بسم الله الرحمن الرحيم
Jawab Soal
Fakta Iran terkait Politik Amerika?
Pertanyaan:
Bagaimana fakta Iran terkait politik Amerika? Dengan ungkapan lain, apakah Iran memiliki rencana membuat kawasan Timur Tengah independen dari Amerika? Kemudian bisakah kita katakan bahwa Iran memiliki misi di kawasan yaitu madzhab Ja’fari? Dan akhirnya apa sikap Amerika yang sebenarnya terhadap senjata nuklir Iran?
Jawab:
Untuk menjawab hal itu, kami harus paparkan secara ringkas fakta rezim Iran dan jalannya politik Iran sejak meletusnya revolusi dan dideklarasikannya Republik Iran, serta hubungan semuanya dengan Amerika:
1. Peran Amerika dalam revolusi Iran tampak jelas sejak awal. Selama keberadaan Khomeini di Perancis di “ Neauphle-le-Château”, ia dikunjungi delegasi gedung putih dan terjadi perjanjian kerjasama antara Khomeini dengan Amerika. Pada waktu itu surat kabar Amerika membicarakan hal tersebut dan pertemuan-pertemuan yang terjadi di sana… Belakangan hal itu diungkap oleh presiden pertama Iran, Abu al-Hasan Banu Shadr, pada tahun mutakhir, tepatnya pada 1 Desember 2000 bersama saluran Aljazeera. Ia mengungkapkan bahwa delegasi dari gedung putih datang ke “Neauphle-le-Château” di Perancis di mana Khomeini tinggal, dan ditemui oleh Yazdi, Bazarkan, Musavi, dan Erdibily… Ada banyak pertemuan di antara kedua pihak dan yang paling terkenal adalah pertemuan Oktober yang terjadi di daerah Suburbant (pedesaan) Paris. Di situ terjadi perjanjian-perjanjian antara kelompok Reagen dan Bush dengan kelompok Khomeini. Khomeini menyatakan bahwa ia siap bekerjasama dengan Amerika dengan syarat Amerika tidak intervensi dalam urusan dalam negeri Iran. Setelah itu Khomeini pada 1 Februari 1979 kembali dengan pesawat Perancis untuk mendarat di Tehran. Maka Amerika pun menekan Shahpour Bakhtiyar agar menyerahkan pemerintahan kepada Khomeini dan mengancam panglima militer Iran jika menghalangi jalan Khomeini. Berikutnya Khomeini pun menjadi mursyid dan penguasa, dan disiapkan konstitusi semisal konstitusi-konstitusi di negeri Islam lainnya sesuai sistem Barat kapitalis. Konstitusi Iran adalah jiplakan konstitusi Barat. Sistem pemerintahan republik, pembagian kementerian, aktifitas parlemen, topik pemisahan kekuasaan dan wewenangnya, semuanya sesuai dengan sistem kapitalisme. Adapun yang dinyatakan dalam konstitusi Iran bahwa “Agama resmi Iran adalah Islam dan mazhab Ja’fari Itsna ‘Asyar”, maka hal itu seperti yang ada di sebagian besar konstitusi di negeri Islam. Hal itu tidak berarti bahwa negara tegak di atas asas Islam atau misinya mengemban Islam. Akan tetapi hal itu hanya terkait dengan berbagai perayaan dan hari raya, serta yang harus dilakukan masyarakat terkait keyakinan, ibadah, dan beberapa urusan kehidupan mereka. Konstitusi Iran tidak menyatakan bahwa agama ini atau mazhab ini adalah risalah untuk negara, atau tujuan bagi politik luar negeri, yang berupa patriotisme nasionalisme. Iran juga berjalan sesuai sistem internasional saat ini dalam bentuk berafiliasi kepada organisasi-organisasi internasional dan regional yang tegak di atas asas sistem kapitalisme, semisal keanggotaannya di PBB dan OKI. Semua hubungan internasional Iran tidak tegak di atas asas Islam. Dari sini, tidak terlihat bahwa negara di Iran memiliki misi khusus atau rencana tertentu yang terpancar dari Islam. Akan tetapi yang terlihat pada fakta rezim Iran adalah warna patriotisme nasionalisme. Hal itu tampak dalam politiknya, berupa penjagaannya terhadap sistem yang eksis, entitas negara, dan wilayahnya. Pada awal revolusi Iran, kami telah menjalin kontak dengan Khomeini. Kami menasihatinya agar tidak bekerja sama dengan Amerika, dan agar mendeklarasikan konstitusi Islami. Dalam hal ini, kami telah menjelaskan konstitusi Islami itu kepadanya. Konstitusi itu Kami dokumentasikan dalam buku yang kami kirimkan kepadanya. Di dalamnya Kami rinci kritik terhadap konstitusi Iran. Akan tetapi ia tidak mengambil nasihat tersebut dan terus dengan konstitusi yang menyalahi Islam dan tetap dalam sistem Republik di atas jalan Barat kapitalisme.
