Liqo Syawal Tokoh Muslimah Bogor 1434 H “Kembali Kepada Fitrah, Kembali Kepada Kemuliaan Perempuan”
HTI Press. Gemuruh perkusi menyemangati lebih dari 250 tokoh Bogor yang menghadiri acara liqo Syawal yang diselenggarakan oleh DPD II MHTI Bogor pada tanggal 24 Agustus 2013. Dengan menghadirkan 6 pembicara, acara yang dimulai pukul 8.30 WIB ini mengambil tema “Kembali Kepada Fitrah, Kembali Kepada Kemuliaan Perempuan”.
Ir. Elis Anisah yang mengawali sesi pertama menyatakan, bahwa 90% hukum Allah mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, yang saat ini justru tidak dapat dilaksanakan, karena memerlukan sebuah negara yang menerapkannya. “Umat Islam yang hanya diam saja, yang tidak berupaya agar syariat Islam bisa diterapkan, padanya akan mengalir dosa investasi”, ujar bu Elis.
Hj. Bunyanah yang sedang sakit, memaparkan materinya via telpon. “Sangat prihatin melihat situasi dan kondisi umat Islam, terutama wanita”, kata beliau. Rencana penyelenggaraan Kontes Miss World bulan September mendatang, justru memperparah kondisi. Kontes tersebut bukan semata-mata bertentangan dengan budaya ketimuran, melainkan bertentangan dengan hukum Islam, dimana Allah justru mewajibkan muslimah untuk menutup seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan. Sebagai muslim, sudah seharusnya kita menolak segala ajang yang bertentangan dengan hukum Allah.
“Kecantikan fisik adalah sesuatu yang disukai semua orang, meskipun itu adalah qadha dari Allah. Sudah selayaknya bersyukur, dengan bentuk syukur yang benar, yaitu dengan tunduk dan patuh pada seluruh perintah dan larangan Allah.”, papar Dra. Ratna Suminar membuka materinya. Kecantikan wanita saat ini, dijadikan ajang meraih keuntungan duniawi. Padahal Allah yang menciptakan manusia, tidak menilai dari kecantikan fisik, tetapi dari ketaqwaan hambaNya.
Hj. Deswati Diningsih memaparkan materi pada sesi kedua, lewat rekaman video, karena berhalangan hadir. Sebagai pengusaha, selayaknya tidak hanya mementingkan keuntungan duniawi.Bisnis apapun yang dilakukan yang berhubungan dengan kemaksiatan, meskipun dengan keuntungan dunia yang memuaskan, niscaya tidak akan mendapatkan keberkahan dari Allah.
Dra. Yeni Nurniati menyampaikan “Pemerintah tidak keberatan kontes ajang pamer aurat (Miss World) ini dilakukan di negara yang penduduknya mayoritas muslim”. Pemerintah memenangkan kepentingan industri kecantikan agar dapat meraup keuntungan yang sangat besar, dibandingakan dengan melindungi aqidah umat. Dalam demokrasi tidak ada batasan yang jelas karena segala apapun di tentukan oleh suara mayoritas sekalipun salah dan kita tidak bisa berharap pada demokrasi. ”Hanya dengan penerapan Islam yang kaffah lah, umat akan terlindungi dari segala jenis eksploitasi”, papar beliau.
“Sistem demokrasi adalah biang dari seluruh kemungkaran yang ada di dunia ini”, ungkap Jubir MHTI, Iffah Ainur Rohman. Demokrasi membawa ide kebebasan individu yang mengakibatkan malapetaka secara universal. Kontes Miss World, yang merupakan kontes bikini tertua di dunia,yang melahirkan kontes-kontes kecantikan, selain mengumbar aurat, juga merupakan ajang pelecehan wanita, karena mengeksploitasi tubuh wanita, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki,demimeraih keuntungan berbagai produk kecantikan dan fesyen. Penolakan yang terbesar yang perlu dilakukan adalah dengan mengupayakan agar seluruh syariat Islam dalam bingkai Khilafah dapat terwujud.