Dilaporkan oleh www.guardian.co.uk bahwa Korea Utara telah memerintahkan unit-unit roket dan artileri jarak jauh untuk siap tempur, dengan menargetkan pangkalan-pangkalan militer di daratan Amerika dan di wilayah tersebut.
Pyongyang telah mengeluarkan peringatan keras dan ancaman hampir setiap hari sejak DK PBB memperketat sanksi atas uji coba nuklir Korut terbaru dimana di sisi lain Amerika Serikat dan Korea Selatan memulai latihan militer bersama.
“Mulai saat ini, komando tertinggi Tentara Rakyat Korea akan menempatkan pada posisi siap tempur Siaga 1 atas semua unit artileri di lapangan, termasuk unit artileri dan roket strategis jarak jauh, yang akan menargetkan semua obyek musuh di pangkalan militer di daratan AS, Hawaii dan Guam, “kata sebuah pernyataan dari komando militer tertinggi Korut, sebagaimana diberitakan kantor berita KCNA.
Kementrian Korea Selatan mengatakan tengah memantau situasi namun tidak mendeteksi tanda-tanda aktivitas yang tidak biasa dari tentara Korut. Seoul dan Washington mengatakan bahwa latihan militer mereka saat ini, yang akan tetap berlanjut sampai akhir April, adalah latihan defensif.
Pentagon mengecam ancaman Korut tersebut, dan mengatakan AS siap untuk merespon setiap perkembangan. “Kami prihatin adanya ancaman dari Korea Utara,” kata seorang juru bicara. “Mereka harus berhenti mengancam perdamaian di semenanjung Korea, yang tidak membantu siapa pun … dan kami siap untuk menanggapi setiap tantangan.”
Leonid Petrov, seorang ahli Korea Utara di Universitas Nasional Australia, mengatakan: “Hal ini adalah perilaku untuk menarik perhatian. Seperti seorang anak di toko permen: Jika Anda belum membelikannya sebuah permen dan tidak memperhatikannya dia akan mencoba untuk mengintimidasi anda dengan banyak hal – bahkan hal itu merugikan diri sendiri.”
Menurutnya, “Korea Utara benar-benar tidak memiliki kemampuan untuk menyerang AS, meskipun mereka bisa menyerang kepentingan AS di Asia timur dan utara dan Korea Selatan. Mereka dapat memacu perlombaan senjata, sebagaimana yang mereka telah berhasil lakukan. Saya tidak tahu siapa yang mengambil manfaat dari hal itu, tapi yang jelas bukan (Korea) Utara, karena mereka tidak mampu membelinya. ”
Dia menambahkan: “Ini adalah lebih dari sebuah pesan kepada penduduk dalam negeri. Meskipun tahun lalu dijanjikan rakyat mendapatkan kehidupan yang lebih baik, namun kaum imperialis akan menyerang anda sehingga Anda harus melupakannya. Korea Utara berusaha untuk menutupi loyalitas rakyatnya dalam melindungi negara dan mengulur-ulur lebih banyak waktu bagi rezim untuk bertahan hidup. ”
Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Cina Hong Lei mengatakan kepada wartawan bahwa China berharap semua pihak di semenanjung Korea bisa menahan diri.
Pekan lalu Reuters melaporkan bahwa China tidak mengekspor minyak mentah ke Utara pada bulan Februari. Terdapat laporan mengenai pembatasan ketat perdagangan.
China adalah sekutu utama Korea Utara dan Pyongyang tetap sangat tergantung pada perdagangan dan bantuan dari tetangganya. Banyak analis yang mengatakan terlalu dini untuk mengatakan apakah pendekatan Beijing telah berubah dan menekankan tidak ada tanda-tanda perubahan dan kebijakan yang mendasar dalam jangka panjang.
John Delury, seorang ahli hubungan China-Korea Utara di Yonsei University di Seoul mencatat bahwa tindakan keras pada penawaran lintas-perbatasan mungkin menjadi bagian dari keinginan perdagangan yang lebih umum. Namun ia mengatakan hubungan antara kedua negara melemah menjelang akhir pemerintahan Kim Jong-il. Hal ini mungkin mencerminkan kekhawatiran Pyongyang tentang hubungannya sebagaimana juga yang dikhawatirkan Beijing. “Mereka masuk ke zona merah di mana semua hubungan ekonomi dan hubungan diplomatik adalah dengan China,” katanya.
Surat kabar Rodong Sinmun melaporkan bahwa selain kunjungan ke tentaranya, Kim Jong-un melakukan tur restoran kapalnya yang baru pada hari Minggu. Dia berada di kapalnya sambil berpesta sambil mengungkapkan kekhawatiran bahwa AC di kapalnya harus memuaskan. []rz