2. Adapun terkait mazhab yang ditetapkan sebagai mazhab resmi rezim, maka itu tidak dijadikan sebagai aturan dan perudangan-undangan yang diusungnya. Iran tidak membangun sistemnya di atas mazhab ini. Iran tidak menetapkan konstitusinya berasaskan mazhab ini. Pasal-pasal konstitusinya juga tidak diambil dari mazhab ini. Pasal-pasal asasi yang berkaitan dengan sistem pemerintahan, politik luar negeri, dan yang berkaitan dengan militer dan keamanan diambil dari sistem kapitalisme. Itu menyerupai rezim Saudi yang memanfaatkan mazhab “Hanbali”, yang tersebar di negeri Hijaz dan Nejad, untuk merealisasikan kepentingan-kepentingan rezim. Iran pun mengeksploitasi aspek kemazhaban ini untuk mendapatkan pengikut dan pendukung baginya, atau orang-orang yang siap bekerja sama dengannya. Mereka terdorong oleh fanatisme mazhab. Dengan begitu, Iran mudah memanfaatkan mereka untuk kepentingan nasional dan bukan untuk melayani mazhab Ja’fari atau demi Syi’ah. Buktinya rezim Iran tidak membela Syiah atau mazhab Ja’fari, kecuali bila sesuai kepentingan nasionalisme Iran. Kepentingan sekulerisme-lah yang lebih utama, sementara Islam, Syiah dan mazhab diletakkan di belakang punggungnya. Karena itulah rezim Iran mendukung rezim Irak dan rezim Suria dan itu adalah rezim sekuler yang tunduk pada Amerika. Iran juga mendukung Syiah, terutama di propinsi-propinsi timur di kerajaan Saudi, karena daerah-daerah itu menyimpan minyak Saudi. Iran dalam beberapa kesempatan mendukung perlawanan di sana untuk melemahkan Saudi. Iran menggunakan politik yang serupa di Bahrain yang mendorong Saudi mengirimkan militernya ke Bahrain …
Iran tidak memperhatikan aspek kemazhaban jika hal itu bertentangan dengan kepentingan nasionalnya. Di Adzerbaijan, misalnya, orang-orang di sana ingin membebaskan diri dari kungkungan Uni Soviet pada akhir tahun 1989. Masyarakat menghancurkan perbatasan dengan Iran untuk menyatu dengan Iran. Pada awal tahun 1990, terjadi pembantaian oleh agressor orang-orang Rusia yang masuk ke Baku untuk menghalangi berdirinya sistem yang tidak tunduk kepada Rusia dan untuk mendatangkan antek-antek mereka dari kalangan orang komunis senior ke pemerintahan. Meski semua itu terjadi, Iran tidak membantu warga Adzerbaijan dalam menghadapi serangan Rusia yang melanggar hak-hak kaum Muslimin. Mereka ingin membebaskan diri dari neraka Rusia dan cengkeraman orang-orang komunis. Perlu diketahui bahwa mayoritas penduduk Adzerbaijan adalah muslim dan pengikut mazhab resmi Iran. Iran juga tidak membantu orang-orang Adzerbaijan menghadapi orang-orang Armenia yang didukung Rusia dalam pendudukan sekitar 20% wilayah Adzerbaijan pada tahun 1994. Mereka mengusir lebih dari separo bangsa Adzer dari tanahnya; dan kondisi menyengsarakan itu masih terus berlangsung di sana. Sebaliknya Iran malah mengembangkan hubungannya dengan Armenia dibanding Adzerbaijan! Tidak hanya itu, Iran bahkan mendukung kelompok-kelompok yang tidak memiliki hubungan dengan Islam, seperti kelompok Michael Aon atau gerakan-gerakan sekuler, seperti gerakan Nabih Bery dan yang lain di Lebanon yang berjalan dalam koridor Amerika.
