Jawab Soal Seputar Cara Hizb Mengungkapkan Dirinya Sendiri

بسم الله الرحمن الرحيم

(Rangkaian Jawaban asy-Syaikh al-‘Alim ‘Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah Amir Hizbut Tahrir atas Berbagai Pertanyaan di Akun Facebook Beliau)

 

Jawab Soal Seputar Cara Hizb Mengungkapkan Dirinya Sendiri

Kepada Dede Tahboub

 

Pertanyaan:

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuhu

Saya punya komentar terhadap salah satu halaman kitab Hizbut Tahrir yang di situ Hizb mengungkapkan dirinya dan ditulis pada tanggal 9 Mei 1985, pada halaman 20. Saya temukan bahwa cara Hizb dalam mengungkapkan diri membuatnya mendekatkan dirinya pada posisi ilah. Bisa jadi itu yang menjadi sebab tertundanya pertolongan untuk kita hingga sekarang. Hizb mengatakan di dalam kitab tersebut “Hizb telah menghilangkan seluruh kekurangan dan sebab yang mengantarkan pada kegagalan kelompok-kelompok yang berdiri untuk membangkitkan kaum Muslimin dengan Islam”. Di sini Hizb menafikan dari dirinya sifat salah, padahal ini adalah bagian dari sifat Rabb semesta alam. Semua makhluk bisa salah. Akan tetapi seandainya dikatakan ini dan ditambah “dengan izin Allah” mungkin itu bisa menjadi sebab dalam turunnya pertolongan Allah kepada kita. Seperti Hizb juga mengatakan “bahkan wajib bagi umat untuk menerima dan mendukung Hizb, serta berjalan bersamanya. Sebab Hizb adalah satu-satunya partai yang memahami dan menguasai fikrahnya …” Keesaan itu meski dikaitkan dengan sifat-sifat tertentu, saya temukan bahwa itu khusus dengan Allah Rabb semesta alam saja. Tidak ada satu makhluk pun, selain Allah, dengan sifat tertentu kecuali yang dikhususkan oleh Allah kepadanya sebagai mukjizat. Karena itu saya melihat bahwa kalimat “satu-satunya” itu di dalamnya ada suatu ghalath (kesalahan) dan bisa jadi merupakan dosa besar yang menunda pertolongan Allah untuk kita.

 

Jawab:

Wa ‘alaikum as-salam wa rahmatullah wa barakatuhu.

Tampak bahwa terjadi kerancuan pada diri Anda dalam memahami konotasi ungkapan yang dinyatakan itu. Yang dinyatakan adalah: “Hizb sungguh telah menghilangkan kekurangan-kekurangan dan sebab-sebab yang mengantarkan kepada kegagalan kelompok-kelompok yang berdiri untuk membangkitkan kaum Muslimin dengan Islam”.

Hizb telah menyebutkan hal itu di dalam Kitab at-Ta’rîf setelah sebelumnya Hizb membatasi sebab-sebab kegagalan harakah-harakah di kitab at-Takattul. Hizb mengatakan:

“Orang yang memonitor berbagai upaya ini, orang yang mengkaji gerakan-gerakan ini, akan melihat bahwa sebab utama kegagalan semuanya itu dari aspek kepartaian kembali kepada empat perkara:

Pertama, Gerakan-gerakan tersebut berdiri di atas dasar fikrah (pemikiran) yang masih umum tanpa batasan yang jelas, sehingga muncul kekaburan atau pembiasan. Lebih dari itu, fikrah tersebut tidak cemerlang, tidak jernih, dan tidak murni.

 

Kedua, Gerakan-gerakan tersebut tidak mengetahui thariqah (metode) bagi penerapan fikrahnya. Bahkan fikrahnya diterapkan dengan cara-cara yang menunjukkan ketidak-siapan gerakan tersebut dan penuh dengan kesimpang-siuran. Lebih dari itu, thariqah gerakan-gerakan tersebut telah diliputi kekaburan dan ketidakjelasan.

Ketiga, gerakan-gerakan tersebut bertumpu kepada orang-orang yang belum sepenuhnya mempunyai kesadaran yang benar. Mereka pun belum mempunyai niat yang benar. Bahkan mereka hanyalah orang-orang yang berbekal keinginan dan semangat belaka.

Keempat, orang-orang yang menjalankan tugas gerakan-gerakan tersebut tidak mempunyai ikatan yang benar. Ikatan yang ada hanya struktur organisasi itu sendiri, disertai dengan sejumlah deskripsi mengenai tugas-tugas organisasi, dan sejumlah slogan-slogan organisasi. (At-takatul).

Kemudian Hizb berijtihad dan menghilangkan sebab-sebab itu. Lalu apa yang salah dalam ucapan Hizb, “Dan sungguh Hizb telah menghilangkan semua kekurangan dan sebab-sebab itu”? Apa hubungan hal itu dengan bahwa semua makhluk itu bisa salah? Dan bahwa Allah adalah Mahasuci dari semua kekurangan?

