Hizbut Tahrir Indonesia Melanjutkan Kehidupan Islam
Dr. Yasir Barhami , Wakil Ketua Dakwah Salafi mengatakan “Sebuah kelompok tidak cukup hanya mengumumkan pada masyarakat bahwa mereka ingin mendirikan Khilafah, jihad, muhasabah penguasa, atau kewajiban-kewajiban lainnya yang sudah lama hilang, namun juga harus melibatkan diri di dalamnya”. Ia menekankan bahwa “kelompok itu harus memiliki cara yang benar, aktivitas yang benar, dan sarana yang benar, di samping maksud dan tujuan yang benar”.
Itu adalah jawaban Barhami di situsnya “Shaut as-Salaf” atas pertanyaan: “Tentang bolehnya bergabung pada kelompok—yang di situs jejaring sosial—kelompok itu menyerukan pentingnya untuk bergabung bagi setiap muslim ke dalam kelompok itu dalam rangka mendirikan Khilafah dan jihad. Sebab keduanya adalah kewajiban syariah.” Barhami menjawab: “Kerjasama dalam hal kebenaran dan takwa adalah wajib. Namun tidak cukup hanya mengumumkan pada masyarakat bahwa mereka ingin mendirikan Khilafah, jihad, muhasabah penguasa, atau kewajiban-kewajiban lainnya yang sudah lama hilang, namun juga harus melibatkan diri di dalamnya. Bahkan harus meniliki cara yang benar, aktivitas yang benar, dan sarana yang benar, di samping maksud dan tujuan yang benar. Sebab tidak sedikit orang yang mengklaim keinginannya untuk tujuan baik, sementara kenyataannya tidak demikian.”
Sementara itu, Dr. Muhammad Abdul Qawi, Ketua Hizbut Tahrir—kelompok Islam terbesar yang menuntut penegakan Khilafah Islam—mengatakan bahwa “tidak diperbolehkan bagi siapa pun untuk mengharamkan bergabung pada kelompok yang menyerukan penegakan Khilafah Islam selama masih berdasarkan pada Al-Quran dan as-Sunnah.”
Ia menambahkan: “Mendirikan Khilafah Islam adalah kewajiban syariah yang ada dalam Islam. Untuk itu tidak boleh terlibat dalam aktivitas politik demi demokrasi. Akan tetapi harus beraktivitas demi menegakkan Khilafah Islam.” Ia menegaskan bahwa dakwah dan partai tidak mungkin menyerukan penegakan syariah tanpa Khilafah (almasryalyoum.com, 16/9/2013).