3. Aktivitas politik di kawasan yang dilakukan Iran semuanya berjalan sesuai dan selaras dengan rencana-rencana Amerika:
- Di Lebanon, Iran mendirikan partai dari kalangan para pengikut mazhabnya dan mempersenjatai mereka sehingga menjadi pasukan non pemerintah di Lebanon yang terpisah dari militer Lebanon. Rezim Lebanon pun mengakui keberadaannya beserta persenjataannya. Perlu diketahui, rezim Lebanon adalah rezim sekuler yang mengikuti politik Amerika. Rezim Lebanon tidak mentolerir partai-partai lainnya menyandang senjata. Rezim lebanon juga tidak mengakui persenjataan partai-partai lainnya. Partainya Iran di Lebanon mendukung Suria yang terikat dengan Amerika, seperti halnya yang dilakukan oleh Iran. Amerika tidak melarang rezim Lebanon membiarkan partainya Iran melakukan intervensi di Suria untuk mendukung rezim Bashar Asad yang sekuler di sana. Bahkan ada persetujuan Amerika secara implisit terhadap intervensi partai ini di Suria dengan tanpa adanya halangan dari militer Lebanon.
- Ketika Amerika menduduki Irak, dia mendapatkan perlawanan yang tidak diperkirakan. Maka Iran pun masuk ke Irak untuk membantu Amerika. Caranya dengan mempengaruhi orang-orang yang berafiliasi ke mazhab Iran agar menghalangi pergerakan melawan pendudukan. Bahkan menjadikan mereka justru melawan dan menentang perlawanan, dan memberikan legalisasi untuk pendudukan dan rezim yang didirikan di sana; khususnya setelah 2005, ketika Amerika mengizinkan koalisi partai yang mendukung Iran untuk sampai ke pemerintahan dengan pimpinan Ibrahim al-Ja’fari dan berikutnya al-Maliki. Pemerintahan ini didirikan oleh Amerika dan terikat dengan Amerika. Pemerintahan al-Maliki yang didukung Iran menandatangani perjanjian-perjanjian keamanan dan perjanjian strategis dengan Amerika untuk menjaga kendali Amerika pasca berakhirnya pendudukan Amerika terhadap Irak secara resmi. Hal itu menunjukkan kerelaan Amerika tentang peran Iran, di mana pejabat Iran sendiri mengakui bekerjasama dengan Amerika dalam pendudukan Irak dan dalam bekerja menjamin stabilitas pengaruh Amerika di Irak. Iran segera membuka kedutaan besar di Irak langsung setelah pendudukan. Begitu al-Ja’fari terpilih, menteri luar negeri Iran waktu itu, Kamal Kharazi, langsung mengunjungi Baghdad pada 2005 dan itu terjadi di puncak pendudukan. Kedua pihak mengecam aksi-aksi perlawanan terhadap pendudukan atas nama mengecam terorisme di Irak. Al-‘Ja’fari berkunjung ke Iran dan dilakukan penandatanganan sejumlah perjanjian termasuk perjanjian kerjasama di bidang-bidang strategis diantara keduanya untuk mengokohkan keamaan, memonitor jalan lintas batas dan perbatasan, mengaitkan Bashrah dengan jaringan listrik Iran dan mendirikan jalur pipa antara Bashrah dan Abdan. Presiden