[FOTO] Tolak Miss World, Selamatkan Bogor dari Liberalisasi Budaya !

HTI Press.  DPD II HTI Kabupaten Bogor pada hari Selasa (23 Juli 2013) menyelenggarakan  Diskusi Untuk Bogor dan Buka Puasa Bersama (Ifthor Jama’i) dengan Tokoh se- Kabupaten Bogor di Rumah Makan Ikan Bakar Bambu Haur,  Jl.Baru Alternatif Sentul No.38 Bogor. Tema Diskusi  adalah “Tolak Miss World, Selamatkan Bogor dari Liberalisasi Budaya !”.  Acara yang dipandu oleh ustadz Aan Sufyan, dibuka dengan tilawah Qur’an oleh ustadz Amirullah. Setelah itu sambutan dari Ketua DPD II HTI Kabupaten Bogor, disampaikan oleh ustadz Ibnu Sujana. Sebagai pembicara  adalah ustadz Ir. M.Adhi Maretnas Harahap (Praktisi Pendidikan Bogor) dan KH. Muhyidin ( Pimpinan Ponpes An-Nur Pamijahan Bogor).

Ustadz Adhi Maretnas, menguraikan mengapa kita perlu untuk menolak Kontes Miss World 2013 di Indonesia.  Ada 7 alasan utama :

Pertama adalah Alasan Ideologis, yakni bukan sekedar soal bikini, umbar aurat. Tahun 2013 penyelenggara tetapkan sesi pemotretan pakaian pantai pakai kain Bali, tidak terlalu vulgar.  Apapun namanya, kontes kecantikan itu benang merahnya cuma satu: mencari perempuan tercantik fisiknya untuk dieksploitasi. Itu sudah menjadi ideologi kontes kecantikan sejak dulu.  apalagi Miss World, sejarah awalnya memang untuk mencari model pakaian renang alias bikini. Tahun 50an, dinamai Bikini Contest.  Sudah tentu yang dijual adalah kemolekan tubuh para perempuan itu. Kontes kecantikan hanyalah stempel bagi legalisasi eksploitasi tubuh perempuan agar tampak elegan.  Kontes kecantikan menjadikan perempuan dan tubuhnya sebagai barang dagangan di atas panggung, catwalk, majalah, koran, dan televisi. Kecantikan dan tubuh perempuan peserta kontes dijadikan alat promosi industri rating media, industri alat komestik, dan industri fashion.  Jadi kontes ini kita tolak karena  kontes didasari pandangan eksploitasi dan perendahan martabat perempuan.

KeduaDusta Konsep 3B.  Konsep 3B dalam kontes kecantikan, yakni Brain (kecerdasan), Beauty (kecantikan), dan Behavior (kepribadian), adalah konsep dusta untuk membungkus kontes semacam ini agar diterima masyarakat. Kita akan bertanya-tanya, dalam kontes yang hanya dilakan beberapa hari, bagaimanakah menilai kecerdasan, kecantikan, dan kepribadian?  Yang dinilai hanyalah 1 konsep saja, yakni kecantikan. Maka, mendukung ajang ini sama saja dengan melanggengkan penjualan tubuh perempuan.

KetigaKampanye Liberalisasi Budaya.  Posisi Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia, juga tren dewasa ini bahwa Indonesia menjadi ‘kiblat’ dunia Islam.  Penerimaan Indonesia atas Miss World akan meneguhkan opini bahwa Islam tidak mempermasalahkan  eksistensi perempuan melalui kontes kecantikan.   Hal ini akan menjadi model bagi negeri-negeri muslim lain agar lebih toleran dan terbuka terhadap ¨kemajuan¨ kaum perempuan. Jadi, Indonesia akan menjadi kiblat liberalisme budaya! Naudzu billah.   Baru disoundingkan diadakan di Indonesia  sudah menaikkan jumlah peserta menjadi 130 peserta, sedangkan pada pelaksanaan tahun lalu hanya 116 peserta. Brunei yang tidak pernah ikut, tahun ini mendaftar ikut.

