Melatih Anak Berpuasa
Bulan Ramadhan merupakan momen pendidikan penting bagi para ibu dan pendidik generasi. Banyak sekali hikmah ibadah Ramadhan yang mengarah pada pembentukan karakter terpuji bagi anak. Berpuasa di bulan Ramadhan melatih kesabaran, keikhlasan, kekuatan, kepekaan sosial dan kemampuan empati.
Sayang, sebagian orang tua melewatkan momen penting ini. Sebagian merasa khawatir jika anak-anak diajak berlatih puasa, maka akan berpengaruh buruk bagi kesehatan dan pertumbuhan. Benarkah begitu? Tentu tidak. Melatih anak puasa adalah sesuai dengan ajaran Islam. Dan tak mungkin Islam mengajarkan sesuatu yang mendzalimi anak.
Mengapa Harus Dilatih?
Sebagai orang tua, kita seharusnya melatih anak-anak kita yang masih kecil untuk melakukan berbagai hal yang akan dibebankan kepada mereka kelak ketika mereka sudah baligh/dewasa. Latihan puasa ini dilakukan semata-mata agar kelak ketika baligh, mereka benar-benar sudah siap dan mampu berpuasa sebagaimana orang dewasa. Jangan sampai ketika baligh, mereka baru berlatih puasa. Ini sama saja kita telah membiarkan anak-anak kita terjerumus ke dalam perbuatan maksiat yang mendatangkan murka Allah SWT. Jika mencintai anak-anak kita, maka kita harus mengajarkan dan melatih mereka agar mau beribadah kepada Allah dengan senantiasa mentaati seluruh syariatNya. Ketaatan inilah yang akan menjaga mereka dari siksa api neraka. Allah SWT berfirman yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluargamu dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (TQS At Tahrim [66] : 6)
Melatih anak berpuasa adalah bagian dari syariat. Imam Al-Bukhari telah meriwayatkan hadist Rubayyi binti Muawidz, ia berkata: Rasulullah saw mengirim utusan di pagi Asyura’ ke kampung-kampung Anshar dan berkata : “Siapa yang masuk waktu pagi dalam keadaan berpuasa maka sempurnakanlah puasanya, dan barangsiapa yang masuk waktu pagi dalam keadaan berbuka (tidak berpuasa) maka berpuasalah pada sisa hari itu”. Maka kamipun melakukan puasa Asyura’. Kami puasakan pula anak-anak kecil kami dan kami berangkat ke masjid dengan menjadikan mainan dari bulu buat mereka, jika ada salah seorang dari mereka menangis minta makanan, kami berikan mainan itu kepadanya sampai masuk waktu berbuka.” (HR Bukhari dan Muslim)
Harus disadari bahwa puasa anak kecil yaitu anak yang belum baligh itu tidak wajib, tetapi sangat dianjurkan sebagai sarana latihan. Pembebanan syariat itu disyaratkan baligh. Jika syariat itu datang dan memerintahkan orang yang belum baligh untuk melakukan satu perbuatan, atau datang memerintahkan pengasuh sang anak (wali) untuk mendorong satu perbuatan, maka itu sebagai sarana latihan saja, sebagaimana dikatakan oleh asy Syafi’i. Jadi, kalau orang tua menyuruh anaknya yang masih kecil berpuasa ternyata ia mau berpuasa, maka orang tua dan anak tersebut mendapatkan pahala, tapi jika ia menolak maka orang tua tidak berdosa, demikian pula anaknya. Yang membuat orang tua dan anak berdosa adalah ketika anak sudah baligh tetapi tidak berpuasa sedangkan orang tuanya tidak pernah mengajari dan melatihnya berpuasa.
Banyak hal yang bisa kita dapatkan dengan melatih anak berpuasa. Berlatih puasa di bulan Ramadhan, adalah melatih keikhlasan. Bukankan puasa adalah ibadah yang tidak terlihat kecuali oleh Allah dan orang yang berpuasa itu sendiri?. Di samping itu Juga melatih kesabaran dan kekuatan, bukankah anak diajak untuk bersabar dan kuat menahan lapar dan dahaga? Melatih puasa juga melatih empati dan kepedulian anak. Ketika lapar, anak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang miskin yang tak selalu bisa makan ketika lapar, diharapkan anak kemudian akan peduli dan membantu mereka. Berlatih puasa juga membiasakan anak untuk senantiasa menjaga perilakunya karena puasa tidak akan bernilai jika tidak diikuti dengan perilaku yang baik.
Kapan Anak Dilatih Puasa?
Syariat tidak menetapkan umur tertentu kapan anak dilatih puasa. Perkaranya kembali pada kehendak sang wali, kesehatan dan kemampuan fisik sang anak (Mahmud Abdul Lathif, Tuntunan Puasa berdasar Al Quran). Artinya, kita bisa memulai kapan saja. Mahmud Abdul Latif menjelaskan bahwa sebaiknya anak diajak berpuasa ketika berumur 5-7 tahun. Kisaran umur ini berdasarkan pemahaman terhadap hadist Rubayyi’ yang telah disebutkan di atas. Di hadist tersebut disebutkan bahwa anak-anak diberi permainan ketika mereka puasa, maka hal ini menunjukkan bahwa umur anak-anak yang dilatih puasa oleh para shahabat Rasulullah saw-tanpa ragu lagi- berkisar antara 5-7 tahun, karena dalam kisaran umur seperti itulah anak-anak kecil bisa dipalingkan dari rasa laparnya dengan permainan
Melatih anak puasa harus dilakukan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Ketika masih balita, bisa dilakukan dengan memotivasi anak untuk senang melakukan puasa karena ingin dicintai Allah. Dalam hal ini, kita harus memberikan keteladanan yang baik, karena anak akan meniru apapun yang dilakukan ayah dan ibunya. Ajak anak untuk sahur dan berbuka puasa bersama. Siapkan makanan dan minuman kesukaan mereka sehingga mereka mau ikut makan sahur dan yang lainnya. Jika sudah bersekolah, anak bisa mulai dilatih puasa pada saat di sekolah. Biasanya anak lebih mudah dilatih puasa jika bersama-sama dengan teman-temannya.
