Peran Strategis Intelektual Muslimah Yogyakarta dalam Penegakan Khilafah Islam
HTI Press. Khilafah Islamiyah adalah suatu sistem pemerintahan yang menerapkan hukum-hukum Islam. Sistem pemerintahan tersebut pertama kali dilaksanakan di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW. Setelah Rasulullah wafat, digantikan oleh para Khalifah. Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan mayoritas ulama’ tentang kewajiban untuk mengangkat seorang pemimpin umat yang melaksanakan hukum-hukum Islam. Saat ini, belum ada satu pun umat Islam yang memiliki pemimpin yang menerapkan hukum-hukum Islam secara menyeluruh. Umat Islam terpecah belah dalam negara – bangsa yang dipimpin oleh pemimpin yang menerapkan hukum buatan manusia. Dengan kondisi demikian, kaum muslimin diliputi dengan kondisi yang memprihatinkan. Kemiskinan melanda banyak negeri-negeri muslim. Kaum wanitanya direndahkan dengan dijadikan komoditas ekonomi. Nyawa seorang muslim tidak lagi ada harganya. Para intelektual muslim disibukkan dengan berbagai masalah yang dihasilkan oleh sistem buatan manusia. Potret seperti ini sangat jauh dari potret umat terbaik (khoiru ummah) yang dikabarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an.
Posisi kaum intelektual sangat penting dalam peradaban manapun. Tak terkecuali dalam peradaban Islam. Dalam Islam, setiap orang dituntut untuk menjadi intelektual yang memiliki kecerdasan integral, yaitu kecerdasan intelektual, spiritual, emosional, dan politik. Hal tersebut diungkapkan oleh Eksi Insania Achmad, S.Pd.Si, DPP Muslimah HTI DIY, yang juga merupakan salah satu pemantik diskusi dalam acara Diskusi Intelektual Muslimah, Ahad (14/4). “Penguasaan tsaqofah Islam dan ilmu kehidupan yang memadai, disertai dengan komitmen memegang prinsip dasar Islam, sangat dibutuhkan oleh seorang intelekual agar dapat menyelesaikan problematika kehidupan”, lanjut beliau. Di akhir penyampaiannya, beliau menggambarkan kemuliaan dan kesejahteraan intelektual dalam naungan Khilafah, sistem yang kondusif bagi para intelektual untuk berkarya dan berinovasi, sehingga akan mengantarkan Khilafah menjadi sebuah peradaban yang maju dan gemilang.
Selanjutnya, Anisah Rahmawati, S.Kep.Ns, perwakilan Lajnah Khusus Intelektual (LKI) Muslimah HTI DIY, selaku pemantik kedua dalam diskusi menyampaikan tentang peran aktif intelektual muslimah dalam upaya perjuangan penegakan Khilafah. “Intelektual bisa berkontribusi besar untuk mewujudkan peradaban yang agung, mewujudkan Khilafah, yaitu dengan bergabung bersama barisan yang ikhlas dan konsisten dalam menegakkan Khilafah, berpartisipasi aktif dalam mengedukasi umat tentang kewajiban dan kebutuhan tegaknya Khilafah, serta berpartisipasi aktif dalam memotong kepercayaan umat terhadap sistem buatan manusia, yakni Demokrasi”, paparnya. Beliau juga menyeru kepada seluruh intelektual yang hadir untuk menghayati kembali peran sebagai ibu dan pendidik generasi, yang akan mendidik putra–putri mereka dengan Islam, mengajak para intelektual untuk meninggalkan Kapitalisme dan ide-ide turunannya, serta bergabung dengan arus perjuangan yang benar, yang berlandaskan metode dakwah Rasulullah, dan hal tersebut dapat dilakukan dengan cara bergabung dalam jama’ah dakwah yang memiliki visi mengembalikan kehidupan Islam, terus mendalami ideologi Islam dan berkarya untuk kemuliaan Islam dan kemaslahatan umat, juga terus-menerus mensosialisasikan ideologi Islam sebagai problem solver kepada seluruh masyarakat.
Diskusi dengan tema “Peran Intelektual dalam Negara Khilafah (Mulia dan Menyejahterakan Masyarakat)”, yang diselenggarakan di Wisma KAGAMA UGM ini dihadiri oleh intelektual muslimah dari berbagai kampus di DIY, diantaranya UGM, UII, UAD, dan STEI HAMFARA. Selain itu, juga hadir intelektual muslimah dari UNEJ dan Universitas Bengkulu. Acara ini diselenggarakan oleh Lajnah Khusus Intelektual (LKI) Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DIY.
Sebelum ditutup dengan do’a, para intelektual diinfokan mengenai agenda Muktamar Khilafah DIY yang insya Allah akan diselenggarakan pada tanggal 5 Mei 2013 di Stadion Mandala Krida Yogyakarta.[]