Memutar Balik Kodrat Perempuan Menghancurkan Ketahanan Keluarga
Oleh dr. Arum Harjanti (Lajnah Siyasiyah MHTI)
Dalam memperingati hari Perempuan Internasional tanggal 8 Maret yang lalu, Neneng Goenadi, Executive Director dan Country Lead Accenture Indonesia, saat pemaparan survei Accenture: “Defining Success. Your Way” di Hotel Mulia, Jakarta Selatan, Jumat (8/3/2013) lalu menyatakan bahwa 86 persen perempuan bekerja di Indonesia sudah memiliki work-life balance. Persentase ini bahkan menduduki peringkat kedua dari seluruh negara peserta yang memiliki work-life balance. Posisi pertama ditempati oleh Saudi Arabia (90 persen), Indonesia (86 persen), India (80 persen), Afrika Selatan (80 persen), dan China (79 persen). Neneng juga menyatakan Kemampuan perempuan Indonesia menyeimbangkan kehidupan kerja dan keluarga disebabkan adanya berbagai supporting system, misalnya teknologi yang memadai, fleksibilitas jam kerja, juga lingkungan kerja serta keluarga yang mendukung seutuhnya peran ganda ini. demikian juga kodrat sebagai ibu rumah tangga masih tetap harus dijalankan. Sehingga, takaran perempuan sukses adalah perempuan yang bisa menyeimbangkan kehidupan kerja dan keluarga,”
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa para perempuan di berbagai belahan dunia, sudah merasakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupannya. Bahkan para perempuan Saudi Arabia dan Indonesia menempati dua posisi teratas dari Survei secara online yang dilakukan di 33 negara di dunia ini dan dilakukan terhadap 4.100 eksekutif dari organisasi menengah sampai besar. Hasil survey ini menarik untuk dicermati. Apakah demikian adanya, atau memang dibuat demikian karena menyesuaikan dengan momen peringatan Hari Perempuan Internasional dan ada tujuan tertentu yang ingin dicapai? Benarkah tercapainya work life balance ala Accenture ini tidak mempengaruhi kehidupan perempuan? Bagaimana pengaruhnya terhadap keluarga?
Pemutarbalikan Kodrat Perempuan
Hasil penelitian Accenture seolah ingin menunjukkan bahwa para perempuan indonesia memiliki kemampuan untuk berperan ganda dalam kehidupan. Mereka dapat sukses bekerja tanpa meninggalkan kodrat sebagai ibu rumah tangga. Meskipun banyak supporting system mulai dari teknologi sampai peran keluarga besar, namun pesan yang disampaikan jelas : wanita Indonesia sudah mencapai work-life balance, bahkan peringkat ke dua dari 33 negara yang diteliti. Dengan kata lain perempuan Indonesia yang bekerja, tidak mengakibatkan masalah karena para perempuan tersebut dapat mencapai menyeimbangan pekerjaan dan urusan kehidupan lainnya.
Hasil penelitian ini akan melegalkan arus perempuan bekerja dan menentang pendapat tradisional yang menempatkan perempuan sebagai ibu dan pendidik generasi. Dengan demikian penelitian ini memutar balikkan kodrat perempuan. Peran perempuan beralih sebagai pencari nafkah. Parameter work life balance digunakan sebagai dalih untuk membuat perempuan tanpa berat hati terjun ke dunia kerja. Padahal sesungguhnya peran perempuan sebagai ibu dan pendidik generasi adalah peran yang sangat penting dan strategis dalam membangun keluarga. Seorang perempuan yang bekerja full time akan membawa pengaruh besar terhadap kehidupan rumah tangga termasuk anak-anaknya
Konsep dasar keluarga berdasarkan kodrat manusia menempatkan laki-laki sebagai pemimpin dan penanggung nafkah keluarga. Sementara perempuan sebagai ibu dan pendidik generasi. Peran yang berbeda pada laki-laki dan perempuan dalam keluarga akan membuat fungsi keluarga dapat terwujud.
Ketika penelitian menunjukkan hasil tercapainya work-life balance, sesungguhnya tidak dapat diartikan bahwa perempuan yang bekerja tidak akan membawa masalah. Bisa jadi para perempuan tersebut tidak merasakan adanya permasalahan. Akan tetapi keluarga dan anak-anaknya akan merasakan perubahan besar akibat bekerjanya para perempuan sebagaimana para laki-laki . Karena hal ini bertentangan dengan kodrat yang telah ditetapkan untuk perempuan.
Ketahanan Keluarga Terancam
Ketika perempuan bekerja full time sebagaimana para laki-laki, jelas akan membuat keseimbangan dalam keluarga terganggu. Perempuan memiliki peran dan tanggung jawab sebagai ibu dan pendidik generasi. Peran sebagai ibu dan pendidik generasi tidak akan dapat tertunaikan dengan optimal, bahkan bisa jadi akan terabaikan.
Keluarga memiliki fungsi-fungsi tertentu, yang dengan berfungsinya keluarga akan membangun masyarakat yang kuat. Keluarga akan berfungsi dengan baik apabila unsur pembentuk keluarga dapat berjalan dengan optimal. Bila laki-laki sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah keluarga dapat menjalankan perannya dengan baik, dan perempuan sebagai istri yang memiliki peran sebagai istri, ibu dan pendidik generasi juga dapat menjalankan perannya degan baik, maka fungsi keluarga dapat terwujud dengan baik. Terwujudnya fungsi keluarga akan membuat ketahanan keluarga juga terbentuk kuat. Ketahanan keluarga yang didefinisikan sebagai Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin akan dapat terbentuk ketika semua fungsi keluarga dapat berjalan. Pentingnya ketahanan keluarga juga ditekankan oleh Meneg Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Gumelar. Beliau menyatakan bahwa kunci utama pencegahan kekerasan terhadap Anak adalah ketahanan keluarga. (www.beritasatu.com/02 Maret 2013).
Bagi perempuan bekerja, salah satu yang menjadi persoalan penting adalah bagaimana ibu membagi waktu antara pekerjaan dan pengasuhan anak dan penguatan kasih sayang keluarga. Dengan bertambahnya beban perempuan sebagai pencari nafkah, maka akan muncul persoalan kualitas dan kuantitas pelaksanaan peran utama perempuan. Oleh karena itu, bekerjanya para perempuan akan membahayakan ketahanan keluarga.
Islam Menjamin Pemeliharaan Kodrat Perempuan dan Ketahanan Keluarga
Ketahanan keluarga adalah satu persoalan yang sangat penting, baik bagi keluarga itu sendiri maupun terhadap bangunan masyarakat. Oleh karena itu, ketahanan keluarga harus dijaga kekuatannya. Demikian juga pemeliharaan kodrat perempuan demi terwujudnya fungsi keluarga. Saat ini bekerjanya perempuan akibat tidak terwujudnya kesejahteraan keluarga sebagai akibat dari sistem ekonomi kapitalis. Tata kehidupan yang diatur dengan kapitalisme juga membuat para perempuan terpesona dengan jebakan pemberdayaan perempuan.
Kodrat perempuan akan terjaga dan terpelihara dalam sistem kehidupan Islam yang menjamin kesejahteraan dan terpenuhinya kebutuhan pokok setiap individu. Sistem ekonomi Islam akan menjamin kesejahteraan keluarga sehingga para perempuan tidak perlu bekerja mencari nafkah. Islam menjamin para perempuan menjalankan peran kodratinya dengan optimal. Fungsi keluarga akan dapat terpenuhi dengan optimal. Dengan demikian ketahanan keluarga juga akan terjaga. Keluarga yang kuat akan membentuk masyarakat yang kuat. ***