Iran, Ahmadinejad, mengunjungi Irak pada awal 2008 dan Irak berada di bawah reruntuhan pendudukan secara langsung. Ahmadinejad banyak memicu kegaduhan dengan pernyataan-pernyataannya menentang Amerika dan entitas Yahudi, tetapi semuanya tidak lebih sebatas ucapan yang tidak diikuti dengan tindakan. Pada waktu yang sama, Nejad adalah presiden Iran yang paling banyak berdekatan dalam perjalanannya dengan garis Amerika, mulai kunjungan ke Irak yang berada di bawah pendudukan Amerika; dan dua minggu sebelum meninggalkan pemerintahan, Nejad kembali mengunjungi Irak untuk memperbarui dukungannya kepada rezim al-Maliki yang tunduk kepada Amerika dan menjaga pengaruh Amerika di Irak. Demikian juga, Nejad melakukan kunjungan ke Afganistan tahun 2010, sementara Afganistan masih ada di bawah pendudukan Amerika dan Nejad memberikan dukungan kepada rezim Karzai pelayan pendudukan Amerika.
- Hal itu juga dilakukan di Yaman. Iran merekrut kelompok Houthi, mempersenjatai mereka untuk menentang rezim Saleh, antek Inggris. Iran juga mendukung para aktivis gerakan selatan yang sekuler di Yaman, yang menyerukan pemisahan padahal mereka adalah antek-antek Amerika. Juga untuk membentuk sistem sekuler di selatan Yaman yang loyal kepada Amerika.
- Sedangkan hubungan Iran dengan rezim Suria, itu merupakan hubungan lama, sejak meletusnya perlawanan pertama di awal delapan puluhan abad lalu. Iran waktu itu mendukung rezim Suria dalam membungkam warga Suria yang muslim dalam kancah tersebut. Hal itu untuk menjaga Suria tetap dalam rencana Amerika yang mendukung rezim yang dipimpin oleh anteknya, keluarga Asad. Padahal Iran tahu bahwa itu adalah rezim sekuler nasionalis yang dibuat oleh rezim Shadam yang dahulu diperangi Iran dan tidak memiliki hubungan dengan Islam, bahkan justru memerangi Islam dan pemeluknya. Iran juga tahu bahwa rezim Suria itu terkait dengan Amerika. Iran tidak membela kaum Muslimin. Sebaliknya justru memerangi mereka dan menolong rezim kufur penjahat, dan hal itu masih terus dilakukan hingga sekarang. Rezim Iran menjaga hubungan erat dengan kepemimpinan Suria. Hubungan itu meliputi hubungan militer, ekonomi dan politik. Iran mengirim banyak persenjataan untuk mendukung rezim Asad. Iran juga memberinya minyak dan gas dengan harga murah, mengingat tidak adanya cadangan energi di Suria. Bisa dilihat kuatnya hubungan politik secara khusus dalam bentuk dukungan Iran terhadap Suria, ketika rezim Asad hampir runtuh. Seandainya tidak ada dukungan Iran melalui pengiriman pasukan garda revolusi dan kekuatan partainya Iran dan milisi al-Maliki yang tunduk kepada Iran, niscaya Bashar dan rezimnya sudah runtuh. Pembantaian al-Qushair dan hari ini, pembantaian Ghauthah dengan senjata kimiawi, dan lainnya merupakan saksi atas dukungan itu.
