“Lindungi Umat dari Liberalisasi Budaya” (Talkshow live MHTI DIY di RBTV)

HTI Press. Senin (22/7) Muslimah HTI DIY berpartisipasi dalam program siaran di salah satu televisi swasta di Yogyakarta, yaitu RBTV.  Talkshow I Love Jogja bertajuk lindungi umat dari liberalisasi budaya ini menghadirkan dua narasumber : Anisa Rahmawati (Pengurus MHTI DIY Divisi Intelektual) dan Adhe Helmayeni (Pengurus MHTI DIY Divisi Muballighah).

Berkaitan dengan latar belakang tema perbincangan, Adhe Helmayeni memaparkan bahwa dalam waktu dekat yaitu bulan September akan diselenggarakan ajang Miss World. Dia menghargai upaya untuk meningkatkan ekonomi dan pariwisata negara ini, hanya saja prediksi penyelenggara kurang detil karena hasil pelaksanaan kontes ini justru negatif dan tidak sebanding dengan hasil yang diharapkan.

Ketika dimintai tanggapan bahwa menurut sebagian masyarakat kontes ini akan membuat Indonesia mendunia, Anisa mengatakan bahwa dari awal harus diperhatikan kontes seperti ini tidak memberikan manfaat dan lebih mendudukkan perempuan sebagai komoditas yang menghasilkan keuntungan. Bahkan berpotensi membawa kerusakan generasi yang lebih besar. “Kontes seperti ini hanya mempromosikan perempuan sebagai komoditas penghasil pundi-pundi material,” ujarnya. Anisa juga mengingatkan bahwa kontes kecantikan ini  tentu dikonsep untuk menginspirasi masyarakat Indonesia dengan mengusung standar perempuan ideal dengan standar mereka. Dia menganggap hal tersebut akan semakin memperparah persoalan masyarakat yang sudah banyak. Adhe menambahkan, dalam kontes kecantikan apapun termasuk yang pesertanya berbalut baju muslimah, tetap tidak bisa dibenarkan karena sejak awal berpandangan bahwa perempuan adalah objek yang layak dipertontonkan. “Sekalipun Miss World mengusung 3B (Brain, Beauty, Behaviour), tetaplah aspek beauty yang menonjol dan paling dilihat oleh juri,” tandas Adhe.

Ketika perempuan tidak pantas mengikuti kontes semacam ini, lalu bagaimana bentuk peran aktif perempuan dalam masyarakat? Anisa memaparkan bahwa ada peran besar yang dimainkan perempuan yaitu sebagai pendidik anak dan pengatur rumah tangga, dengan kata lain perempuan berperan menyiapkan generasi penerus dan ini bukan perkara mudah. Terkait kiprah perempuan di ranah publik, Anisa mengatakan perempuan sebagai bagian dari masyarakat, boleh untuk berpartisipasi di ranah publik, misalnya  bergabung dalam kelompok – kelompok di masyarakat melakukan kontrol terhadap penguasa. “Tentu aktivitas semacam ini dilakukan tanpa melupakan kewajiban utama sebagai ibu pencetak generasi,” tegasnya.

Terkait upaya MHTI untuk menolak kontes Miss World dan tanggapan pemerintah tentang hal ini, Anisa menjelaskan bahwa MHTI sudah menyampaikan pendapatnya ke pihak – pihak terkait, seperti ke DPRD, dinas pariwisata, kalangan muballighah, dll. Di DIY juga baru saja digelar rembug muballighah untuk menolak Miss World. Anisa menutup perbincangan dengan mengatakan jika pemerintah tidak mendengar upaya perbaikan seperti ini, ini membuktikan bahwa suara rakyat sudah tak didengar lagi. [Pus/MMC_DIY]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*