KeempatMotif Ekonomi.  Populasi 235 juta penduduk negeri ini adalah market menggiurkan bagi penjualan berbagai komoditi. Pemegang hak siar malam final Miss World yang di Indonesia di tangan MNC misalnya, dipastikan akan meraup pundi-pundi rupiah dari para pemasang iklan yang mengerubutinya. Belum lagi penjualan produk-produk para sponsor.

KelimaTidak Ada Manfaat Buat Indonesia.  Manfaat penyelenggaraan Miss World dengan dalih meningkatkan pariwisata dan citra bangsa di dunia internasional adalah alasan picik, konyol dan mengada-ada serta menunjukkan ketidakmampuan negara untuk mengelola negara dengan kaidah yang bersendikan moralitas bangsa yang mulia  dan cerdas.  Pelecehan thd umat Islam Indonsia yg sdg bergiat menegakkan syariat Islam kaffah.

KeenamAjang Arus Penyesatan.  Juga perlu diketahui, pihak penyelenggara saat ini sedang giat melakukan ‘kampanye penyesatan’. Mereka mengaburkan opini seolah-olah kontes tersebut akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat.  Misal opini bahwa kontestan Miss World disyaratkan melakukan aksi sosial /kemanusiaan, beda dg kontes Miss Universe.  Penyelenggara sedang melakukan roadshow ke tokoh-tokoh masyarakat, perguruan tinggi dan pesantren  di seluruh Jawa untuk mendapatkan dukungan penyelenggaraan di Indonesia. Diantara hasilnya adalah pesantren besar  PP Al YASINI Wonorejo di Pasuruan Jatim yang menyatakan dukungannya terhadap  kontes Miss World setelah dikunjungi penyelenggara.

KetujuhMembawa Negara Tunduk pada Korporasi.  Bila dengan  berbagai penolakan yang ada pemerintah tetap ijinkan, berarti menegaskan pemerintah tak peduli dan gagal menjaga moralitas bangsa.  Bila diperlukan tentu pengerahan massa harus dilakukan.  Untuk menunjukkan pada umat bahwa pemerintah telah ‘tunduk’ di bawah pengaruh pemilik korporasi, tidak melindungi rakyat dari bahaya liberalism budaya. Juga menjelaskan bagaimana seharusnya umat menolak kontes ini. Khalayak ramai tetap perlu kita selamatkan dari pengaruh negatif peyelenggaraannya.

Maka kesimpulannya adalah, sungguh aneh jika ada kalangan muslim yang mendukung ajang maksiat ini.  Sebab, Islam menempatkan perempuan pada posisi mulia, sebagai kehormatan sebuah keluarga bahkan sebuah bangsa. Perempuan harus dihargai, bukan dieksploitasi.  Umat membutuhkan penerapan syariat Islam kaffah dlm negara khilafah agar terlindungi kehormatan kaum perempuan dan umat terjaga dari liberalisasi global karena negara dan pemimpinnya mandiri dan memiliki integritas.

Beberapa tokoh kemudian menyampaikan pertanyaan dan pernyataan dalam mendukung sikap HTI terhadap penolakan Kontes Miss World sebagai bentuk kemaksiatan yang tidak dapat dibiarkan begitu saja.  Menjelang waktu berbuka puasa, para tokoh kemudian menandatangani Pernyataan Sikap Bersama: Ulama dan Tokoh Ummat Islam Kabupaten Bogor, Menolak Penyelenggaraan Miss World 2013 di Indonesia, karena merupakan Kapitalisasi Tubuh Perempuan, dan Penghinaan terhadap Ummat Islam !

Acara ditutup dengan doa oleh KH. Muhyidin yang sering dipanggil akrab dengan Ustadz Mumuh ini.  Ketika suara adzan berkumandang, maka kamipun berbuka puasa bersama dengan hidangan ala kadarnya, alhamdulillah.

[DPD II HTI Kabupaten Bogor]

Foto-foto dokumentasi:

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*