NATO : Militer Afghanistan Krisis Personil Militer dan Polisi Jelang Serah Terima Kekuasaan

Sebagaimana dilaporkan oleh www.independent.co.uk , ribuan calon yang mundur untuk menjadi anggota polisi dan Angkatan Bersenjata Afghanistan setiap bulan yang baru dibentuk meningkatkan kekhawatiran atas kemampuan negara untuk melindungi demokrasi saat pasukan koalisi akan meninggalkan negara itu dalam waktu kurang dari dua tahun. Dari setiap 10 tentara yang baru direkrut untuk Tentara Nasional Afghanistan (ANA), setidaknya ada tiga orang yang mundur karena telah dipecat, ditangkap atau dibunuh dalam aksi serangan. Para pejabat Inggris mengakui bahwa “tingkat putus sekolah” saat ini mengkhawatirkan karena lebih dari 5.000 tentara berhenti setiap bulannya, sehingga mengancam efektivitas pasukan dalam jangka panjang.

Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan ‘(ANSF) gagal mencapai target perekrutan sebagai polisi dan tentara dan retensi ini sangat menyulitkan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) dari NATO, yang dianggap penting untuk mencegah kembalinya Taliban.

Pengkajian terbaru Pemerintah Inggris atas kemampuan Afghanistan ini bertujuan memastikan stabilitas keamanan dan demokrasi dan minimnya perekrutan ini menjadi jauh lebih buruk daripada target yang ditetapkan oleh para pemimpin koalisi, yakni sebesar 63.000 personil setiap tahunnya, atau lebih dari sepertiga dari jumlah tentara saat ini.

Kementerian Pertahanan (MoD) telah memperingatkan bahwa tingkat penurunan angka ANA ini “terus mewakili risiko berlanjutnya kekuatan di masa depan”. Angka-angka itu menimbulkan pertanyaan besar atas kemampuan ANSF untuk mencapai ukuran tentara dan polisi yang dianggap perlu untuk mengambil kendali sebelum ribuan pasukan internasional meninggalkan Afghanistan pada akhir tahun depan.

Kementerian Luar Negeri (FCO) juga telah mengakui bahwa jumlah personel yang keluar dari ANA, sebagai polisi perbatasan dan polisi bagi penduduk sipil telah “menguras kemampuan” pasukan keamanan.

The Independent hari Minggu mengungkapkan bahwa para pejabar FCO mengkahawatirkan masih adanya “endemik korup” dari para polisi dan kekuatan mereka terpecah dengan nepotisme dan penyalahgunaan narkoba.

Pemerintah koalisi telah menghabiskan miliaran dollar untuk mengembangkan ANSF dalam upaya untuk menciptakan pasukan keamanan nasional yang handal dan dilatih yang dianggap penting jika Afghanistan berkembang menjadi negara demokratis.

Tapi laporan kemajuan bulanan dari FCO tentang Afghanistan mengungkapkan bahwa ANA dan ANP gagal mencapai target perekrutan bulanan mereka pada bulan Januari dan Februari. Kekuatan tentara yang berjumlah 175.000 – dimana 12.000 personal masih di bawah ukuran yang dianggap ideal – sementara ANP kekuarangan 7.000 personil dari target 157.000 yang ditetapkan oleh pemimpin koalisi. (rz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*