Ramadhan: Saatnya Meraih Keberkahan Hidup
Oleh: Yuce Maria Ulfa
Marhaban ya ramadhan, hampir setiap tahun mungkin kita selalu mengucapkan kata-kata ini, dan hampir setiap tahun pula kita sangat hapal kemuliaan dan keagungan ramadhan, bulan penuh berkah,bulan dimana ditutup pintu-pintu neraka dan syaitan-syaitan dibelenggu. Tetapi sudahkan kita meningkatkan kualitas iman, ketaatan dan amal-amal kita? Sudahkan ada perubahan yang lebih baik setelah berlalunya ramadhan?
Puasa Ramadhan Sebuah Kewajiban
Kita semua sering, apalagi selama Ramadhan, membaca firman Allah SWT:
] يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ[
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (TQS. al-Baqarah [2]: 183)
Dengan Ibadah puasa, orang yang beriman diperintahkan untuk memproses dirinya agar menjadi orang yang bertakwa dan makin bertakwa. Di dalam Jami’ ash-Shahih al-Mukhtashar disebutkan bahwa takwa itu adalah rasa takut (al-khasyyah) yang perwujudannya adalah menjaga diri dari apa yang dapat menyebabkan mendapat siksa, berupa meninggalkan ketaatan atau mengerjakan kemaksiatan (Jami’ ash-Shahih al-Mukhtashar, i/7).
Puasa adalah salah satu kewajiban yang dibebankan Allah kepada kaum muslimin,yang Allah akan memberikan imbalan pahala bagi yang mengerjakannya, dan siksa bagi yang meninggalkannya. Status ini pun berlaku bagi perbuatan-perbuatan lain yang Allah wajibkan bagi kita, seperti shalat, zakat, berhukum dengan hukum Allah dalam seluruh masalah baik ekonomi, politik, bernegara, hubungan luar negeri, sosial,mengatur masyarakat,dan seluruh muamalah harus terikat dengan hukum-hukum Islam.
Sehingga dengan melaksanakan puasa ramadhan diharapkan akan lahir manusia-manusia yang bertaqwa yang melaksanakan seluruh perintah Allah karena ketaatannya, dan meninggalkan seluruh larangan Allah juga sebagai bentuk ketundukannya terhadap hukum-hukum Allah
Ramadhan: Moment Penyempurnaan Ketaatan
Pada Ramadhan kaum muslimin berbondong-bondong untuk taat kepada Allah, karena menyambut seruan yang telah Allah wajibkan kepada mereka, tetapi pada saat yang sama kita melihat sebagian besar kaum muslimin banyak melalaikan kewajiban-kewajiban yang telah Allah bebankan kepada mereka, bagaimana tidak, jika mereka membeda-bedakan satu hukum dengan hukum yang lain. Bagaimana dengan firman Allah berikut
فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. (TQS al-Maidah [5]: 48)
Lihatlah negeri ini yang baru saja penguasanya mengatakan “biar Tuhan saja yang tahu manfaat kenaikan BBM ini untuk Rakyat”. Yang jelas kenaikan harga BBM sekarang ini adalah untuk menjalankan skenario Memorandum of Economic dan Financial Policies atau LoI dengan IMF tahun 2000. Juga untuk memenuhi apa yang disyaratkan bagi pemberian utang Bank Dunia seperti tercantum dalam Indonesia Country Assistance Strategy tahun 2001.
Semua itu agar sempurna liberalisasi migas untuk kepentingan bisnis asing. Sebagaimana ditegaskan oleh Purnomo Yusgiantoro, menteri ESDM kala itu: “Liberalisasi sektor hilir migas membuka kesempatan bagi pemain asing untuk berpartisipasi dalam bisnis eceran migas…. Namun, liberalisasi ini berdampak mendongkrak harga BBM yang disubsidi pemerintah. Sebab kalau harga BBM masih rendah karena disubsidi, pemain asing enggan masuk.” (Kompas, 14 Mei 2003).