- Di Afganistan, Iran mendukung pendudukan Amerika dan mendukung konstitusi yang ditetapkan Amerika. Iran juga mendukung pemerintahan yang dibentuk Amerika dengan pimpinan Karzai, dan hal itu demi Amerika. Iran menjamin sebelah utara Afganistan ketika Amerika gagal dalam mengalahkan Taleban. Mantan presiden Iran, Rafsanjani, menyebutkan, “Seandainya kekuatan kami tidak membantu dalam memerangi Taleban, niscaya orang-orang Amerika terjerembab dalam lumpur Afghanistan” (ash-Sharq al-Awsath, 9/2/2002). Muhammad Ali Abtahi, wakil mantan presiden Iran Khatami untuk urusan perundang-undangan dan parlemen, dalam Konferensi teluk dan Tantangan Masa Depan yang diselenggarakan di Emirat Abu Dhabi, sore 13/1/2004 mengatakan, “Seandainya tidak ada kerjasama Iran, niscaya Kabul dan Baghdad tidak akan jatuh dengan begitu mudah. Akan tetapi sebagai balasannya kami dimasukkan dalam poros kejahatan”! (Islam on line, 13/1/2004). Presiden Ahmadinejad juga mengulang-ulang semisal itu dalam kunjungannya ke New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB dalam pertemuannya dengan surat kabar New York Times 26/9/2008, ia mengatakan, “Iran memberikan tangan bantuan kepada Amerika Serikat dalam hal yang berkaitan dengan Afganistan. Dan hasil dari bantuan-bantuan itu, presiden Amerika mengarahkan ancaman-ancaman langsung untuk melancarkan serangan militer terhadap kami. Sebagaimana negeri kami juga memberikan bantuan kepada Amerika dalam mengembalikan ketenangan dan stabilitas ke Irak”.
4. Adapun masalah progam nuklir, masalah itu berfluktuasi sejak bertahun-tahun lalu. Meskipun entitas Yahudi, dengan dukungan dan dorongan Eropa selama tahun-tahun itu, mengancam lebih dari sekali akan menghancurkan program nuklir Iran, namun Amerika menghadang entitas Yahudi dan menghalanginya melakukan serangan itu. Dan hingga sekarang Amerika terus menghalangi entitas Yahudi… Kepala staf Angkatan Bersenjata Amerika, jenderal Martin Dempsey, pada 12 Agustus 2013 melakukan kunjungan ke entitas Yahudi untuk tujuan ini. Kantor berita KUNA Kuwait, pada 12 Agustus 2013, mengutip radio militer entitas Yahudi yang mengatakan bahwa, “Kunjungan Dempsey dilakukan beberapa hari setelah kunjungan perwakilan rahasia yang berlangsung selama satu minggu penuh, yang dilakukan oleh komandan persenjataan udara Amerika, Mark Welch “untuk Israel”, di mana kedua pihak tidak mau membicarakan sama sekali tentang pembahasan yang berlangsung di dalamnya. Kunjungan Welch pun tetap menjadi rahasia atas permintaan pihak Amerika. Ini terjadi di tengah ketegangan di kawasan dan dilatarbelakangi ancaman-ancaman Israel untuk menyerang Iran”. Kantor berita KUNA menambahkan, “Para analis yakin bahwa panglima angkatan bersenjata Amerika akan berusaha meyakinkan tuan rumah untuk tidak mengambil keputusan-keputusan dramatis di masa depan dalam jangka pendek terhadap Iran, untuk memberi kesempatan diplomasi setelah pengangkatan Hassan Rouhani sebagai presiden Iran”. Amerika mengijinkan Israel menyerang fasilitas nuklir Irak yang hampir jadi pada masa Shadam tahun 1981. Akan tetapi, Amerika menghalangi entitas Yahudi menyerang instalasi nuklir Iran yang mulai memurnikan Uranium hingga sampai pada kadar 20%. Ini menunjukkan adanya kepentingan Amerika menjaga rezim Iran yang bekerja untuk kepentingan Amerika di kawasan. Amerika ingin rezim Iran tetap menjadi momok yang ditakuti negara-negara teluk, sehingga pengaruh Amerika bisa kokoh di negara-negara ini. Amerika juga menggunakannya untuk menjaga pengaruhnya di kawasan dunia islami.
