Masa Depan Dunia: Cina atau Khilafah?

Spanduk bertuliskan “Wong Palembang Rindu Khilafah” Terpampang

HTI Press. Berdasarkan kajian ekonomi politik Hizbut Tahrir Indonesia,  aktivis HTI Palembang Marsah Dana Kurniawan menyatakan Amerika dengan ideologi kapitalismenya yang semakin sering melahirkan krisis moneter di masa datang tidak lagi dapat memimpin dunia.

“Kemungkinannya akan dipimpin Cina namun kemungkinan yang paling besar akan dipimpin khilafah!” ungkap aktivis HTI Palembang Marsah Dana Kurniawan dalam Muktamar Khilafah, Ahad (12/5) di Stadion Bumi Sriwijaya, Palembang.

Di hadapan sekitar empat ribu peserta yang hadir dari berbagai daerah di Palembang itu, Marsah menyebutkan tiga skenario pemimpin dunia masa depan, dimulai dari yang paling kecil kemungkinannya hingga yang paling besar.

Pertama, tetap Amerika. Resesi yang ada akan berubah menjadi depresi, dan jatuhnya harga-harga. Ini akan menyebabkan jatuhnya harga utang, properti dan komoditas yang bisa menjadi pemantik pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam kemudahan membayar utang-utang itu.

“Namun kemungkinan ini sangat kecil, karena ekonomi kapitalis berdiri berdasarkan utang dan riba yang lahir dari utang. Jatuhnya harga utang “riba” tidak akan berlangsung panjang selama ekonomi kapitalis berdiri,” ujarnya beranalisa.

Kedua, Cina  memimpin dunia dengan menyelamatkan (mem-bailout) negara-negara Barat. Perdagangan Cina memang sangat besar. Surplus neraca perdagangannya terkait dengan utang Amerika Serikat, Inggris dan berbagai zona Euro. Ini merupakan utang yang tidak berkelanjutan. Menyelamatkan Barat akan menjadi bagian dari kepentingan Cina.

“Itu artinya, Barat dipaksa untuk menerima kepemimpinan global Cina. Tetapi masalahnya di sini bukan pada apakah Barat mau menerima bailout seperti itu. Namun masalahnya adalah, apakah Cina akan mengambil kebijakan seperti itu? Kemungkinan besar tidak,” ujarnya memprediksi.

 Ketiga, muncul negara baru yang berdasarkan syariah Islam kaaffah yakni Khilafah. Fajar Negara Khilafah bersinar dan sistem ekonomi Islam diterapkan. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh Negara Khilafah, tetapi juga negara-negara yang berhubungan dengan Negara Khilafah. Ini akan membuat krisis global seperti ini menjadi tidak ada lagi, atau berada pada kondisi yang bisa dikontrol.

“Rahasianya karena Khilafah tidak menerapkan utang riba, komoditas uang, uang kertas, bursa saham, menimbun dan kebiasaan praktek  moneter kapitalisme lainnya, bukan karena itu semua sekedar penyebab resesi, tetapi itu semua memang diharamkan oleh syariah Islam,” ujarnya beralasan.

KH Syaiful, Pimpinan Ponpes Ar Risalah, nampak hadir di antara ribuan peserta yang datang dari berbagai daerah di Palembang itu.[]Yusmono Khairi/Joy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*