Menlu Baru Mesir: Mesir Tidak Ada Niat Ikut Dalam Jihad di Suriah

Pernyataan Fahmi Seperti Kucing Yang Dengan Sombong Menceritakan Telah Menerkam Singa

Situs BBC pada tanggal 20/7/2013 mempublikasikan berita berikut: “Menteri Luar Negeri Mesir yang baru, Nabil Fahmi mengatakan bahwa Kairo akan mempertimbangkan kembali keputusan pemerintahan mantan Presiden Muhammad Mursi yang telah memutus hubungan diplomatik Mesir dengan Suriah.”

Fahmi mengatakan kepada wartawan bahwa “akan dipertimbangkan kembali semua aspek dalam masalah ini, dan hal ini tidak berarti bahwa hubungan akan dilanjutkan atau tidak dilanjutkan.”

Menteri Luar Negeri Mesir itu menegaskan bahwa “Mesir tidak ada niat untuk berpartisipasi dalam Jihad di Suriah.” Pernyataan ini ditujukan pada seruan “jihad” yang dilontarkan pada masa pemerintahan Mursi. Namun (Mesir) masih mendukung “aspirasi rakyat Suriah untuk mewujudkan kemerdekaan.”

Akan tetapi Fahmi mengatakan pada hari Sabtu (20/7) bahwa dirinya mendukung ide untuk menemukan solusi politik terhadap konflik di Suriah.

*** *** ***

Pertama: Keputusan Mursi memutus hubungan diplomatik Mesir dengan Suriah, bukan keputusan yang datang dari diri Mursi sendiri, namum itu gema dari keputusan Obama untuk mempersenjatai tentara pembebasan. Bahkan semua gerakan Mursi terkait peristiwa Suriah, khususnya, adalah gema dari gagalnya upaya Amerika untuk mengendalikan revolusi. Sehingga kami mendapatinya, terkadang ia menyerukan penggulingan Basyar; kadang-kadang ia berpartisipasi bersama Turki, Arab Saudi dan Iran dalam “quartet” yang berusaha menemukan sebuah solusi politik di Suriah; kadang-kadang  ia bertanya pada Kerry tentang apa yang terjadi di Suriah; dan kemudian kita dengar ia mengizinkan jihad di Suriah, dimana di saat yang sama ia membiarkan kapal perang Iran melewati Terusan Suez untuk membantai umat Islam di Suriah.

Kedua: Pernyataan Menteri Luar Negeri Mesir yang baru Nabil Fahmi bahwa Kairo akan mempertimbangkan kembali keputusan pemerintahan mantan Presiden Muhammad Mursi yang telah memutus hubungan diplomatik Mesir dengan Suriah” adalah pernyataan yang tidak bernilai sama sekali. Sebab kebijakan luar negeri Mesir ada di tangan Amerika, bahkan cengkeramannya sangat kuat sejak tahun lima puluhan abad yang lalu. Dengan demikian, Fahmi tidak memiliki pertimbangan apalagi mempertimbangkan kembali. Sehingga pernyataannya ini hanya gelembung sabun yang tidak berharga, yang diucapkan hanya untuk konsumsi dalam negeri, atau ia sebagai pembuka jalan bagi keputusan baru yang akan diambil oleh Amerika dalam hal ini.

Ketiga: Adapun pernyataan Fahmi bahwa “Mesir tidak ada niat untuk berpartisipasi dalam Jihad di Suriah”, maka keadaannya seperti kucing yang dengan sombong menceritakan telah menerkam singa. Ia tidak punya kuasa untuk memutuskan partisipasi Mesir dalam jihad di Suriah atau tidak, sebab keputusannya tunduk pada kehendak tuannya di Washington.

Keempat: Sedang pernyataan Nabil Fahmi bahwa “dirinya mendukung ide untuk menemukan solusi politik terhadap konflik di Suriah”, maka ini adalah bukti nyata ketergantungan pemerintahannya pada perintah Amerika, dan langkah yang dijalankannya adalah pelaksanaan bagi semua rencana Amerika untuk mewujudkan kepentingannya di Suriah.

Akhirnya, tepat sekali perkataan seorang penyair dalam perumpamannya: “Sebutan kerajaan bukan pada tempatnya, seperti kucing yang dengan sombong menceritakan telah menerkam singa”. [Abu Dajanah]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 23/7/2013.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*