HTI Press. Perjuangan menegakkan Syariah dan Khilafah adalah perjuangan yang disepakati para ulama imam mahzab. “Para imam mazhab telah bersepakat, bahwa kaum Muslim wajib mengangkat seorang khalifah,” kata Ketua Lajnah Khusus Ulama Mustofa Ali Murtadho mengutip pendapat imam Abu Zakaria An-Nawawi di hadapan sekitar 4000 orang yang memadati aula Masjid Raya An Nur Padang, Sumatera Barat, Ahad (26/5).
Ia juga mengutip pendapat Imam al-Qurtubi dari Mazhab Maliki, Imam al Mawardi dari Mahzab Syafii, Imam ‘Alauddin al-Kasani dari mazhab Hanafi, dan Imam Umar bin Ali bin Adil al-Hanbali. “Para ulama empat mazhab tidak pernah berselisih pendapat mengenai kewajiban mengangkat seorang imam/khalifah yang bertugas melakukan tugas ri’âyah suûn al-ummah (pengaturan urusan umat),” katanya.
Bahkan, lanjutnya, kewajiban menegakkan Khilafah ini tidak hanya disepakati mayoritas Ahlus-Sunnah tapi juga disepakati oleh kalangan Murjiah, Syiah dan Khawarij. “Maka arah perubahan dan perjuangan kaum Muslimin harus menuju kepada tegaknya syariah dan khilafah,” katanya yang disambut pekikan takbir peserta.
Ketua Lajnah Khusus Ulama Sumatera Barat Rozi Saferi menegaskan demokrasi harus dicampakkan. Menurutnya, demokrasi dan nasionalisme bukan berasal dari Islam. Justru demokrasi dan nasionalisme itulah yang merusak Islam.
Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Mujiyanto mengajak kaum Muslimin, khususnya di Sumatera Barat, untuk mencampakkan demokrasi dan memperjuangkan Syariah dan Khilafah. Ia mengingatkan bahwa menegakkah Khilafah adalah kewajiban yang agung.
Dan dunia, menurut Jamal Husni dari DPD I Sumbar, arah perubahan dunia sedang menuju Khilafah. Dunia Barat telah kehilangan arah dan mengalami krisis ideologi. “Saat Islam bangkit seperti yang sudah berlangsung lebih dari 13 abad lamanya,” katanya.
“Subhanallah, subhanallah, subhanallah,” begitu tanggapan salah seorang peserta Muktamar kepada panitia melalui pesan singkat. “Kita harus buang demokrasi! Kapitalisme produk penjajah,” kata seorang Buya saat sesi tanya jawab.
Muktamar itu sendiri berlangsung cukup sukses. Panitia menyediakan 3.500 kursi, tapi peserta yang hadir lebih dari itu. Sebagian berdiri, ada juga yang berdiri di luar ruangan.
Selain diisi dengan orasi, acara yang berlangsung di masjid terbesar di Sumatera Barat ini juga diramaikan dengan teatrikal dan nasyid. Teatrikal menggambarkan nasib kaum Muslimin yang tertindas oleh demokrasi dan kapitalisme. Mereka tak bisa berkutik. Islam kemudian datang membebaskannya dan menyejahterakan mereka.
Sebelum acara, As Syifa, seorang dai cilik tampil ke pentas. Ia mengungkapkan isi hatinya akan kerinduannya terhadap Khilafah. Ia mengutip hadits riyawat Ahmad tentang periodisasi kaum Muslimin sejak zaman Nabi hingga kiamat. “Ya, Allah kami rindu Khilafah,” teriakannya dengan suara melengking. Air matanya tertumpah. [] emje