Dengan merujuk sedikit ke belakang, kita temukan fakta pembicaraan nuklir sudah sejak tahun 2003. Faktanya, Amerika memfokuskan pada sanksi-sanksi tanpa mengambil langkah-langkah riil menentang instalasi nuklir. Amerika menggagalkan Uni Eropa dan membuat marah negara Yahudi. Pada setiap kali berlangsung pembicaraan, Amerika menjatuhkan sanksi-sanksi tambahan sebagai solusi untuk masalah nuklir Iran tanpa langkah militer apapun. Amerika berulang-ulang melakukan intervensi untuk menenangkan ketakutan “Israel”. Amerika ingin rezim Iran tetap berdiri. Amerika ingin isu nuklir tetap memanas tetapi tidak sampai ke hulu ledak nuklir dan pada waktu yang sama tidak diselesaikan secara final. Akan tetapi seperti kami katakan, tetap sebagai momok yang menakutkan negara-negara teluk, sebagai batu pijakan bagi kelangsungan militer Amerika di teluk. Di samping itu, Amerika juga memanfaatkannya untuk membangun perisai rudal di Turki, dan di Eropa tengah dengan alasan menangkal senjata nuklir Iran dan menjaga Eropa dari nuklir Iran! Hal itu masih ditambah lagi dijadikan justifikasi peningkatan anggaran belanja kementerian pertahanan AS.
5. Adapun berkaitan dengan apa yang tampak berupa permusuhan di permukaan antara Amerika dan Iran, maka hal itu bisa dipahami sebagai berikut:
- Suasana dipanaskan dan opini umum dimobilisasi melawan Amerika sebelum dan sesudah revolusi. Amerika dianggap sebagai yang bertanggungjawab atas kesengsaraan bangsa dan Amerika dituduh mendukung Shah dan berbagai kezalimannya dan disifati sebagai setan terbesar. Karena itu, penguasa Iran tidak bisa mengumumkan kelanjutan pembicaraan di antara kedua pihak secara langsung dan melanjutkan hubungan diplomasi, khususnya bahwa kontak Amerika dengan Khomeini terjadi di Paris dan tekanan Amerika terhadap militer Iran supaya tidak ikut campur melawan Khomeini… semua itu bukan rahasia. Karena itu rezim Iran perlu mengadakan suasana panas dengan Amerika untuk mengadakan justifikasi duduk bersama Amerika. Insiden sandera di kedubes Amerika pada 4/10/1979 yang berakibat terjadinya pemutusan hubungan diplomasi antara Iran dan Amerika adalah untuk menguatkan sikap Khomeini dan memukul para penentangnya serta memberikan cover atas hakikat hubungan kedua pihak. Di kemudian hari sumber-sumber Amerika menyebutkan bahwa itu adalah pentas Amerika yang sudah diatur. Demikian juga Al-Hasan Banu Shadr, di dalam wawancaranya dengan Aljazeera yang sudah disebutkan di atas, menyebutkan bahwa, “Hal itu terjadi sesuai kesepakatan dengan orang-orang Amerika dan berasal dari perencanaan mereka dan bahwa dia menerima itu setelah Khomeini bisa diyakinkan dengannya”. Kedua pihak lalu menandatangani apa yang sudah dikenal sebagai perjanjian Aljazair pada 20/1/1981 dan dengannya sandera pun dibebaskan. Hal itu terjadi pada hari di mana Reagen menempati tampuk pemerintahan di AS. Amerika secara implisit mengakui rezim baru dengan pimpinan Khomeini ketika perjanjian itu menyatakan atas keterikatan kedua pihak saling menghormati dan tidak saling campur tangan dalam urusan masing-masing pihak dan menjaga kepentingan kedua negara dengan jalan menunjuk dan mewakilkan kepada pihak ketiga dan berikutnya dikembalikanlah 12 miliar dolar yang diminta oleh rezim baru Iran dari rekening Iran yang dibekukan…
