Berdakwah di Bulan Ramadhan

Oleh Dedeh Wahidah Achmad

Hakikat  dan Hukum Dakwah

Menurut bahasa, dakwah berarti mengajak atau menyeru. Sementara secara istilah dakwah bermakna mengajak dan menyeru manusia ke jalan Allah (da’watun naas ilallah).  Dari makna ini maka aktivitas dakwah bisa difahami sebagi upaya mengajak manusia dari kekafiran kepada keimanan, dari syirik kepada tauhid, dari kesesatan kepada petunjuk, dari kebodohan kepada ilmu, dari kehidupan sekuler kepada penerapan Islam kaffah, dari kemaksiatan kepada ketaatan, dari bid’ah kepada sunnah, dari keburukan kepada kebaikan.

Tidak ada keraguan tentang kewajiban melakukan dakwah.  Banyak nash yang menegaskannya, baik di dalam Al Qur’an maupun as sunnah, diantaranya firman Allah SWT:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung” (TQS. Al-Imran[3] : 104)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً

“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” [HR. Bukhari]

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

“Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Jika dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan lisan tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah selemah-lemah iman.” [HR. Muslim]

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يُعَذِّبُ الْعَامَّةَ بِعَمَلِ الْخَاصَّةِ حَتَّى يَرَوْا الْمُنْكَرَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِمْ وَهُمْ قَادِرُونَ عَلَى أَنْ يُنْكِرُوهُ فَلَا يُنْكِرُوهُ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَذَّبَ اللَّهُ الْخَاصَّةَ وَالْعَامَّةَ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab orang-orang secara keseluruhan akibat perbuatan mungkar yang dilakukan oleh seseorang, kecuali mereka melihat kemungkaran itu di depannya, dan mereka sanggup menolaknya, akan tetapi mereka tidak menolaknya. Apabila mereka melakukannya, niscaya Allah akan mengadzab orang yang melakukan kemungkaran tadi dan semua orang secara menyeluruh.” [HR. Imam Ahmad]

Berdasarkan dalil-dalil di atas jelas sekali bahwa dakwah merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh orang beriman yang akan mengangkatnya menjadi orang beruntung dan menyelamatkannya dari adzab Allah SWT.

 

Urgensi Dakwah di Bulan Ramadhan

Kewajiban dakwah tidak dikhususkan dilakukan pada waktu tertentu saja.  Dakwah harus dilaksanakan kapanpun dan dimana pun.  Hanya saja, di bulan Ramadhan ini aktivitas dakwah  perlu mendapat perhatian lebih karena beberapa alasan:

Pertama, Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur’an(QS.Al Baqarah[2]:185) sebagai petunjuk, penjelas-penjelas bagi petunjuk tersebut dan pembeda antara yang hak dengan yang batil.  Seluruh fungsi Al Qur’an yang dinyatakan dalam ayat ini tidak mungkin bisa diperoleh manusia tanpa memahami isinya.   Orang yang tidak memahami Al Qur’an tidak akan bisa menjadikannya sebagai petunjuk sekalipun boleh jadi mereka selalu membacanya.  Di sinilah letak urgensi adanya upaya memberikan pemahaman yang benar terkait hakikat Al Qur’an dan pemahaman tentang kandungannya.  Dengan kata lain penting adanya aktivitas dakwah untuk menyerukan Al Qur’an.

Kedua,  nuansa keimanan di bulan Ramadhan relatif lebih besar dibanding di bulan lain.  Orang-orang yang berpuasa berkeinginan untuk mengisi bulan ini dengan berbagai ‘amal shalih seperti infaq shadaqah, membaca Al Qur’an termasuk mengkaji ilmu-ilmu Islam dan mengajarkannya.  Semangat beramal shalih ini diharapkan kondusif untuk semakin tersebarnya syi’ar Islam.  Semangat yang menggelora selayaknya disambut dengan penyampaian tsaqofah dan ilmu-ilmu Islam yang akan mengarahkan semangat tersebut ke arah pengamalan Islam yang sempurna bukan hanya Islam ritual atau Islam seremonial semata.  Dan semestinya selepas Ramadhan, kebiasaan mengkaji dan menyampaikan risalah Islam ini akan terus melekat.