Sekarang saya bertanya kepada Anda, jika Anda seorang guru di sekolah, lalu setelah melihat jawaban murid itu, Anda katakan, “Ada kekurangan-kekurangan dalam jawabanmu begini dan begini,” dan Anda tentukan untuk pelajar tersebut poin-poin kekurangannya 1,2,3 … Lalu pelajar itu pergi untuk melengkapinya dan ia benar-benar melengkapinya, lalu pelajar itu pergi menghilangkan kekurangan-kekurangan tersebut, kemudian ia kembali kepada Anda dan mengatakan, “Saya telah menghilangkan seluruh kekurangan yang Anda sebutkan kepada saya wahai guru yang mulia, dan ini jawaban saya yang baru”. Lalu apakah pelajar itu telah mensifati dirinya dengan sifat Rabb semesta alam? Apakah …?

Adapun catatan yang lain, Anda mengatakan: “Bahkan wajib bagi umat untuk menerima dan mendukung Hizb, serta berjalan bersamanya. Sebab Hizb adalah satu-satunya partai yang memahami dan menguasai fikrahnya …”, dan akan saya kutipkan untuk Anda paragraf sebelum ucapan ini, kemudian paragraf yang Anda kutip di dalam pertanyaan. Dinyatakan sebagai berikut:

“Hizb telah memahami fikrah dan thariqah dakwah secara terperinci, sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh wahyu, baik dari kitabullah maupun sunnah rasul-Nya, dan yang ditunjukkan oleh keduanya, yaitu ijmak sahabat dan qiyas. Hizb tidak menjadikan fakta sebagai subyek pemikiran, akan tetapi menjadikan fakta sebagai objek pemikiran untuk diubah sesuai hukum-hukum Islam. Hizb berpegang kepada metode dakwah Rasul saw dalam mengemban dakwah, sejak beliau di Makkah hingga beliau mendirikan daulah di Madinah. Hizb menjadikan ikatan yang mengikat di antara individu-individunya adalah akidah dan pemikiran-pemikiran dan hukum-hukum Islam yang diadopsinya.

Karena itu, sudah selayaknya umat menerima dan mendukung Hizb, serta berjalan bersamanya, bahkan wajib bagi umat untuk menerima dan mendukung Hizb, serta berjalan bersamanya. Sebab Hizb adalah satu-satunya partai yang memahami dan menguasai fikrahnya, melihat dengan jelas thariqahnya, memahami permasalahannya, konsisten dengan garis perjuangan Rasul saw, tanpa menyimpang sedikit pun darinya dan tanpa menyimpang sedikit pun dari merealisasi tujuannya.” At-Ta’rif.

Anda mengomentari peryataan “Sebab Hizb adalah satu-satunya partai yang memahami dan menguasai fikrahnya, melihat dengan jelas thariqahnya…”, dengan ucapan “Sesungguhnya keesaan (al-wihdâniyah)” adalah bagian dari sifat al-Khaliq SWT.

Sesungguhnya topik masalahnya berbeda wahai saudara yang mulia. Hizb tidak mengatakan bahwa ia satu-satunya dalam segala hal. Akan tetapi Hizb mengistinbath fikrah dan thariqahnya dengan istinbath yang shahih dengan dalil-dalil syara’ sesuai ushul. Maka tentu saja Hizb menjadi pihak yang memahami dan menguasai pemikiran yang diintinbathnya ini. Ucapan itu bukan tentang seseorang, akan tetapi tentang Hizb yang mengadopsi fikrah dan thariqah ini. Maka setiap orang yang memahami dan menguasai pemikiran ini, dia bagian dari Hizb dan benar diberlakukan demikian. Dengan begitu, bagi Hizb yang mengistinbath thariqah dan fikrahnya dibenarkan untuk mengatakan bahwa ia satu-satunya yang memahami dan menguasai thariqah dan fikrah itu. Hizb lah yang mengistinbath, mengkaji dan beraktivitas dengannya dan berjuang karenanya. Maka apa masalahnya bila mengatakan bahwa Hizb lah satu-satunya yang memahami dan menguasai pemikiran tersebut? Dan apa hubungan pernyataan ini dengan (sifat) keesaan Allah SWT yang Maha Esa dan tiada yang menyerupainya?

Saya memohon kepada Allah SWT untuk Anda hidayah kepada perkara yang lurus dan agar Allah melapangkan dada Anda kepada apa yang lebih baik, dan Allah SWT adalah Zat yang menunjuki ke jalan yang lurus.

 

Saudaramu

Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah

22 Rajab 1434

01 Juni 2013

2 comments

  1. Subhanallah… jawaban yang baik. Subhanallah

  2. SubahanAllah…
    Sungguh sangat mencerahkan…
    Allahu Akbar..!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*