Intelektual Kampus Jember Inginkan Pendidikan Bebas Biaya Dan Berkualitas Dalam Naungan Khilafah Islamiyah
HTI Press-Jember. Ratusan intelektual kampus Jember memadati Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Jember untuk Seminar Pendidikan bertajuk “Meretas Pendidikan Murah Berkualitas, Komparasi Sistem Pendidikan Kapitalis vs Khilafah” Yang diselenggarakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Link Kampus Jember, Ahad, 22 September 2013. Tidak hanya dari kalangan mahasiswa dan dosen, seminar ini juga menarik perhatian pelajar dan guru.
Seminar ini menghadirkan tiga orang pembicara, yakni Ibu Lidya Ameliana S.Farm.,M.Si.,Apt. (dosen Fakultas Farmasi UNEJ dan Aktivis Muslimah HTI Link Kampus Jember), Ibu Dwi Nur Rifatin Oetami, SE. (dosen Politeknik Negeri Jembe dan Koordinator Muslimah HTI Link Kampus Jember) dan drg. Luluk Farida (Koordinator Lajnah Khusus Mahasiswa Muslimah HTI). Dengan dipandu ustadzah Rusmiati, Amd., seminar berjalan interaktif, fokus dan mendapat respon positif dari peserta.
Pada kesempatan pertama Ibu Lidya memaparkan tentang potret buram di Indonesia. Dalam penjelasannya beliau menggambarkan kondisi ironis di tengah-tengah mahalnya biaya pendidikan, terdapat sejumlah persoalan mulai dari rumitnya operasionalisasi pendidikan, fasilitas tak terawat dan rusak, rendahnya angka partisipasi sekolah apalagi angka partisipasi kuliah, plagiarisme intelektual, problem generasi yang mencoreng dunia pendidikan, bongkar-pasang jurusan, gonta-ganti kurikulum, hingga jauhya korelasi karya intelektual dengan kebutuhan pemecahan masalah umat.
Menegaskan persoalan tersebut, Ibu Oetami menekankan adanya kapitalisasi pendidikan di Indonesia pada pemaparan materi kedua. Menurutnya, potret buram pendidikan Indonesia disebabkan oleh arus kapitalisasi global yang mencengkram Indonesia. Hasil-hasil dari General Agreement on Trade in Services yang “wajib” dirativikasi oleh Indonesia sebagai negara anggota WTO, merubah pendidikan menjadi entitas bisnis dan ilmu sebagai komiditas yang diperdagangkan di dunia internasional. Hal ini menuntut lepasnya campur tangan pemerintah dalam pendidikan, dan merubah pengelolaan pendidikan menjadi industri. Komoditisasi ilmu, pendidikan sebagai investasi dan liberalisasi pendidikan, inilah tata kelola pendidikan ala kapitalisme, tegas Beliau. Lebih lanjut beliau memaparkan bahwa dengan model pengelolaan yang demikian telah mempengaruhi mindset masyarakat sedemikian hingga, menjadi masyarakat yang pragmatis, termasuk kalangan para pendidik dan struktural sekolah dan kampus.
Mengawali pemaparan materi ketiga, ustadzah Luluk menjelaskan tentang judul materi yang disajikannya bahwa Khilafah tidak mewujudkan pendidikan murah, melainkan pendidikan bebas biaya dengan kualitas yang diakui dunia. Sontak penjelasan tersebut mengundang tawa para peserta, tanda setuju. Sebelum menjelaskan lebih dalam tentang isi materi, Beliau memperkenalkan sosok-sosok unggul generasi muslim di masa Khilafah Islamiyah yang intelektualitas, kefaqihan dalam agama dan kepribadian Islam serta kepemimpinannya diakui dunia, seperti Muhammad al-Fatih, Ibnu Sina, 4 Imam Mazhab, dll. Menurutnya, sosok-sosok tersebut adalah produk pendidikan yang dikelola oleh negara yang memiliki visi memimpin peradaban dengan kemuliaan, yaitu Khilafah Islamiyah. Hal tersebut dibuktikan dengan pendapat obyektif dari tokoh-tokoh dunia tentang keagungan Khilafah Islamiyah, lanjutnya. Praktis penjelasan tersebut memunculkan kekaguman para peserta pada Khilafah Islamiyah.
Lebih dalam ustadzah Luluk mengulas bahwa Islam meletakkan tanggung jawab pendidikan, keamanan, kesehatan dan kesejahteraan pada Negara atau Penguasa, bukan pada individu sebagaimana Kapitalisme. Dengan pengaturan yang demikian, warga negara Khilafah Islamiyah bisa fokus menuntut ilmu, mengembangkan pengetahuan dan penciptakan karya-karya intelektual yang kontributif bagi kebutuhan umat dan negara TANPA beban. Hal ini kontras dengan Kapitalisme yang membebani rakyat dengan kesulitan hidup di berbagai sisi, yang meniscayakan rendahnya kualitas keilmuan dan rendahnya taraf hidup masyarakat.
Bagaimana Khilafah bisa mewujudkan pendidikan bebas biaya berkualitas, tidak lain ditopang oleh sistem ekonomi dan sistem politik Islam sebagai supra sistem dari seluruh pengaturan kehidupan, lanjutnya. Beliau mengilustrasikan penghitungan kekayaan alam Indonesia dengan sistem ekonomi Islam yang menyejahterakan dan menjadikan Khilafah kaya raya, versus penghitungan APBNP Indonesia yang defisit akibat menerapkan sistem ekonomi Kapitalis yang menghalalkan penjualan aset-aset publik seperti Sumber Daya Alam, Energi dan Mineral. Beliau pun menegaskan bahwa sistem politik Demokrasi sebagai penopang sistem Kapitalisme, sehingga tidak dapat dicangkokkan dalam Khilafah Islamiyah.
Setelah pemaparan materi yang ketiga, dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab. Para peserta antusias memberikan respon berupa pertanyaan. Seorang peserta bernama Eka, mahasiswa FKIP Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Jember angkatan 2013 mengungkapkan “saya berterimakasih pada Hizbut Tahrir yang telah membuat saya muak pada Kapitalisme.” Menanggapi berbagai pertanyaan, Ustadzah Luluk memberikan apresiasi dan mendorong para peserta untuk mendalami Islam secara kaaffah dan mengikuti forum-forum yang mampu menambah pemahaman tentang sistem Khilafah. Menutup acara inti, Ustadzah Rusmiati selaku moderator memberikan pertanyaan kepada para peserta “Apakah Sistem Pendidikan Kapitalisme ataukah Sistem Pendidikan dalam Khilafah yang anda mau?”. Dengan semangat para peserta menjawab “Khilafah!”. Lebih lanjut Ustadzah Rusmiati bertanya “Apakah anda mau berkontribusi dalam mewujudkan sistem Khilafah?”. Serentak para peserta menjawab “Mau..!”.
Buang Sekulerisme! Enyahkan Kapitalisme! Sistem busukk yang telah membuat hidup kita jadi terkutukk !!