Ketiga, fakta semarak Ramadhan sekarang hanya dipenuhi aktivitas ceremonial belaka dan dominan unsur canda bahkan terkesan main-main, sekedar menunggu berbuka puasa atau penghantar waktu sahur.  Hampir semua stasiun TV menayangkan acara berbau ramadhan seperti sahur bareng, grebeg sahur, sahur on the road, buka bersama bareng artis, dll. Di penghujung bulan  hanya dihabiskan untuk memborong barang perlengkapan lebaran seperti kue dan pakaian.  Momen berburu lailatul qadar pun seolah hilang tergerus budaya konsumeristik. Semua acara dikaitkan dengan Ramadhan namun kosong dari nilai-nilai yang semestinya diraih di bulan Ramadhan yaitu sikap taat pada syariat dan upaya kuat untuk menjauhi maksiat, sebagaimana hikmah dibalik kewajiban shaum Ramadhan yaitu untuk menggapai nilai ketakwaan.  Jika kita diam saja terhadap realitas ini, maka umat akan semakin jauh dari nuansa keimanan yang seharusnya semakin terpupuk di bulan yang penuh berkah ini.  Pada akhirnya akan kehilangan peluang meraih pahala sebesar-besarnya, Ramadhan hanya mendapat haus dan lapar.  Karenanya, harus segera dilakukan dakwah untuk meluruskan pemahaman umat tentang hakikat amal di bulan Ramadhan.  Umat harus segera diselamatkan dari semua hal yang menjerumuskannya pada kesia-siaan dan kemaksiatan.  Sebagaimana firman Allah SWT:

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ  [المؤمنون : 1 – 3]

Artinya:”Beruntunglah orang-orang yang beriman[1] Yaitu orang-orang yang khusyu dalam shalatnya[2] Mereka berpaling dari perkataan sia-sia[3]” (TQS.Al Mu’minun[23]:1-3)

Keempat, Rasulullah SAW dan para sahabatnya memberikan contoh pada kita mengisi Ramadhan dengan aktivitas perjuangan.  Lapar dan haus tidak menghalangi baginda Nabi untuk terus berdakwah menyampaikan risalah Islam dan meninggikan kalimat Allah SWT.  Sejarah mencatat bahwa salah satu kegemilangan Islam dan kaum muslimin dicapai di bulan Ramadhan.  Kemenangan dalam perang Badar dan Futuh Mekah merupakan bukti tak terbantahkan bahwa Ramadhan adalah bulan dakwah dan perjuangan.

Kelima, dalam Al Baqarah[2] ayat 186 Allah SWT menyatakan bahwa Dia itu dekat dan akan mengabulkan permohonan orang-orang  yang berdo’a.  Namun Rasulullah SAW bersumpah bahwa Allah tidak akan menjawab do’a ketika dakwah(amar ma’ruf nahi munkar) tidak ditegakkan.  Karenanya dakwah itu penting agar semua do’a dan permohonan kita dikabulkan Allah SWT.  Sabda Rasulullah SAW:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ

“Demi Dzat Yang jiwaku ada di dalam genggaman tanganNya, sungguh kalian melakukan amar makruf nahi ‘anil mungkar, atau Allah pasti akan menimpakan siksa; kemudian kalian berdoa memohon kepada Allah, dan doa itu tidak dikabulkan untuk kalian.” [HR. Turmudziy, Abu ‘Isa berkata, hadits ini hasan]

Penutup

Ramadhan adalah bulan dakwah dan perjuangan.  Waktu yang tepat untuk mengajak umat taat syariat.  Semoga tauladan Nabi  SAW dan sahabat menginspirasi kita untuk semakin semangat  meraih keberkahan Ramadhan lewat  seruan risalah Islam, aamiin.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*