HTI Press, Palu. Meskipun matahari semakin naik dan cuaca panas mulai terasa, Ballroom Wisma Donggala tetap ramai dan dipadati oleh peserta Muktamar Khilafah, Ahad (26/5) di Palu. Peserta yang mengantri untuk registrasi pun tak peduli dengan cuaca yang mulai agak panas ini demi turut menyukseskan salah satu acara yang diadakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia.
Tepat pukul 09.00 WITA acara Muktamar Khilafah Sulawesi Tengah pun digelar. Peserta remaja, mahasiswa, tokoh intelektual, pimpinan majelis-majelis ta’lim dan masyarakat umum telah memadati ruangan. Hadir lebih dari 1000 kaum Muslimin, dengan satu tekad perjuangan perubahan besar dunia menuju Khilafah,
Gema takbir menggema di setiap sudut Aula Wisma Donggala. Tampak antusias peserta semakin tak terbendung, setiap pekikan takbir yang diserukan MC disambut dengan lambaian ar-Raya dan al-Liwa. Peserta dari kabupaten pun turut hadir dalam kegiatan muktamar tersebut, dari Poso, Donggala, Parimo, Toli-toli, Buol serta dari Sulbar.
“Menegakkan Khilafah merupakan kewajiban bagi seluruh kaum Muslimin, oleh karena itu kita harus mengambil bagian kewajiban ini, kita harus mengarahkan segenap kemampuan yang kita miliki untuk menunaikan kewajiban ini,” tegas Sardi Aras (DPD HTI Sulteng) dalam sambutannya.
Orasi dengan nada semangat pun di serukan Abu Miqdad (DPP HTI). ”Jika ada orang Islam tidak mau menginginkan Khilafah tegak, patut di pertanyakan keislamannya,” tegas Abu Miqdad.
Kagum bercampur haru ketika aktivis HTI Jakarta Zamroni Ahmad menyampaikan orasinya. “Ketika para pemikir, pemimpin, dan pemuka agama di barat mulai mencari akar masalah dan solusi krisis dari masalah yang mendera mereka, meski tidak secara terbuka, mereka jelas mengakui bahwa solusi itu ada pada Islam. Tentu solusi ini benar-benar akan terwujud jika Islam diadopsi oleh negara dalam seluruh aspek kehidupan,yaitu negara Khilafah,” bebernya.
Pada sesi acara yang lain, peserta terdiam dengan penuh perhatian menyaksikan teatrikal yang menggambarkan bagaimana asing menguasai potensi alam negeri-negeri kaum Muslimin termasuk Indonesia.
Sementara penguasa negeri Muslim asyik berkolaborasi dengan pihak asing tanpa peduli lagi dengan nasib rakyatnya, bahkan tak segan mereka membantai dan membunuh rakyatnya sendiri sebagai bentuk keloyalan pada tuan besar mereka, Amerika. Teatrikal ini cukup menggugah perasaan bagi yang menyaksikannya, sesekali tampak peserta menitikkan air mata, sedih melihat kondisi negeri kaum Muslimin dikhianati oleh penguasanya sendiri.
Kemudian acara dilanjutkan dengan pidato politik Kusman Sadik. Pengurus DPP HTI tersebut mengajak seluruh peserta untuk turut berjuang menegakkan Khilafah seraya mencampakkan demokrasi dan seluruh sistem kufur lainnya.
Dalam perhelatan yang berlangsung semarak tersebut, nampak hadir tokoh setempat, di antaranya: KH Husain Gizi (Ponpes Muhammadiyah Putra); HO Komarudin (Persis); Hartono (Hidayatullah); Mustamin L (Asosiasi Dai Muda Sulteng).
“Kalau kita merujuk kepada ajaran agama maka penegakan syari`ah merupakan sebuah kewajiban bukan hanya fardhu kifayah tetapi ini adalah kewajiban yang bersifat fardhu ‘ain,” ujar Husain Gizi.[]Sardi/Joy