Berbagai aksi protes yang dimulai pada tanggal 28 Mei 2013 di Istanbul, yang kemudian menyebar ke beberapa provinsi lainnya, dan anti-pemerintah Partai Keadilan dan Pembangunan, masih berlangsung.
*** *** ***
Berbagai insiden tersebut telah menjadikan Perdana Menteri Erdogan bersikap keras, di mana ia menyebut orang-orang dan kelompok-kelompok yang melakukan aksi protes itu sebagai kumpulan “pencuri” dan “kelompok marjinal”. Setelah itu, para pemimpin oposisi dan beberapa partai liberal yang mendukung Partai Keadilan dan Pembangunan sampai kemarin, malah menyebut Perdana Menteri Erdogan sebagai “diktator”. Mereka juga mengatakan bahwa para pengunjuk rasa adalah orang-orang biasa, dan tuntutan mereka harus didengarkan, sehingga kecaman yang dilontarkan oleh Perdana Menteri itu tidak adil.
Erdogan telah mengambil beberapa langkah lunak, dan bertemu dengan perwakilan dari para pengunjuk rasa. Namun, hal itu tidak bisa mencegah penyebaran berbagai insiden di seluruh Turki. Sementara itu, Amerika Serikat telah menyatakan keprihatinannya tentang berbagai insiden itu. Amerika Serikat menyatakan bahwa aksi-aksi protes yang demokratis ini harus didengar untuk mengetahui keinginan rakyat. Persoalan yang harus diperhatikan di sini adalah, bahwa orang yang menjadi target dalam aksi-aksi protes ini adalah Erdogan itu sendir, bukan menargetkan pemerintah atau Partai Keadilan dan Pembangunan. Juga sejumlah gerakan yang mendukungnya hingga kemarin, terutama kaum liberal dan para pengikut Jamaah an-Nur (kelompok Zionis global) menuduh Erdogan telah menjadi seorang “diktator”. Begitu juga sejumlah media Barat menyebut Erdogan sebagai sosok “diktator” atau “Sultan”, kemudian mereka mengecamnya dengan pedas. Bahkan beberapa dari mereka telah mengirim wartawan perangnya untuk setiap insiden, sehingga ada liputan langsung selama beberapa jam yang memberikan gambaran seolah-olah sedang terjadi perang.
Setelah referendum Konstitusi pada tahun 2010, timbul perselisihan antara Erdogan dan Jamaah Fathullah Golan. Sehingga beberapa lembaga yang dekat dengan jamaah itu, dan media mulai mengkritik Erdogan. Bahkan beberapa dari mereka menuntut pengunduran dirinya. Hal ini disebabkan oleh permintaan mereka untuk melakukan sejumlah perubahan dalam kebijakan yang diambil oleh Erdogan, dan permintaan mereka untuk kursi kekuasaan. Sementara, Erdogan mampu untuk menentang perubahan dan tuntutan ini, sehingga ia bisa melakukan reaksi keras terhadapnya. Misalnya, apa yang telah ia lakukan dengan operasi pembersihan di kepolisian dan pengadilan. Termasuk mereka terkejut dengan cara dan gaya yang digunakan oleh Erdogan. Mereka mengklaim bahwa apa yang dilakukan Erdogan ini menyebabkan ketegangan sosial, dan memutus jalan di depan kebijakan yang fleksibel, juga akan menyebabkan kerusakan untuk waktu yang lama.
Sementara pihak oposisi berusaha untuk mengambil keuntungan dari perselisihan ini, mencoba untuk berinvestasi dalam berbagai insiden yang terjadi dengan terlibat di dalamnya. Ini adalah penyebab meluasnya bentuk insiden Gezi Park yang dimulai damai dan tanpa kekerasan. Termasuk adanya perselisihan mengenai apakah Erdogan akan menjadi Presiden Republik atau Presiden Turki (setelah perubahan konstitusi) atau tidak. Tentu saja, tidak ada keraguan bahwa mereka semua adalah orang-orang yang setia pada Amerika Serikat, hanya saja ada perbedaan dalam cara dan gaya, serta konflik kepentingan. Akan tetapi kecil sekali kemungkinan bahwa perselisihan akan berlangsung lama, dan mengancam kepentingan Amerika. Kami berharap bahwa rencana mereka berbalik menimpa pemimpin mereka, dan memberikan hasil yang terbaik bagi Islam dan kaum Muslim. [Yilmaz Chelk, Turki]
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 1/7/2013.