Jadi…Apakah menaikkan BBM ini semata untuk menyejahterakan rakyatnya? ataukah menyejahterakan tuan-tuannya yang memberikan kemakmuran padanya, tetapi membunuh rakyatnya, hanya dengan mengikuti titah tuannya? Bagaimana dengan konsekuensi dari Loi yang disepakati dengan IMF sang rentenir dunia, agar para pemilik modal asing bisa berbisnis di negeri ini, dengan pasar yang sangat potensial? Apakah penguasa-penguasa di negeri ini tidak mengetahui bahwa mereka harus menghukumi masyarakatnya dengan hukum Allah?
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (TQS. al-Maidah [5]: 44)
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (TQS. al-Maidah [5]: 45)
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (TQS. al-Maidah [5]: 47)
Serta tidak menjadikan tuan-tuan mereka sebagi tuhan dan pembuat hukum, Allah SWT berfirman:
اِتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ …
Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah … (TQS at-Tawbah [9]: 31)
Tatkala Nabi membaca ayat tersebut, Adi Bin Hatim menimpali: “ya Rasulullah mereka tidak menyembah para alim dan rahib mereka”. Nabi menjawab:
« بَلَى، إِنَّهُمْ حَرَّمُوْا عَلَيْهِمْ الْحَلاَلَ، وَأَحَلُّوْا لَهُمْ الْحَرَامَ، فَاتَّبِعُوْهُمْ، فَذَلِكَ عِبَادَتُهُمْ إِيَاهُمْ »
Ya, mereka (orang-orang laim dan para rahib) mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram lalu mereka mengikuti mereka, maka itulah ibadah (penyembahan) mereka kepada orang-orang laim dan para rahib (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Apakah peringatan Allah dalam ayat-ayat di atas tidak menjadikan hati mereka bergetar,dan jiwa mereka menjadi ciut? Sehingga mereka lebih memilih titah tuannya, dibanding dengan titah Tuhan penciptanya? Karena itu Ramadhan ini adalah saat yang sangat tepat untuk membuang ketaatan selain kepada Allah.
Ketaatan kepada Allah Membuahkan Keberkahan Hidup
Lihatlah negeri ini, hari demi hari kesejahteraan semakin jauh dari masyarakatnya, hanya dari satu kebijakan saja(baca kenaikan BBM) akan meningkatkan jumlah rakyat miskin. Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana, jumlah orang miskin pada tahun ini akan naik dari 10,5 persen menjadi 12,1 persen. Ada kenaikan angka kemiskinan sebesar 1,6 persen atas dampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Jumlah orang miskin setelah kenaikan BBM akan menjadi 30,250 juta orang. Sebelumnya, tanpa kenaikan harga BBM, tahun 2013 diprediksi angka kemiskinan hanya 26,250 juta. Jadi, akibat kenaikan harga BBM bersubsidi, jumlah orang miskin baru mencapai 4 juta jiwa. (Kompas.com, 27/5).
Padahal Allah telah berfirman
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (TQS. al-A’raf [7]: 96).
Dalam ayat ini dijelaskan jika penduduk suatu negeri menginginkan kesejahteraan yaitu dimana Allah akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi haruslah terlebih dulu mereka beriman dan bertaqwa. Yaitu memurnikan ketauhidan hanya kepada Allah, dengan menjadikan Allah sebagi satu-satunya pembuat hukum, dan bertaqwa yaitu melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi Larangan-Nya.
Wahai kaum Muslimin
Ramadhan ini saatnya kita menyambut seruan Allah. Dengan melaksanakan seluruh perintahNya dengan menegakkan sistem yang dicontohkan oleh Rasulullah yaitu Khilafah Islamiyah, yang akan memberikan kesejahteraan bagi semua.
يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (TQS al-Anfal [8]: 24)
Wallâh a’lam bi ash-shawâb.