Serangan drone AS terhadap Pakistan pada hari Rabu (17/4) adalah sebuah peringatan bahwa pengkhianatan Kayani pada negeri ini tidak kurang dari pengkhianatan Musharraf, dimana—setelah bertahun-tahun mengingkarinya—ia mengatakan dalam sebuah wawancara dengan kantor berita CNN, pada tanggal 12 April 2013, bahwa ia memberi persetujuan untuk serangan drone AS yang ditujukan pada Pakistan. Bahkan, itu terjadi sejak tahun 2004, dimana serangan tersebut telah mengakibatkan kematian ribuan warga sipil. Pengkhianatan seperti ini hanya akan terjadi dalam sistem demokrasi yang busuk, yang dijadikan topeng oleh para pengkhianat; serta hanya terjadi dalam rezim yang mengabaikan syariah Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah. Karena itu, para pengkhianat dalam kepemimpinan militer saat itu meminta kepada panglima Komando Sentral Militer AS (Laksamana William Fallon)—dan tentu dengan restu demokrasi—untuk terus melanjutkan serangan drone. Dalam surat AS, Pebruari 2008 disebutkan bahwa “Kayani meminta bantuan dari Fallon untuk mengakhiri kekacauan yang terus berlangsung di wilayah konflik”.
Pada bulan Agustus 2008, mantan Perdana Menteri Pakistan (Gilani) berkta pada Duta Besar AS, Anne Patterson, “Kami akan melakukan protes di Majelis Nasional, dan kemudian kami akan mengabaikannya!” Benar, bahwa demokrasi itu sendiri merupakan serangan terhadap Pakistan, Islam dan umat Islam. Bahkan demokrasi merupakan serangan yang paling mematikan dan berbahaya daripada serangan drone.
Ya, Musharraf menghargai dirinya dengan cukup murah sebagai kambing hitam bagi antek baru Amerika (Kayani). Yang benar, bahwa pengkhianatan demi pengkhianatan akan tetap terjadi sekalipun wajahnya berubah selama demokrasi masih dipelihara, dan undang-undang akan terus berlaku sesuai dengan keinginan dan syahwat manusia. Sehingga jelas pada mereka yang antri untuk mendapatkan tahta aib demokrasi, dengan program politiknya yang tidak menyebutkan al-Qur’an maupun Sunnah yang suci. Oleh karena itu, siapapun dari mereka yang terpilih maka tetap ada orang-orang seperti Pervez Musharraf dan Kayani, dan demokrasi akan tetap siap untuk membolehkan yang haram kapan saja mereka inginkan.
Hizbut Tahrir menegaskan dan menegaskan kembali kepada kaum Muslim bahwa politik luar negeri Pakistan yang hina akan terus berlanjut selama masih memelihara pemerintahan demokrasi. Sedangkan sistem Khilafah adalah sistem yang akan menerapkan Islam, dan yang akan mengakhiri keberadaan agresor AS di kawasan itu secara permanen.
Hizbut Tahrir adalah satu-satunya partai politik di tengah-tengah umat yang mampu memenuhi janji-janjinya. Hizbut Tahrir merupakan satu-satunya partai politik yang telah memiliki pengalaman selama enam dekade dalam menantang rencana-rencana imperialis Barat, membongkarnya dan menggagalkannya. Muqaddimah ad-Dustûr (pembukaan UUD) yang telah dibuat oleh Hizbut Tahrir serta berbagai kitab dan nasyrah (publikasi) yang semuanya dibangun berdasarkan dalil-dalil syariah akan diterapkannya pada saat Hizbut Tahrir berkuasa di dalam negara Khilafah. Hizbut Tahrir juga memiliki tentara dari para politisi dan ahli fiqih (hukum Islam) yang berani dan mampu memerintah berdasarkan syariah Islam. Mereka, seperti yang digambarkan oleh para wartawan Pakistan dengan “pemerintah bayangan” adalah orang-orang yang siap untuk memerintah. Hizbut Tahrir juga memiliki seorang pemimpin yang dikenal bijak, yang akan menghantarkan umat pada pintu gerbang perubahan yang sebenarnya, beliau adalah al-Âlim al-Jalîl dan seorang politisi yang tiada duanya, yaitu asy-Syaikh Atha’ bin Khalil Abu Rusytah. Hizbut Tahrir juga telah memiliki akar yang kuat di berbagai negeri di dunia Islam. Sehingga—insya Allah—Hizbut Tahrir mampu memenuhi janjinya untuk menyatukan dunia Islam dalam satu negara, yaitu negara Khilafah yang akan menyatukan seluruh umat.
Sungguh, telah tiba saatnya untuk mengakhiri kekuasaan pengkhianat Kayani (boneka Amerika) dan para anteknya. Juga, telah tiba saatnya untuk mengakhiri kapitalisme dan demokrasi busuk. Sekarang saatnya bagi era Islam, dan mengangkat pemimpin Hizbut Tahrir, asy-Syaikh Atha’ bin Khalil Abu Rusytah sebagai Khalifah kaum Muslim. Untuk itu, para perwira angkatan bersenjata Pakistan harus memberikan nushrah (dukungan dan pertolongan) kepada Hizbut Tahrir untuk segera menegakkan Khilafah. Sebab hanya ketika—tegaknya Khilafah—itu saja, maka akan terjadi perubahan yang sesungguhnya di Pakistan.
Kantor Informasi Hizbut Tahrir Wilayah Pakistan
Sunber: pal-tahrir.info, 22/4/2013.