Baru-baru ini, sebuah bom meledak saat dilakukan upacara pensucian sebuah gereja (konsekrasi) di Olasiti Paroki di Arusha yang terjadi di hadapan tamu resmi, Duta Besar Vatikan Fransisco Montecillo Padilla yang juga adalah Wakil Paus di Tanzania. Seperti biasanya, peristiwa itu dipergunakan oleh para politisi dan pers untuk segera mendiskreditkan Islam dan kaum Muslim dengan mengklaimnya sebagai suatu aksi teroris, sementara para pejabat pemerintah lainnya dihadapan Parlemen menyatakannya sebagai konflik agama. Hal yang malah menyulut api permusuhan lebih lanjut adalah bahwa sebagian orang bahkan mengklaim orang yang melemparkan bom itu memakai baju Islam (kanzu) walaupun juga diketahui bahwa orang yang memakai kanzu tidak bisa kabur dari lokasi.
Juga, pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Gereja Katolik di Tanzania Uskup Agung Polikarpus Pengo beberapa hari setelah kejadian itu, bahwa serangan Arusha dan kasus-kasus serupa di masa lalu tidaklah bernuasa agama dan bahwa dia memiliki informasi dari sumber yang dapat dipercaya bahwa serangan saat konsekrasi itu adalah bukanlah pekerjaan kelompok agama yang membentuk dua isu utama. Pertama, pada tingkat apakah benih-benih permusuhan internasional terhadap Islam dan umat Islam yang dipimpin oleh Amerika telah tumbuh di negara kami yang bahkan ada sebelum penyelidikan dimulai, tuduhan sudah diarahkan kepada kaum Muslim dan Islam. Pada hari ini, ada peribahasa yang digunakan untuk melawan Islam dan kaum Muslim: “Islam sudah bersalah hingga dia terbukti tidak bersalah”. Kedua, pernyataan itu merupakan indikasi konflik dan permusuhan dalam Gereja Katolik yang merupakan efek saat gereja ikut mengambil keuntungan ketika dilakukan tindakan. Hal ini disebabkan agama mereka tidak mengadopsi hal yang halal dan haram karena agama mereka bukan agama yang benar.
Hizbut Tahrir Afrika Timur bertanya, di Tunduma pada saat para teroris Kristen menghancurkan dan membakar masjid, apakah ada yang menyatakannya sebagai tindakan teroris? Atau ketika para pemuda Kristen di Dar es Salaam-menodai Quran dengan mengencinginya, apakah itu dikatakan terjadi konflik agama? Atau apakah Anda hanya mengulangi kata-kata permusuhan dengan meniru negara-negara Barat?
Sekali lagi, kami tekankan bahwa tradisi permusuhan terhadap Islam dan kaum Muslim adalah hal yang paling jahat yang mungkin menjerumuskan negara ini ke dalam tempat yang berbahaya, kehancuran dan menciptakan hubungan yang buruk di antara masyarakat.
Masoud Msellem
Perwakilan Media Hizbut Tahrir Afrika Timur
15/05/2013
05 Rajab 1434 AH
REF: 11/1434 AH
Sumber: Khilafah.com (16/5)