Aksi Remaja Peduli Surabaya, Bebaskan Remaja Dari Pergaulan Bebas

HTI Press. Bertepatan dengan Hari Anak Nasional, puluhan pelajar yang tergabung dalam Club Remaja Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia mengadakan aksi simpatik di depan gedung Balai Kota Surabaya. Mereka yang berpartisipasi dalam aksi ini adalah para pelajar SMP dan SMA kota Surabaya dan sekitarnya. Di tengah panas kota Surabaya, mereka terus bersemangat mengikuti aksi ini hingga selesai.

Aksi ini mengambil tema “Ibu, kami ingin Surabaya bersih dari pergaulan bebas”, para pelajar ingin mengungkapkan perasaannya ini kepada Ibu walikota Surabaya, Tri Risma Harini. Aksi ini dilakukan sebagai wujud keprihatinan mereka terhadap kondisi pergaulan bebas di kalangan para remaja, khususnya di kota Surabaya. Kepedulian mereka ditunjukkan dengan adanya aksi menulis surat yang langsung dtujukan kepada Bu Risma. Puluhan surat pun terkumpul yang berisikan ungkapan keprihatinan mereka terhadap kondisi remaja Surabaya, serta harapan mereka terhadap kota Surabaya agar bersih dari pergaulan bebas.

Beberapa perwakilan dari peserta aksi membacakan isi suratnya. Dani, seorang peserta aksi yang berasal dari salah satu SMA favorit kota Surabaya, menyampaikan isi suratnya. Dalam isi suratnya ia berterimakasih atas upaya yang telah dilakukan Bu Risma dalam menjamin pendidikan anak dengan bebas biaya hingga tingkat SMA serta upaya beliau dalam melakukan pencegahan tindakan pergaulan bebas di kalangan remaja dengan melakukan razia secara langsung. Maka pantaslah jika Surabaya mendapatkan penghargaan sebagai salah satu Kota Layak Anak. Namun miris, penghargaan ini tidak sejalan dengan perkembangan anak khususnya remaja kota Surabaya. Mereka banyak yang terjebak dalam pergaulan bebas hingga tidak malu lagi melakukan tindakan asusila di tempat-tempat umum. Bahkan yang sempat menghebohkan kota Surabaya beberapa waktu yang lalu yakni adanya ‘mucikari cilik’ yang pelakunya tidak lain adalah pelajar sebuah SMP di kota Surabaya.

“Pergaulan bebas yang terjadi di kalangan remaja tidak lepas dari sistem pemerintahan yang berlangsung saat ini. Demokrasi-sekularisme telah berhasil membentuk pribadi remaja yang bergaya hidup bebas, hedonis, individualis, dan jauh sekali dari ajaran Islam. Mereka memang mendapatkan pelajaran agama dari sekolah namun mengapa ilmu yang mereka dapatkan hanya berlaku di bangku sekolah? Sedangkan dalam kehidupan mereka sehari-hari justru jauh sekali dari ajaran Islam. Oleh karena itu, dalam membentuk kepribadian seorang anak, maka sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang berlangsung”, ungkap Ustadzah Ni’mah Aliyah (DPP Muslimah HTI Jatim) saat memberi sambutan dalam aksi tersebut.

Karena itu, aspirasi remaja tentang perubahan Surabaya dituangkan dalam bentuk surat yang ditujukan kepada Wallikota Surabaya.

Dalam suratnya, Dhani salah satu pelajar di SMA favorit di Surabaya selatan memberikan apresiasinya kepada Surabaya yang terpilih sebagai kota layak anak. Ia juga salut dengan langkah Walikota yang melakukan razia dan menutup lokalisasi untuk mencegah tindakan asusila. “Namun sayang, teman-teman kami masih belum seide dengan Ibu. Padatnya jam belajar juga tidak selalu dipandang positif. Mereka merasa jenuh, akhirnya melampiaskan kesuntukan dengan jalan-jalan ke mal, bersenang-senang tapi ujungnya mengarah ke pergaulan bebas,” katanya.

Siswi kelas 9 Home Schooling Group Surabaya, Hamidah Assagung pun menyarankan agar Walikota Surabaya mengatur kota dengan landasan Islam. Ia mengaku bingung ketika lingkungannya dan media massa tidak sesuai dengan apa yang dipelajarinya di sekolah dan rumah.

Beberapa saat lalu, ia menyaksikan tetangganya keluar dari sekolah yang masih jenjang SMP karena hamil. Ibunya malu, shock, lalu menitipkan tetangga ke desa. Tapi sesudah melahirkan, dia kembali lagi ke Surabaya, dengan sikap yang biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Tidak tampak rasa malu sama sekali dalam dirinya. Yang lebih memiriskan lagi, ternyata kasus itu tidak hanya satu. “Saya jadi ngeri sendiri. Kenapa kasus itu terus-menerus bermunculan. Padahal mereka juga mendapat pendidikan. Mengapa ini masih terjadi?” ujarnya dalam suratnya.

Ia pun ingin agar remaja Surabaya kembali mendekat kepada Islam dan mendapat pemahaman tentang surga dan neraka. “Mungkin pelajaran agama bisa ditambahi jamnya, atau semua murid perempuan yang muslim diwajibkan pakai kerudung. Sehingga keimananya semakin kuat dan tidak mudah tergoda oleh gaya hidup mewah atau gaya hidup semau gue,” katanya.

Peserta aksi juga menulis surat untuk Walikota Surabaya. Setiap anak menyampaikan curahan hati tentang Surabaya dan saran yang harus dilakukan Pemerintah Kota Surabaya. Aksi kemudian ditutup dengan penyerahan sekotak surat ke Kantor Walikota Surabaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*