Menjauhkan Diri Dari Perbuatan Sia-Sia Adalah Bukti Iman

Oleh: Arini Retnaningsih

Tahun lalu, setan-setan menangis karena putus asa tak bisa mengoda manusia.  Tahun ini,  setan  tak lagi menggoda, tapi amal yang bikin puasa batal.  Kok?  Ya, belajar bisa bikin puasa batal kalau belajarnya belajar masak lantas dicobai sampai kenyang.  Memberi juga bisa membuat puasa batal kalau uang yang diberikan buat beli minuman.  Maka biar puasa tidak jebol, salah satu operator  telepon seluler  memberikan paket THR, Tetap Hepi selama bulan Ramadhan, yaitu internetan seharian hanya 1000 rupiah.  Ada lagi iklan operator seluler yang bagi-bagi berkah dengan  gratisan serba 1000.

Iklan yang hampir senada tiap tahun menjelang Ramadhan, bahwa lebih baik asyik berkutat dengan hape untuk menjaga agar puasa terasa ringan dan tidak terbujuk rayu setan.

Padahal, boleh jadi iklan tersebut adalah bagian dari tipudaya setan.  Rasulullah saw telah mengingatkan kita dengan sabdanya :

“Sesungguhnya setan telah mengatakan :’Demi keagungan-Mu, wahai Rabbku, aku tidak akan berhenti untuk menyesatkan hamba-hamba-Mu selagi roh mereka berada dalam jasadnya…’ (HR Ahmad dari Abu Sa’id).

Kalau kita mau renungkan, justru handphone sekarang seringkali telah menjadi penjelmaan setan itu sendiri dan berpotensi membuat puasa kita kehilangan pahala.  Chating, sms atau telepon, isinya menggunjing, bersayang-sayang dengan yang bukan suami atau istrinya, atau menyebar berita dusta.  Browsing membaca berita-berita gosip, melihat-lihat gambar dan video berbau porno, atau mendownload lagu baru, film dan game.

Memang sepertinya orang tidak berbuat apa-apa, tapi sebenarnya dosa jalan terus melalui hape.  Kalaupun tidak melakukan yang berdosa seperti menggunjing, pacaran dan menyebar dusta, mereka  dekat dengan perbuatan yang diperintahkan Allah untuk ditinggalkan, yakni perbuatan sia-sia.  Allah SWT berfirman :

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ [٢٣:١]الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ [٢٣:٢]وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ [٢٣:٣]

“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman.  Yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang sia-sia” (QS Al Mu’minun : 1-3).

Perbuatan sia-sia adalah perbuatan yang tidak kita sadari merugikan kita.  Dengan melakukan perbuatan sia-sia, waktu kita terbuang percuma.  Semestinya kita bisa menggunakan waktu tersebut untuk hal-hal lain yang bermanfaat dan mengerjakan perbuatan yang dapat mendatangkan pahala.  Bahkan perbuatan sia-sia dapat mengundang dosa, saat kita terlena dengannya sampai melupakan kewajiban-kewajiban kita.  Seperti terlalu asyik menonton film, chating, main game dan sebagainya sampai melewatkan waktu shalat.

Yang memprihatinkan, saat ini perbuatan sia-sia seakan menjadi tren.  Di angkot, alih-alih berzikir, lebih banyak orang yang memasang headset di telinganya, mendengarkan musik.  Di mana pun kita lihat orang yang sedang asyik dengan hape.  Chating menjadi budaya, dari messenger-an, facebook, twitter sampai blackberry-an.  Di rumah-rumah, orang lebih banyak menghabiskan waktu senggangnya dengan menonton televisi, tidak puas dengan saluran TV biasa, menjamur TV-TV kabel yang bisa menjangkau lebih banyak lagi jaringan TV internasional, semata demi kepuasan menonton.

Sampai-sampai di bulan Ramadhan, yang semestinya diisi dengan memperbanyak amal, justru yang diperbanyak adalah perbuatan sia-sia.  Untuk melupakan haus dan lapar, banyak orang yang mengalihkan perhatiannya pada hiburan.  TV, majalah, film, lagu, dan hape.  Kebiasaan ngabuburit, menunggu datangnya waktu berbuka, seringkali juga merupakan perbuatan yang penuh dengan kesia-siaan.  Pada saat tersebut, acara TV dipenuhi dengan program-program lawakan yang mengumbar kekonyolan.  Jalanan dimacetkan orang yang ingin jalan-jalan sore, nongkrong, atau berbelanja.  Dan tidak sedikit muda-mudi duduk berpasangan di pinggir jalan, di taman kota, mal dan sebagainya.

Sangat disayangkan bila waktu kita dihabiskan sia-sia.  Bagi seorang muslim, waktu adalah investasi yang paling berharga.  Dan waktu, tidak akan pernah bisa kembali.  Jangan sampai saat kita sudah di depan pengadilan Allah, baru kita menyesali kehidupan kita di dunia, seperti digambarkan Allah dalam QS. Al Fajr :

وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنسَانُ وَأَنَّىٰ لَهُ الذِّكْرَىٰ [٨٩:٢٣]

يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي [٨٩:٢٤]

“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: “Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini”. (QS. Al Fajr : 23-24).

Itulah sebabnya agama kita memerintahkan kita untuk meninggalkan perbuatan sia-sia.  Bahkan, seorang yang menjaga agamanya, ia akan berusaha untuk sesedikit mungkin melakukan hal-hal yang mubah, sekalipun boleh, untuk dapat memperbanyak melakukan yang wajib dan sunnah.

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya:

 “Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya“.”(Hadits hasan. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan selainnya seperti itu). Hadits di ini merupakan salah satu prinsip adab dan etika mulia dalam Jami’ul ‘Ulum wal-Hikam (I/288).

Disinilah pentingnya kita menyusun prioritas amal.  Amal-amal wajib kita jalankan dengan sempurna.  Amal-amal sunnah kita perbanyak, amal-amal mubah kita cukupkan dengan seperlunya saja, dan amal-amal yang makruh dan haram kita tinggalkan.  Insya Allah, dengan kita menjaga diri dari perbuatan sia-sia, kita akan terhindar dari mengerjakan yang haram dan terjaga dari kerugian dunia.

Maka, daripada kita menghabiskan waktu untuk mendengar lagu, kenapa tidak untuk mendengar dan mengkaji Al Qur’an?  Chating dan sms kita jadikan sarana dakwah untuk menyampaikan ajaran agama.  Browsing kita jadikan sarana meningkatkan kualitas keilmuan kita.  Ngabuburit kita isi dengan menyambung ukhuwah, atau tadarus dan mengkaji agama.  Insya Allah dengan demikian perbuatan kita bernilai pahala.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*