Audiensi Muslimah HTI Jogja ke Kedaulatan Rakyat
HTI Press. Sabtu (20/07), Muslimah HTI DPD I Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan kunjungan ke kantor Redaksi Harian Kedaulatan Rakyat (KR) Jogja. Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka mem-follow up-i agenda roadshow media sehari sebelumnya (19/07), sekaligus audiensi seputar penyelenggaraan kontes Miss World bulan September ini, dimana Indonesia menjadi tuan rumah pelaksanaan agenda tersebut. Kunjungan ini disambut baik oleh perwakilan Redaksi KR, Ibu Suci, dan Mas Irvan selaku wartawan.
Muslimah HTI DPD I DIY yang diwakili oleh Ustadzah Agustina Purlina, S.T dan Ustadzah Yuzi Akari, S.T menyampaikan fakta-fakta penolakan mayoritas masyarakat terhadap penyelenggaraan kontes Miss World ini. Penolakan datang tidak hanya dari umat Muslim, melainkan juga non-Muslim. Penolakan tersebut dikarenakan dusta konsep 3B (brain, beauty, behaviour), yang sejatinya, kontes tersebut merupakan kontes kecantikan an-sich, tidak ada kaitannya dengan kecerdasan atau kepribadian. Hal itu menjadikan perempuan seolah-olah layak dieksploitasi, dan para kontestan pun dijadikan sebagai komoditas bagi industri kosmetik dan fashion. Alasan lain yang tidak kalah penting adalah, penyelenggaraan kontes Miss World di Indonesia hanya akan membawa dampak negatif bagi moralitas generasi bangsa. Mempertontonkan aurat wanita sedemikian vulgar dapat mempengaruhi perilaku-perilaku menyimpang seperti perkosaan, pelecehan seksual, dan lain sebagainya. Adapun untuk menggalakkan dunia pariwisata Indonesia, tidak harus dengan menyelenggarakan kontes Miss World di Indonesia, melainkan dengan cara yang lebih elegan dan edukatif.
“Muslimah HTI berharap pemerintah bersedia mencabut/menarik perizinan diselenggarakannya kontes ini di Indonesia. Karena jika kontes ini jadi diselenggarakan di Indonesia, maka akan menjadi sebuah kemenangan besar bagi kaum liberalis”, ungkap Agustina. Alasannya, penerimaan Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia terhadap Miss World, akan meneguhkan opini bahwa Islam tidak mempermasalahkan eksistensi perempuan melalui kontes kecantikan dan akan menjadi model bagi negeri muslim lain agar lebih toleran dan terbuka terhadap “kemajuan” kaum perempuan.
Agustina juga menyampaikan kepada perwakilan KR bahwa Islam memiliki seperangkat aturan untuk memuliakan perempuan, karena kehormatan perempuan itu wajib dijaga. Beberapa diantara aturan tersebut adalah perintah menutup aurat dan larangan tabarruj (berlebih-lebihan dalam berhias). Selain itu, beberapa hal yang telah dilakukan oleh Muslimah HTI dalam rangka menolak kontes Miss World adalah aksi dan audiensi di beberapa daerah, serta kepada kalangan tokoh masyarakat seperti muballighah dan majelis ta’lim.
Diskusi pun berjalan hangat dan mendapat tanggapan positif. Ibu Suci juga mengutarakan apresiasinya kepada Muslimah HTI yang telah memberikan sumbangsih solusi bagi problematika yang ada, demi menuju kondisi yang lebih baik tentunya. Dalam kesempatan tersebut, MHTI memberikan rilis agenda MHTI tentang ‘Tolak Miss World’ kepada pihak KR.