Pesantren Aktivis Mahasiswi #2 Transformasi Pergerakan Aktivis Mahasiswi Menuju Khilafah Abad 21
HTI Press. Ada yang berbeda di Kampus II Unisba Ciburial tanggal 19-21 Juli 2013 kemarin. Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Kampus bandung mengadakan Pesantren Aktivis Mahasiswi yang kedua setelah sukses pada Pesantren Aktivis Mahasiswi tahun lalu. Pesantren Aktivis Mahasiswi (PAM) tahun ini mengangkat tema “Transformasi Pergerakan Aktivis Mahasiswi Menuju Khilafah Abad 21”. Tidak kurang 50 aktivis mahasiswi kampus Bandung dari ITB, UNPAD, UNPAR, UNIKOM, dll berpartisipasi dalam PAM#2 ini.
Sebelum membahas bagaimana memperjuangkan khilafah dalam pergerakan mahasiswi, aktivis mahasiswi kampus Bandung diberikan gambaran mengenai sistem Khilafah oleh Indira S. Rahmawaty Aktivis MHTI yang juga Dosen UIN SGD Bandung . Pada sesi “Struktur Pemerintahan Khilafah”, beliau menjelaskan mulai dari 4 pilar sistem khilafah dan 13 Struktur Khilafah. Para aktivis banyak berdiskusi dan menggali informasi terkait sistem khilafah pada sesi kali ini. Diskusi pun menghangat dan peserta mendapatkan jawaban yang cukup dari pemateri. Ustadzah Indira juga mengatakan bahwa Khilafah yang beliau paparkan adalah pengenalan untuk kemudian dipahami dan didakwahkan dalam rangka menyongsong fajar khilafah yang InsyaAllah sebentar lagi. Selain itu, digambarkan bahwa para peserta saat khilafah tegak nanti bisa ikut ambil bagian dalam struktur khilafah, tentu saja struktur yang bisa diambil oleh perempuan. Para peserta banyak yang menginginkan berkontribusi dalam departemen pendidikan, departemen industri, juga baitul mal.
Materi dan diskusi terus berlanjut, setelah mengenal sistem khilafah kemudia berlanjut dengan membahas jalan mana yang harus ditempuh untuk menuju Khilafah dalam sesi “Jalan Menuju Khilafah Abad 21”. Ayu Paranitha H.P memandu para peserta untuk berdiskusi dan berdebat apakah perjuangan Khilafah bisa dilakukan melalui jalan parlemen, perbaikan akhlak, pendidikan dan ekonomi. Diskusi mengerucut pada statement bersama bahwa Khilafah tidak dapat diwujudkan melalui jalan parlemen dalam sistem demokrasi karena sistem khilafah memiliki konsep dan metode penerapan khas yang bertolak belakang dengan konsep demokrasi. Khilafah tidak dapat diwujudkan melalui perbaikan akhlak karena akhlak merupakan permasalahan individu, sedangkan objek yang akan dirubah adalah masyarakat yang notabene lebih kompleks dari sekedar kumpulan individu-individu. Khilafah tidak dapat diwujudkan melalui jalan ekonomi maupun pendidikan karena masalah di masyarakat adalah suatu keterkaitan yang saling berhubungan satu sama lain. Khilafah hanya dapat diwujudkan melalui jalan dakwah, seperti yang dicontohkan Rasulullah saw. sebagai suri tauladan umat Islam.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (TQS. Al-Ahzab : 21)
Dakwah menuju khilafah tentu saja tidak dilakukan secara sendiri-sendiri melainkan membutuhkan jamaah. Sesi kali ini dibawakan dengan gaya talkshow oleh moderator Nining Yuningsih (Mahasiswi UPI Bandung) dan narasumber Nurvictory (Muslimah Hizbut Tahrir) memaparkan “Peran Strategis Hizbut Tahrir dalam Mewujudkan Khilafah”. Peserta Pesantren Aktivis Mahasiswa rata-rata telah mengenal Hizbut Tahrir. Mereka mengenal Hizbut Tahrir sebagai partai politik internasional berideologi Islam yang bertujuan untuk melanjutkan kehidupan Islam dalam bingkai khilafah. Kontribusi nyata yang dapat dilakukan mahasiswi sebagai intelektual dalam rangka mewujudkan khilafah yaitu mengaruskan opini publik di tengah masyarakat mengenai urgensitas khilafah sebagai solusi permasalahan masyarakat. Materi “Kontribusi Aktivis Mahasiswi dalam Arus Perubahan Besar Dunia Menuju Khilafah” ini dipandu oleh Fenti Fempirina. Diperlukan kerja tim yang solid dan terarah, tentu saja di dalam satu barisan yang memiliki konsep serta metode perjuangan dan penerapan yang jelas, yaitu dengan bergabung ke dalam barisan perjuangan dakwah Hizbut Tahrir.