- Penguasa di Iran telah bekerja sejak lama untuk menyiapkan suasana guna melanjutkan hubungan-hubungan ini. Di samping kontak-kontak rahasia di antara keduanya, kerjasama juga terjadi di antara keduanya, seperti yang diungkap para pejabat Iran sendiri, dan mereka terus berjalan dengan kondisi ini… Terus berlangsungnya kondisi ini telah memberi manfaat kepada keduanya. Di satu sisi, Iran tampil seolah-olah memusuhi Amerika untuk menutupi interaksi dan kemesraannya dengan Amerika dalam rencana-rencana imperialismenya. Iran bahkan menjadi antek Amerika untuk membantu jalannya rencana-rencana itu. Di sisi lain, Amerika tampil seolah-olah memusuhi Iran dan bekerja melawan Iran, sehingga bisa mengontrol orang-orang Eropa dan Yahudi dan menipu opini umum yang memusuhi Iran di Amerika dan Barat. Itu semua untuk merealisasikan kepentingan-kepentingan Amerika di kawasan. Sebagian penguasa, setelah pendeklarasian Republik, dituduh orang-orang Iran sebagai antek Amerika, semisal presiden Banu Shadr. Maka ia pun dijatuhkan, sebab ada kelompok kuat pada waktu itu yang menentang hubungan dengan Amerika dan bekerja untuk menjatuhkannya. Akan tetapi presiden Rafsanjani, telah terungkap hakikat hubungannya dengan Amerika, seperti kasus Iran Gate dan Iran Contra; tetapi ia tidak jatuh, sebab kelompok kuat tersebut pada waktu itu tidak ada. Setelahnya disusul presiden-presiden yang kadang disebut reformis moderat dan kadang disebut konservatif fundamentalis. Akan tetapi, tidak terlihat perubahan dalam politik Iran meski kadang-kadang pidatonya keras dan kadang lunak. Ungkapan-ungkapan dalam berbagai perkataan tidak diikuti perbuatan dan tidak ada realitanya. Demikian juga sikap Amerika terhadap Iran tidak berubah, bagaimanapun kerasnya seruan dari orang-orang Republik dan Iran yang dimasukkan dalam daftar negara poros kejahatan, atau betapapun lunaknya seruan dari demokrat. Amerika tidak pernah mengambil langkah tegas dan serius terhadap Iran. Ketika presiden baru Iran Rouhani membentuk kabinet, ia mengatakan, “Pemerintahannya akan mengadopsi politik luar negeri mencegah ancaman dan menghancurkan ketegangan” (Reuters, 12/8/2013). Ia memilih “Muhammad Jawad Zharif untuk jabatan menteri luar negeri, di mana dia adalah mantan duta besar di PBB yang mendapat pendidikan di Amerika Serikat dan berpartisipasi secara asasi dalam sejumlah putaran perundingan rahasia untuk berupaya mengatasi memburuknya hubungan antara Washington dan Tehran” (Reuters, 12/8/2013). Rouhani pasca pemilihannya, ia mengatakan dengan lebih gamblang, “Kami tidak ingin melihat ketegangan lebih panas antara Iran dan Amerika Serikat. Kami diberitahu hikmah bahwa kedua negara perlu berpikir lebih banyak pada masa depan dan berusaha duduk untuk mengadakan solusi bagi isu-isu terdahulu dan memperbaiki masalah” (Reuters, 17/6/2013). Maka presiden Obama menjawabnya dengan mengatakan, “Amerika Serikat tetap siap terjun dalam pembicaraan-pembicaraan langsung dengan pemerintah Iran dengan tujuan mencapai solusi diplomatis, yang bekerja secara penuh menghilangkan keterguncangan masyarakat internasional seputar program nuklir Iran” (Reuters, 17/6/2013). Itu artinya Iran ingin menghentikan tahapan berjalan rahasia dengan Amerika dan memulai tahap perjalanan terbuka dengan Amerika, akan tetapi dengan bentuk-bentuk yang berbeda di mana Iran menampakkan seorang-olah negara berpengaruh secara regional yang wajib disertakan dalam isu-isu kawasan.
