HTI Press. Padang Sidempuan, Sumatera Utara selain dikenal sebagai kota salak karena banyaknya kebun salak, kota yang didominasi suku Mandailing-Angkola ini merupakan kota bersejarah yang punya akar Islam cukup kuat. Semangat perjuangan para Tuan Guru dan Abuya menolak kehadiran Belanda yang menjajah dan menyebarkan ajaran kristen, kini bergolak hidup kembali untuk memperjuangkan tegaknya Khilafah dan diterapkannya Syariah bukan saja di tanah batak Mandailing akan tetapi juga di seluruh bumi Alloh. Maka pada pagi 09.00 wib hari Minggu (22/09) bertempat di Pondok Pesantren al-Anshor Desa Manunggang Julu asuhan Buya Sahdi Ahmad Lubis, HTI Padangsidempuan melaksanakan agenda liqa’ syawal yang menghadirkan Ust. Junaidi ath-Thayyibi (DPP HTI) untuk menyampaikan kalimatul hikmah kepada para Abuya dan Tuan Guru di Padangsidempuan dan sekitar.
Alhamdulillah Liqa’ Syawal kali ini dihadiri beberapa Ulama dan Tokoh Padangsidempuan dan sekitar, seperti; Buya Sahdi Ahmad Lubis (Mudir Ma’had al-Anshor Manunggang Julu) sebagai shahibul bait, Buya Husni Musthafa Siregar (Mudir Ma’had al-Azhar Panyambungan), Buya Amsir Shaleh Siregar (Mudir Ma’had Darul Ikhlas Goti) dan Buya Muhammad Idris Nasution (Mantan Kandepag Padangsidempuan). Dalam sambutannya Ust. Abu Umar (DPD II HTI Padangsidempuan) menyampaikan kepada hadirin untuk bersungguh-sungguh bersama-sama dengan Hizbut Tahrir mendukung serta menyatukan langkah menegakkan Khilafah yang akan mensejahterahkan umat dan mendapatkan keridhaan dari Allah SWT. Kemudian dilanjutkan kalimatul hikmah oleh Gus Jun mengenai thariqah dan marhalah dakwah Hizbut Tahrir yang berusaha sedekat mungkin meniru thariqah dakwah Rasulullah yang digali dari Sirah-nya, serta mengajak para ulama untuk dapat ikut mengambil bagian dengan menjadi lisanul ummah menyampaikan Syariah dan Khilafah kepada umat juga kepada ahlul quwwah, agar berhenti menopang sistem thaghut Demokrasi dan beralih menopang sistem Khilafah, sebagaimana Mus’ab bin Umair ra yang berdakwah kepada para pemuka anshar yakni Sa’ad bin Muadz ra maupun Usaid bi Hudair ra sehingga menolong Rasulullah menegakkan Daulah Islam pertama di Madinah.
Testimoni menggugah semangat juang, juga disampaikan oleh Buya Husni dalam bahasa mandailing di hadapan 300 peserta liqa’ syawal intinya mengajak para hadirin untuk bersama dengan Hizbut Tahrir memperjuangkan Syariah dan Khilafah, karena Hizbut Tahrir layak memimpin umat, keikhlasan dan kelurusan perjuangannya telah beliau rasakan ketika beliau beserta beberapa ulama dari berbagai daerah bersama Hizbut Tahrir menggugat RUU ormas yang diskriminatif pada umat Islam, menurut beliau hanya Hizbut Tahrir yang serius menggalang opini dan dukungan baik dari kalangan umat maupun ulama untuk membatalkan pengesahan RUU Ormas, Hizbut Tahrir dengan sungguh-sungguh menjadi fasilitator beliau dan para ulama yang lain untuk dapat menyampaikan sikap penolakan langsung kepada DPR, dan Hizbut Tahrir tidak mengharapkan balas budi ataupun maksud terselubung sebagaimana partai politik yang ada saat ini selalu berharap pamrih dari umat terkhusus untuk menjelang pemilu.
Pada testimoni kedua Buya Amsir juga menegaskan, bahwa perjuangan Hizbut Tahrir untuk menegakkan Khilafah wajib didukung, serta mengajak hadirin juga untuk turut berjuang bersama tanpa lupa untuk selalu meningkatkan keimanan serta amal sholeh, agar pertolongan Alloh yang dijanjikan dalam usaha penegakan Khilafah semakin dekat. Terakhir liqa’ syawal ditutup dengan doa oleh Buya Idris. Pesan akhir dari kota Salak adalah umat harus salumpat saindege najuang tegaknya Khilafah. Wallohua’lam bi shawab.[]Abu Zahid