”Miss World: Eksploitasi dan Perendahan Martabat Perempuan”

HTI Press. Minggu (30/06), Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD I Lampung mengadakan Forum Muslimah Untuk Peradaban (FORMUDA)  edisi ke-8. FORMUDA yang bertemakan “Miss World : Eksploitasi dan Perendahan Martabat Perempuan” ini dilaksanakan di Graha Gading Karang, Teluk Betung. Untuk FORMUDA kali ini, Ustadzah Iffah Ainur Rochmah, S. Pd. (Jubir Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia) dan Ustadzah Yusriana (DPP MHTI) hadir sebagai pembicara yang menghangatkan pemikiran 150 peserta.

Kebebasan itu adalah dalil yang selalu di gunakan oleh masyarakat Indonesia. Bebas untuk korupsi, tidak menutup aurat, dan sebagainya. September 2013 ini, Indonesia akan menjadi tuan rumah kontes Miss World dengan finalnya berlangsung di Bogor. Ajang yang biasanya selalu mempertontonkan kemolekan tubuh perempuan hendaknya harus ditolak karena hal itu sama saja melakukan pengeksploitasian dan perendahan martabat perempuan. Didalam Islam semua aktivitas umat itu harus terikat dengan hukum syara’.

“Pada tahun 2012, Indonesia kedatangan Irshad Manji.  Disitu juga telah terjadi penolakan sehingga tidak ada lagi acara yang diadakan di Indonesia. Pada tahun 2012, rencana kedatangan Lady Gaga pun telah di tolak karena akan membahayakan generasi dilihat dari pakaiannya kemudian perilakunya.  Pada tahun 2013 kali ini, Indonesia akan mengadakan kontes kecantikan yaitu Miss World yang sejatinya adalah pengeksploitasian dan perendahan martabat perempuan.  Dengan menjual semua bagian yang ada perempuan, bukan penghormatan tapi  perendahan yang didapat. Dan sudah seharusnya kita juga melakukan penolakan,” ujar Ustadzah Iffah.

Ustadzah Iffah pun kemudian menambahkan, ada beberapa poin alasan kita sebagai umat Islam menolak agenda ini. Alasan pertama yaitu alasan ideologis dengan eksploitasi perempuan,  serta perendahan martabat perempuan. Kedua, dusta konsep, karena kecerdasan itu tidak dapat dilihat hanya beberapa hari saja. Yang dinilai hanyalah kecantikan tubuhnya saja. Ketiga, proyek liberalisasi budaya. Keempat, motif ekonomi. Kelima, ajang penyesatan yaitu dengan memberikan pemahaman bahwa perempuan cantik itu dilihat dari fisiknya semata. Keenam, motif pariwisata dengan dalih meningkatkan pariwisata dan citra bangsa di dunia. Kemudian yang terakhir yaitu membawa negara tunduk pada kepentingan korporasi.

“Dalam pandangan islam kecantikan itu bukan menjadi tolak ukur kehormatan dan kemuliaan perempuan.  Islam memandang bahwa wanita yang sholihah itu adalah perhiasan dunia. Bukan perempuan dengan ukuran tubuhnya dengan kriteria yang ditentukan oleh manusia,” papar Ustadzah Yusriana.

Ustadzah Yusriana pun menambahkan, Islam menjaga kehormatan dengan beberapa cara; yang pertama perempuan harus menutup aurat. Kedua, melarang untuk tabarruj (berdandan berlebihan). Ketiga, Islam melarang pekerjaan yang mengeksploitasi perempuan. Keempat, Islam memerintahkan untuk menahan pandangan. Kelima memberi sanksi kepada orang yang mengganggu kehormatan perempuan. Dan ini pun akan mampu diterapkan dengan adanya Khilafah Islamiyah.

Usai sesi diskusi, para peserta ikut serta menandatangani pernyataan sikap penolakan ajang Miss World. Sesi ini dikuatkan dengan beberapa perwakilan tokoh yang dimintakan maju menandatangani banner pernyataan sikap. Dengan diawali pembacaan pernyataan sikap oleh DPD I MHTI Lampung, Ustadzah Iffah Ainur Rochmah yang pertama kali membubuhkan tanda tangan. Kemudian dilanjutkan penandatangan oleh Ustadzah Yusriana, Ustadzah Ade Kumala Sari, S.Tp. (DPD I MHTI Lampung), Ustadzah Mislamah (Muballighoh Lampung), Hj. Nadya (anggota BKOW dan persatuan istri insinyur Indonesia), dan Ustadzah Hayesti Maulida, M.Ag (Nasyiatul ‘Asiyah).  Adapun sebagian besar lainnya menandatangani bundel kertas pernyataan sikap penolakan ajang Miss World.

Proses penandatanganan ini juga diliput oleh rekan media Lampung (Lampung TV, Radar TV Lampung). Juga didokumentasikan dalam bentuk foto oleh Karisma FM, Sidak POST dan Radar Lampung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*