Ketika anak bertambah usia, dan bertambah kuat, anak bisa dilatih berpuasa lebih lama. Misalnya kita ajak anak berbuka saat dhuhur sekitar jam 12. Kalau ternyata kuat, maka beberapa hari kemudian kita ajak berbuka jam 2 dan seterusnya. Setelah berbuka, anak bisa kita ajak untuk berpuasa lagi hingga masuk waktu magrib. Anak bisa dilatih berpuasa setiap hari, atau berselang seling, sehari puasa, sehari tidak dan sebagainya. Untuk mengalihkan anak dari rasa lapar, kita bisa berikan kegiatan yang bermanfaat. Misalnya mengajak melakukan pekerjaan tangan, mengajak main sandiwara, membacakan cerita, menonton film yang mendidik dan lain-lain.
Haruslah diperhatikan oleh setiap orang tua untuk tidak mengisi waktu puasa ini dengan membiarkannya bermain dengan permainan yang tidak mendidik seperti main game atau menonton televisi sepanjang hari. Jangan sampai kita berhasil melatih anak puasa tetapi ternyata justru membiarkannya larut dalam berbagai kegiatan dan tontonan yang merusak iman Islamnya. Selain permainan, bisa juga kita alihkan rasa lapar anak dengan mengajaknya membantu kita mempersiapkan makanan dan minuman untuk berbuka. Kita juga bisa mengajaknya ke tempat tertentu, misalnya berkunjung ke teman atau saudara, berkunjung ke masjid-masjid sekalian mengantarkan makanan untuk berbuka puasa dll. Jika dengan berbagai cara anak sudah sangat sulit dikendalikan hingga marah dan ngambek, cobalah periksa, jangan-jangan ia memang sakit sehingga harus membatalkan puasa.
Ketika anak sudah berumur 7 tahun ke atas hingga sebelum baligh , proses pengajaran dan pelatihan harus lebih serius. Hanya perlu diingat bahwa kita tetap tidak boleh memaksa anak berpuasa karena puasa anak adalah tahap belajar dan berlatih bukan tahap taklif (pembebanan hukum). Di usia ini, anak seharusnya didorong untuk berpuasa karena keinginan taat padaNya bukan karena dorongan ingin dipuji atau ingin mendapatkan materi seperti uang. Karenanya, alangkah baiknya kalau kita tidak mengiming-imingi anak dengan imbalan materi agar ia mau puasa. Kalaupun kita ingin memberinya, maka berilah di akhir bulan puasa dan sampaikan bahwa itu bukan imbalan akan puasanya tetapi hanya hadiah dan tanda cinta dan syukur kita karena ia telah menjalankan salah satu ketaatan kepada Allah. Perlu ditanamkan juga kepada anak bahwa kedua orang tuanya sangat mencintainya dan menginginkan anaknya selamat baik di dunia maupun akhirat, dan itu hanya didapatkan dengan cara beribadah kepada Allah dan taat dengan seluruh syariahNya, termasuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Keberhasilan Melatih Anak Berpuasa
Melatih anak berpuasa adalah menjalankan syariat. JIka latihan puasa ini dilakukan dengan cara tepat, maka Insya Allah tidak akan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan maupun pertumbuhan anak. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, seperti memilih makanan dengan memperhatikan kecukupan dan keseimbangan nutrisi untuk pertumbuhan anak . Kemudian membantu anak mengelola waktunya. Misalnya, apakah anak sulit bangun pagi? jika benar, maka ia pasti sulit makan sahur. Maka harus dicari cara tepat agar anak bisa bangun untuk makan sahur. Misalnya tidak tidur terlalau malam atau yang lainnya. Dan jangan lupa mengkondisikan anak supaya melakukan puasa dengan senang, tidak karena terpaksa.
Keberhasilan melatih anak berpuasa , selain ditentukan oleh peran orang tua dalam membangun ketaqwaan anak dan melatihnya berpuasa, juga ditentukan oleh peran sekolah, lingkungan masyarakat, juga Negara. Bisa kita bayangkan, alangkah sulitnya mengajak anak berpuasa sementara ia melihat orang-orang di sekitarnya banyak tak berpuasa. Karena itu, perlu peran Negara untuk menerapkan system aturan yang akan mewajibkan semua muslim berpuasa dan memberi sanksi bagi semua pelanggarnya. Itu sebabnya mengapa kita harus berusaha mengubah sistem masyarakat yang ada saat ini sehingga terwujud sebuah masyarakat Islami, yang menerapkan aturan Islam secara keseluruhan. Sistem yang akan semakin mengokohkan keimanan anak dan mendorongnya untuk taat dengan seluruh aturan Islam/syariah, termasuk kewajiban puasa. Sistem yang akan melahirkan generasi bertaqwa yang taat kepada syariah dan unggul di berbagai bidang kehidupan. Itulah sistem Islam yaitu Daulah Khilafah Islamiyah. (WN)