Pengamat Perminyakan Kurtubi menyatakan ngototnya pemerintah menaikkan harga BBM yang mensyaratkan adanya dana kompensasi untuk program bantuan langsung sementara masyarakat (Balsem) menjelang Pemilu 2014, merupakan bentuk penyogokan dengan menggunakan uang negara.
“Maka sangat jelas terlihat bahwa pemerintah hendak menggunakan uang negara untuk menyogok atau menarik simpati sekitar 70 juta rakyat miskin agar memilih/mendukung partai tertentu,” ungkapnya kepada mediaumat.com, Kamis (16/5) melalui pesan singkat.
Karena, kalau menaikkan harga BBM akan membikin 70 juta jiwa menjadi menderita sehingga mereka harus ditolong dengan dana yang diperoleh dari menaikkan harga BBM. “Maka lebih baik harga BBM tidak perlu dinaikkan,” tegasnya.
Ia pun mengajak publik untuk menolak kenaikan harga BBM. “Kita harus tolak kenaikan harga BBM!” tegasnya.
Sedangkan untuk mengurangi bengkaknya subsidi ia menyarankan pemerintah harus segera melakukan percepatan konversi BBM ke gas (BBG). “Alihkan gas Tangguh yang dijual murah ke Cina untuk konversi dari BBM ke gas!” usulnya.
Kurtubi juga menilai tingginya subsidi BBM dan defisit perdagangan migas saat ini adalah karena selama sekitar 8 tahun ini pemerintah telah gagal mengelola migas/energi nasional.
“Buktinya: diversifikasi energi gagal, produksi minyak anjlok, kapasitas kilang BBM stagnan,” pungkasnya. (mediaumat.com, 17/5/2013)
Rejim penuh siasat, tipu-tipu, terkutuk terlaknat ! Penganut ideologi sesat ! Kelak pasti menyesal di akhirat ! Karena acuh abai terhadap Syariat !
kalo alasan kenaikan adalah krn yg menikmati bbm adl menengah keatas. pertanyaannya adalah apakah kalo sdh dinaikkan yg menikmati bbm adl kelas menengan ke bawah?
kelihatan bohong berulang kali. semoga Allah melaknat para pemimpin yg menyengsarakan rakyatnya