Sejarah Membuktikan, Nasionalisme Lemahkan Umat Islam

Teatrikal dari Pesantren An’Nimah Batam dalam Muktamar Khilafah 2013 Batam

HTI Press. Hizbut Tahrir Indonesia ungkap fakta sejarah yang menunjukkan nasionalisme ternyata melemahkan umat Islam. “Nasionalisme dalam sejarah umat Islam hingga kini terbukti telah menjadi racun yang berbahaya dan melumpuhkan,” ungkap aktivis HTI Batam Abdillah, pada Muktamar Khilafah Kepulauan Riau, Ahad (12/5) di Lapangan Tumenggung Abdul Jamal, Batam.

Dalam sejarah umat Islam, paham nasionalisme ini memiliki peran penting untuk meruntuhkan Khilafah.  “Akibat paham nasionalisme, Negara Islam yang sebelumnya bernaung di bawah panji tauhid, di bawah satu negara Khilafah Islamiyah akhirnya dipecah-pecah menjadi sekitar 70 negeri-negeri kecil yang satu sama lain saling bersengketa,” ungkapnya.

Menurutnya, nasionalisme terbukti menghilangkan kepedulian umat sehingga kaum Muslim menjadi lemah. Negeri-negeri Islam menjadi santapan empuk bangsa-bangsa imperialis. “Namun, mereka menghadapi persoalan itu hanya dengan sendiri-sendiri. Dengan alasan bukan masalah negara kita, bukan masalah kepentingan nasional kita, umat Islam tidak peduli terhadap nasib saudaranya yang lain,” bebernya.

Abdillah pun mencontohkan, Arab Saudi saat krisis Teluk malah memberikan tempat untuk pangkalan militer Amerika untuk menyerang umat Islam Iraq. Aljazair memberikan ruang udaranya untuk pesawat Prancis membombardir Mali, membunuh umat Islam di sana. Saat Palestina dibantai, Gaza dibombardir, negeri-negeri Arab hanya membela sebatas

Nasionalisme juga, ujar Abdillah, telah mematikan kehirauan umat Islam di suatu negara kepada umat Islam di negara lainnya. Padahal umat Islam di mana pun sejatinya adalah saudara satu akidah yang wajib dibela. Akibatnya, Indonesia tidak merasa begitu hirau ketika ada pengungsi Rohingya terapung di perahu-perahu kecil di perairan Aceh yang meminta suaka hingga akhirnya tenggelam.

Bahkan Bangladesh, negeri mayoritas Muslim yang berbatasan langsung dengan Myanmar, alih-alih menampung pengungsi Rohingya, malah mengusir mereka dan membiarkan mereka terkatung-katung di lautan bahkan diterlantarkan hingga meninggal dunia.

Dalam perhelatan yang dihadiri sekitar 3000 warga Kepulauan Riau tersebut nampak juga para pimpinan pondok pesantren beserta santrinya, di antaranya adalah dari Ponpes An-Ni’mah, Ponpes Al-Ukhuwah dan  Ponpes Bina Ummah.[]Donny Irawan/Joy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*