejutkan di Twitter, dimana seorang pengguna Twitter menyebutnya sebagai seorang biksu “neo-Nazi” karena menghasut anti-Muslim di Myanmar.
Wirathu berperan aktif dalam membangkitkan ketegangan di pinggiran kota Rangoon pada bulan Februari, dengan menyebarkan rumor tak berdasar bahwa sekolah setempat sedang dikembangkan menjadi masjid. Massa yang marah dari sekitar 300 umat Buddha lalu menyerang sekolah-sekolah dan toko-toko milik Musliim di Rangoon. Biksu itu mengatakan bahwa militansi “sangat penting untuk melawan ekspansi agresif oleh Muslim”. Ia juga telah terlibat dalam bentrokan bernuansa agama di Mandalay, di mana selusin orang meninggal, dalam beberapa laporan media lokal.
Bentrokan sektarian meletus pekan ini di Myanmar di kota Meikhtila, di mana massa Buddha, yang sebagian dipimpin para biksu, menyerang wilayah Muslim yang menewaskan setidaknya 20 orang tewas.
“Vihara telah mendistribusikan selebaran yang menghujat umat Islam dalam berbagai hal, dan hal ini telah berlangsung selama berbulan-bulan” kata Direktur Kampanye Myanmar Inggris Mark Farmaner.
Kaum Muslim Myanmar merupakan 4 persen total populasi 60 juta, menurut sensus pemerintah. Namun, menurut laporan kebebasan beragama tahun 2006 Departemen Luar Negeri AS, populasi non-Buddha di negara itu seringkali diremehkan dalam sensus. Para pemimpin Muslim memperkirakan bahwa sebanyak 20 persen populasi Myanmar mungkin adalah Muslim. (rz)