6. Berdasarkan apa yang telah kami sebutkan di atas, maka kami simpulkan sebagai berikut:
Masalah mazhab yang tetapkan Iran sebagai mazhab resmi untuk rezim, maka itu tidak ditetapkan sebagai misi dan proyek yang diusungnya. Iran tidak membangun sistemnya di atas mazhab ini. Iran tidak menetapkan konstitusinya di atas asas mazhabnya ini. Pasal-pasal konstitusi Iran juga tidak diambil dari mazhabnya. Bahkan pasal-pasal mendasar yang berkaitan dengan sistem pemerintahan, politik luar negeri, dan berkaitan dengan militer dan keamanan diambil dari sistem kapitalisme. Ini menyerupai sistem Saudi yang memanfaatkan mazhab yang tersebar di negeri Hijaz “mazhab Hanbali” dan Nejad untuk meraih kepentingan-kepentingan rezim. Sedangkan politik luar negeri Iran adalah sejalan dengan kepentingan-kepentingan Amerika di kawasan; demikian juga di timur tengah raya dan negeri-negeri Islam. Misalnya, Tehran membantu Washington dalam merealisasi stabilitas bagi pendudukan Amerika di Irak dan Afganistan selama dekade lalu atau sekitar itu. Iran melalui partainya di Lebanon juga menggariskan landscape politik di Lebanon. Waktu belakangan ini bekerjasama untuk menjaga kontrol Amerika di Suria dengan jalan mendukung Asad. Berikutnya, Iran bekerja di Afganistan, Suria, Lebanon dan Irak untuk melayani kepentingan-kepentingan Amerika. Sedangkan di luar kawasan, maka bisa dikatakan Amerika berhasil mengeksploitasi perilaku Iran dalam menyebarkan program perisai rudal Amerika dan mengikat negara-negara Organisasi Kerjasama Teluk dalam perjanjian keamanan tak seimbang, demikian juga mendorong negara-negara teluk membeli persenjataan miliaran dolar dari Amerika karena khawatir terhadap Iran!
Jadi Iran berjalan bersama Amerika. Iran tahu kondisi itu dan batasan-batasannya. Iran tidak melampaui batasan-batasan itu, meski nada seruannya ditinggikan untuk menyesatkan atau menutupi fakta sebenarnya, seperti yang terjadi pada masa Ahmadinejad yang memperlihatkan bantuan besar untuk Amerika di Afganistan, Irak, dan Suria. Karena itu, Amerika memandang rezim di Iran sebagai pelayan untuk kepentingan-kepentingannya pada tingkat yang sangat tinggi, hingga para pembuat kebijakan di Amerika tidak melihat adanya alasan untuk mengubah rezim Iran. Inilah yang dinyatakan Robert Gates pada 12 Desember 2008 dalam Konferensi Keamanan Internasional di Bahrain seputar hubungan antara Amerika dan Iran dan apa yang seharusnya. Ia mengatakan, “Tidak ada seorang pun yang berusaha mengubah rezim di Iran… dan yang kami lakukan adalah menciptakan perubahan pada politik dan perilaku, di mana Iran akhirnya menjadi tetangga yang baik untuk negara-negara di kawasan, dan bukan menjadi sumber ketidakstabilan dan kekerasan”.
14 Syawal 1434 H
21 Agustus 2013 M
http://www.hizb-ut-tahrir.info/info/index.php/contents/entry_28435