“Euforia Perhelatan Miss World di Tengah Arus Pergerakan Perempuan Menuntut Khilafah”

HTI Press. “Ketika perhelatan Miss World diselenggarakan di Indonesia, Negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, ini akan mengukuhkan label Indonesia sebagai Negara muslim moderat, yang menerima nilai-nilai Barat. Ini akan semakin menjauhkan umat dari islam.”  Demikian yang disampaikan oleh Nia Kurniati, aktivis mahasiswi  dari ITB dalam Dialektika edisi 12, Sabtu (22/6).

Lajnah Thulab wal Jami’ah Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) kembali menggelar DIALEKTIKA (Dialog Intelektual Aktivis Kampus) yang dilaksanakan di selasar TVST ITB (Institut Teknologi Bandung). Dialektika ke-12 yang mengusung tema “Euforia Perhelatan Miss World di Tengah Arus Pergerakan Perempuan Menuntut Khilafah” dihadiri oleh puluhan aktivis mahasiswi dari berbagai elemen lembaga kampus seperti Unpad, ITB, UPI, UIN, UNIKOM,  dan kampus-kampus swasta lainnya .

Tema ini diangkat atas kepedulian Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia terhadap nasib perempuan khususnya di Indonesia, dengan rencana penyelenggaraan ajang Miss World yang akan diselenggarakan September mendatang di Indonesia yang notabene adalah negeri muslim terbesar di dunia. Di sisi lain tuntutan kaum muslimah terhadap upaya penegakkan Khilafah kian menggema, hal ini ditunjukkan dengan tingginya kuantitas peserta perempuan dalam event Muktamar Khilafah yang diselenggerakan Hizbut Tahrir Indonesia di 31 kota di Indonesia yang berpuncak pada 2 Juni 2013 lalu di Gelora Bung Karno, Jakarta.

Di sesi awal, para peserta mulai memaparkan fakta-fakta mengenai miss world sejak kemunculannya hingga saat ini. Penyelenggaraan ajang ini pun tidak lepas dari sokongan dana dan berbagai kepentingan politik para kapitalis yang sarat dengan kerakusan dan kelicikan. Selain itu para peserta pun sepakat bahwa kontes ini hanya akan mengeksploitasi perempuan dengan menjadikan mereka sebagai komoditas ‘dagangan’ dan media promosi produk-produk kecantikan barat. Diskusi semakin hangat dan menarik ketika ada salah satu peserta yang berpendapat bahwa miss world hanyalah salah satu produk kreativitas seni yang juga harus dilawan dengan produk seni yang sebanding, namun ide ini coba dibantah oleh aktivis lainnya bahwa justru para perempuan harus menghadapi ajang Miss World ini dengan perjuangan yang sebenarnya, yaitu perjuangan menegakkan Khilafah.

Diskusi ini ditutup dengan penyamaan persepsi bahwa sistem kapitalisme demokrasi telah gagal dalam menjaga kemuliaan, kehormatan dan martabat perempuan, serta tidak mampu memberikan perlindungan secara total terhadap kaum perempuan. Kemuliaan dan kehormatan perempuan akan mampu diraih tatkala Syari’ah Islam diterapkan secara kaffah dalam naungan Daulah Khilafah Islam, karena sistem ini menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan seorang muslim. Selain itu, para peserta pun mengungkapkan rencana pengguliran ide penolakan Miss World ini di kampusnya dan di tempat lain. Perbincangan juga sampai pada bagaimana  menegakkan Khilafah. Acara ini diakhiri dengan promo sebuah agenda spektakuler yang insya Allah akan diselenggarakan oleh MHTI di bulan Ramadhan yang tak lama lagi akan kita hadapi, yakni PAM ke 2 (Pesantren Aktivis Mahasiswi) yang akan mengumpulkan kembali para aktivis untuk mendiskusikan struktur negara Khilafah, tantangan Khilafah abad 21 dan bagaimana peran mahasiswi baik dalam penegakan Khilafah maupun peran mereka untuk membangun peradaban Islam dalam Khilafah nanti, insyaAllah.  [] FHN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*