Kenaikan Harga BBM Bertentangan dengan Syariah Islam

HTI Press, Pangkalpinang. Bertempat di Simpang Rumah Sakit DKT Kota Pangkalpinang, ratusan aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Bangka Belitung menggelar aksi damai penolakan kenaikan harga Bahan Bakar minyak (BBM) oleh pemerintah pada Jumat(21/6) pukul 13.00WIB.

Meski di tengah terik matahari, aksi ini berjalan dengan hikmat dan tidak sedikit pun mengendorkan semangat para peserta. Yel…yel..penentangan penaikan harga BBM oleh pemerintah dan pekikan takbir serta penegakan khilafah terus menggema menyelingi orasi-orasi yang disampaikan oleh para orator.

“Menaikan harga BBM, pemerintah telah menerapkan kebijakan kapitalistik yang menyengsarakan rakyat dan ini bertentangan dengan tuntunan Syariah Islam.  Migas dan SDA yang ada di Indonesia seharusnya dikelola sesuai dengan tuntutan syariah untuk kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh rakyat, baik muslim dan maupun non muslim,” ujar Sofyan Rudianto Ketua DPD HTI Bangka Belitung dalam penyampaian pernyataan sikap HTI.

Untuk itu kata Sofyan,  kebijakan menaikkan harga BBM ini harus ditolak oleh seluruh rakyat Indonesia, karena kebijakan ini adalah kebijakan yang dzalim yang akan menyengsarakan rakyat.

“ Kebijakan ini harus ditolak karena kebijakan ini adalah kebijakan yang zolim,” tegas Sofyan.

Seharusnya lanjut Sofyan, sesuai dengan tuntunan Islam Migas serta kekayaan alam yang lain merupakan barang milik umum, yang pengelolaannya harus diserahkan kepada negara untuk kesejahteraan rakyat.

“Hanya satu-satunya jalan untuk mengatasi persoalan ini, melalui penerapan Syariah Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah Rasyidah Ala Minhaj An-Nubuwah,” kata Sofyan yang diiringi dengan pekikan takbir oleh para peserta.

Lebih lanjut, Sofyan mengingatkan kepada pemerintah, bahwa dengan menaikan harga BBM di tengah kesulitan hidup seperti sekarang ini, bisa mendorong timbulnya gejolak sosial akibat tekanan ekonomi yang tak tertahankan oleh puluhan juta rakyat miskin.

“Gejolak yang terjadi dengan kenaikan BBM saat ini bukan tidak mungkin akan berkembang menjadi semacam revolusi sosial, sebagaimana telah terjadi di sejumlah negara di Timur Tengah,” tegasnya lagi.

Sofyan menambahkan, berdasarkan hasil Sensus Ekonomi Nasional (Susenas) 2010 menunjukkan bahwa pengguna BBM 65 persen adalah rakyat kelas bawah dan miskin, 27 persen menengah, 6 persen menengah ke atas dan hanya 2 persen orang kaya.

“Jika melihat hasil Susenas tersebut, bahwa kenaikan harga BBM akan menyengsarakan rakyat Indonesia,” pungkas Sofyan. []Mahful

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*