HTI Desak Kaum Buddha Indonesia Kecam Pembantaian Muslim Rohingya

HTI Press. Pembantaian umat Islam  di Myanmar yang diprovokasi biksu buddha dengan dukungan  rezim Myanmar, mendorong Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mendesak perwakilan kaum buddha Indonesia (Walubi)  bersikap tegas mengecam terhadap apa yang dilakukan kaum buddha Myanmar.

Farid Wadjdi menuturkan sangat prihatin jika tidak ada sikap tegas dari kaum buddha di Indonesia. Padahal, pernyataan sikap dari perwakilan kaum buddha diharapkan bisa  memiliki pengaruh politik untuk mendesak pemerintah buddha Myanmar.

“Jangan sampai tidak adanya sikap tegas, akan menimbulkan tanda tanya apakah pihak perwakilan kaum buddha Indonesia merestui tindakan pembantaian tersebut,” tutur Ketua DPP HTI saat berkunjung ke kantor DPP Walubi, Jalan Abdul Muis, Selasa (7/5) Jakarta Pusat.

Kedatangan HTI ke kantor DPP Walubi, menurut Farid, agar petinggi  pemeluk buddha di Indonesia bersuara mengecam penindasan kaum buddha disana dan meminta menghentikan pembantaian disana. “Dengan alasan apapun pembantaian itu kami tidak menerima,” tegasnya.

Farid menambahkan umat Islam adalah kaum yang satu, ketika umat muslim di Myanmar disakiti, didzolimi, ini juga berarti menyakiti umat Islam di Indonesia. “Dalam Islam, ada perintah jihad fi sabilillah, untuk melawan setiap bentuk penindasan dan kedzoliman,” tegasnya.

Sedangkan, Ketua  DPP HTI Rochmat S Labib mengingatkan Walubi agar serius bersikap terhadap peristiwa ini. Sebab, sebagian umat Islam sudah ada yang bersikap jika persoalan ini tidak selesai dan pembantaian terus terjadi maka hal itu juga akan berakibat pada kaum buddha di Indonesia. “Kami tidak menginginkan itu terjadi, adanya konflik antara umat Islam dan kaum buddha,”

Menanggapi desakan HTI tersebut, Ketua Umum Walubi Arief Harsono menyatakan kaum Buddha Indonesia sangat prihatin atas konflik yang terjadi di Myanmar. Mereka juga mengutuk kekerasan yang terjadi di sana yang telah menimbulkan korban jiwa dan perusakan rumah ibadah.

Walubi pun meminta pemerintah Myanmar  menghentikan kekerasan terhadap warga Muslim di Myanmar  dan menghimbau pemerintah Indonesia berperan aktif menyelesaikan persoalan ini. “Kami berharap agar umat Islam dan kaum buddha untuk tetap menjaga kerukunan hidup kaum beragama,” katanya di hadapan delegasi HTI.

Sedangkan, Presidium Himpunan Mahasiswa Buddha Indonesia Adi Kurniawan, di tempat yang sama juga mengatakan tragedi kemanusian ini sangat tidak bisa dibenarkan dan tidak terpuji. Ia pun menuturkan telah mendesak pemerintah Myanmar agar memberikan status warga terhadap etnis Rohingya.

Dia pun sangat mengecam tragedi tersebut dan tidak menerima alasan apapun dari konflik yang terjadi. “Jangan sampai konflik yang sama terjadi di Indonesia,” pungkasnya.

Di akhir pertemuan Rochmat S Labib kembali menekankan agar pemuka buddha di Indonesia serius menanggapi masalah ini. Menurutnya, tidak cukup kecaman di lakukan lewat surat pernyataan, tapi harus ada tindakan yang lebih kongkrit. “ Kami minta para biksu buddha  dan pemeluk agama buddha melakukan demonstrasi di depan kedubes Myanmar, agar sikap dunia tahu ,” tegas Labib.

Hadir dalam pertemuan tersebut delegasi dari HTI; Rochmat S Labib (Ketua Umum DPP HTI), Farid Wadjdi (Ketua DPP HTI) dan Budi Darmawan (Lajnah Fa’aliyah DPP HTI). Mewakili DPP Walubi; Ir. Arief Harsono (Ketua Umum Walubi), Citra Surya (Sekertaris Jenderal Walubi), Suhadi Sanjaya (Wakil Ketua Walubi) dan Irwan Kartasasmita (DPW Walubi), dll.[] fatih mujahid

 

2 comments

  1. Kasus pembantaian ummat Islam oleh kaum budha semakin menunjukkan bahwa Islam adalah Ummat yang satu (ummatan wahidan), dimana dengan kini tiadanya Khalifah dalam bingkai Sistem Khilafah maka kaum muslimin tidak ada pelindung. Kaum muslimin dikejar dibantai di gunung bagaikan menggerebek tikus dan dipentungi persis membantai tikus. Sungguh terlalu jika masih ada kaum muslim yang berdiam diri dari upaya mengembalikan kembali Daulah Khilafah. ALLAHU AKBAR!

  2. mari kita lihaat aksi nyata dari walubi ….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*