Para Pengungsi Muslimah dan Anak-Anak Rohingya Kembali Mengalami Penindasan di Thailand
Media Office
Press Release
Para Pengungsi Muslimah dan Anak-Anak Rohingya Kembali Mengalami Penindasan di Thailand Sementara Masyarakat Internasional dan Rezim Muslim Hanya Diam dan Menonton
Pada tanggal 22 Juli, surat kabar South China Morning Post melaporkan bahwa 18 Muslimah dan anak-anak Rohingya telah melarikan diri penampungan pengungsi Phang Nga di Phuket, Thailand, menuju Malaysia. Kondisi di kamp-kamp pengungsi Thailand yang melebihi kapasitas ini digambarkan lebih mengerikan daripada penjara Thailand. Salah satu pengungsi yang melarikan diri dilaporkan sedang mengandung. Sehari sebelumnya, Phuketwan melaporkan bahwa mereka tidak mungkin dapat melarikan diri tanpa bantuan pelaku perdagangan manusia (human trafficking); hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa para perempuan bisa menjadi mangsa sindikat perdagangan manusia. Pepatah Melayu, yakni keluar dari mulut buaya masuk ke mulut harimau – sangat tepat untuk menggambarkan penderitaan kaum Muslim Rohingya, yang terus berlanjut tanpa akhir di negara-negara yang baru mereka datangi untuk mencari perlindungan, termasuk di Thailand dimana mereka telah menjadi korban perdagangan manusia dan penganiayaan oleh pemerintah Thailand. Bahkan ada beberapa laporan bahwa polisi Thailand telah terlibat dalam perdagangan perempuan Rohingya dari kamp-kamp pengungsi.
Melihat kondisi semua ini, masyarakat internasional dan rezim Muslim hanya diam dan menonton, sembari tetap melanjutkan hubungan persahabatan dan ekonomi mereka dengan rezim Burma penindas. Atau sekedar menawarkan solusi tumpul yang dangkal seperti menempatkan masyarakat Rohingya di kamp-kamp dan tempat penampungan dimana mereka terus hidup sebagai orang-orang yang tanpa kewarganegaraan (stateless), dengan hak-hak dasar dan kehidupan yang bermartabat mereka telah dirampas. Hal ini menggambarkan bahwa tatanan dunia saat ini, yang didominasi oleh sistem negara-bangsa yang kapitalis, sekuler, dan demokratis, tidak memberikan perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat Rohingya atau terhadap penderitaan manusia, sebaliknya lebih memilih untuk melindungi kepentingan ekonomi dan politik.
Berbanding terbalik dengan respon yang lumpuh dan bisu dari negara-negara Barat, PBB, dan para penguasa Muslim terhadap kondisi kaum Muslim Rohingya yang memilukan, Hizbut Tahrir meluncurkan kampanye internasional pada bulan Juni 2013 serta menyelenggarakan seminar perempuan yang penting pada tanggal 7 Juli di Kuala Lumpur, Malaysia, untuk meningkatkan kesadaran tentang penderitaan perempuan dan anak-anak Rohingya, dan untuk menuntut negara-negara Muslim agar memberikan mereka perlindungan yang aman. Acara ini juga menyoroti bahwa hanya sistem Khilafah saja, yang menerapkan Islam yang murni yang dapat memberikan para perempuan dan anak-anak Rohingya kehidupan yang bermartabat dan terlindungi sebagai warga negara yang setara. Seminar ini menghasilkan sebuah deklarasi yang ditandatangani oleh para perempuan berpengaruh yang hadir, menyatakan komitmen mereka untuk mendukung masyarakat Rohingya dan bersatu sebagai kaum Muslim, serta tidak terpecah karena batas-batas negara dan jarak diantara mereka. Seminar ini juga menunjukkan keinginan mereka untuk bekerja dengan bersungguh-sungguh dan produktif bersama Hizbut Tahrir untuk mendirikan Khilafah yang akan menyatukan negeri-negeri Muslim, dan menolak nasionalisme yang telah mendehumanisasi umat Islam. Inilah solusi paling pokok yang akan melindungi perempuan di seluruh dunia Muslim dari penindasan dan serangan dari penjajah. Hizbut Tahrir akan melanjutkan kampanye ini untuk meningkatkan kesadaran tentang penderitaan umat Islam Burma dan mengerahkan upaya maksimal untuk segera menegakkan Khilafah yang akan melindungi darah dan martabat umat ini, serta memberikan tempat yang aman bagi semua Muslim minoritas yang teraniaya di seluruh dunia. Nabi (saw) bersabda,
‘المسلم أخو المسلم ، لا يظلمه ، ولا يخذله’
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, (dia) tidak mendzaliminya dan tidak mengabaikannya…” (HR. Muslim)
Divisi Muslimah
Kantor Media Pusat Hizb ut Tahrir