DPD 2 HTI Kota Bogor, kedatangan tamu Walikota dan Wakil Walikota Bogor terpilih, Bima Arya dan Usmar Hariman bersama dua asisten mereka ke sekretariat HTI kota Bogor di Jalan Pandu Raya, No. 73 Bogor, pada Jum’at (27/9/13) kemarin.
Rombongan disambut hangat oleh Gus Uwik (Ketua DPD), M. Irfan, Ketua Lajnah Fa’aliyah (LF)/satuan bagian kontak/hubungan luar, Ray Iskandar (LF), Farid Noor (LF), dan Firmansyah Abu Zaky (LF).
Dalam kesempatan tersebut, Gus Uwik menyampaikan satu permasalahan yang harus dikawal hingga akhir pasca Pilwakot, yakni proses kepemimpinan walikota yang baru dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat Kota Bogor. “Jangan sampai, walikota yang baru tidak ada bedanya dengan walikota yang lama,” jelasnya.
Menurut Gus Uwik, motivasi dari silahturahmi adalah untuk merealisasikan Hadits Nabi dari Tamim bin Aws yang meriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW. pernah bersabda: “Agama adalah nasihat.” Kami berkata: “Kepada siapa?” Beliau menjawab: “Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Pemimpin umat Islam dan kepada masyarakat kamu.”
Selain itu, Rasulullulah SAW juga pernah mengingatkan dengan sabdanya dalam hadist riwayat Bukhari; ‘Tidak ada seorang nabi diutuskan Allah dan tidak ada pula seorang pemimpin yang diangkat kecuali mereka mempunyai dua jenis teman rapat; teman rapat yang menyuruhnya dan yang mendorongnya berbuat kebaikan dan selalu mendorongnya untuk berbuat baik sedangkan teman yang satu lagi menyuruhnya membuat kejahatan serta mendorongnya berbuat kejahatan. Orang yang terpelihara sebenarnya ialah orang yang mendapat jagaan dan pemeliharaan daripada Allah SWT.’
“HTI ingin menjadi teman rapat yang menyuruh dan mendorong berbuat kebaikan,” jelas Gus Uwik kepada Bima Arya dan Usmar.
Lebih lanjut tokoh muda bogor ini menjelaskan, bahwa ada penjelasan menarik yang disampaikan oleh Imam Ghazali.
Menurutnya, dunia adalah ladang akhirat. Agama tidak akan sempurna kecuali dengan dunia. kekuasaan dan agama adalah kembaran.
Agama adalah tiang sedangkan penguasa adalah penjaganya. Bangunan tanpa tiang akan roboh dan apa yang tidak dijaga akan hilang. Keteraturan dan kedisiplinan tidak akan terwujud kecuali dengan keberadaan penguasa.
Inilah yang menjadi alasan kenapa pemimpin itu memiliki amanah lebih berat dibanding lainnya. Semakin tinggi cakupan kepemimpinannya semakin berat amanahnya.
Hal ini juga diperjelas dengan sabda Rasulullah SAW dalam hadist riwayat Bukhari-Muslim yang menyatakan, bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan karenanya akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Amir adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka.
Lelaki adalah pemimpin di tengah keluarganya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan atas anak-anaknya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentangnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang itu. Dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.
“Sungguh jabatan kepemimpinan tidak hanya diminta pertanggungjawaban ketika di dunia saja, seperti tatkala LPJ di dewan. Namun seharusnya yang lebih dipersiapkan lagi adalah pertanggungjawaban di akhirat kelak. Sebab dihadapan Allah tidak ada yang bisa disembunyikan sedikitpun,” jelas Gus Uwik.
Menanggapi hal tersebut, Bima menyampaikan banyak terima kasih dan menjelasakan bahwa kunci perubahan yang ingin dilakukan Bima-Usmar adalah adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya.
‘The Right Man and the right Place’. Implementasi teknis akan kami jabarkan dalam program 100 hari kepemimpinan.
“Pembenahan akan kami lakukan secara menyeluruh mulai dari persoalan kemacetan, angkot, PKL, pendidikan, pelayanan publik, dan lain-lain. Program 100 hari minimal member arah yang jelas bagi proses perubahan yang ada,” ungkapnya.
Ditanya bagaimana sikapnya terkait persoalan GKI Yasmin oleh HTI, Bima Arya menjawab, akan didudukkan perkara itu sesuai dengan aturan yang berlaku, tidak akan mungkin membuat keputusan yang radikal soal GKI Yasmin, tanpa konsultasi dengan kalangan Ulama, dan tokoh-tokoh Islam serta yang lainnya.
Oleh karena itu, menurut HTI agar menjadi pemimpin yang selamat dunia dan akhirat ada dua hal yang perlu dan wajib dilakukan.
“Pertama adalah menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri tauladan dalam kepemimpinan. Ingatlah firman Allah dalam QS al-Ahzab ayat 21 yang mengatakan bahwa Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah,” jelas Gus Uwik.
Sedangkan hal kedua adalah menjadikan syariah Islam sebagai landasan utama dalam menjalankan kepemimpinan. Hal ini diperlukan sebagaimana sabda Rasul “Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya,”
“Jika dua hal di atas maka Insya Allah seorang pemimpin akan selamat dunia-akhirat,” tegas Gus Uwik.
Lebih lanjut Gus Uwik menghimbau kepada Walikota Bogor terpilih agar meneladani Khalifah (kepala negara – red) Umar bin Khattab. Di suatu malam, Umar bin Khattab yang di temani seorang pengawalnya yang melakukan sidak rutin tiap malam ke seluruh masyarakat dengan berjalan kaki. Hingga bertemu dengan seorang ibu yang menanak batu untuk meredakan tangis anak-anaknya yang kelaparan karena sudah tidak mempunyai makanan sedikitpun. Melihat kondisi tersebut, Umarpun pamit dan bergegas menuju baitul mal. Sampai di baitul mal, Umar mengambil sekarung gandum dan memikulnya sendiri. Melihat sang Khalifah memikul gandum, pengawalnya berusaha memberikan tawaran kepada umar agar gandum itu di berikan kepadanya. Dengan singkat umar menjawab, “Apa kamu sanggup memikul dosa-dosaku di akhirat nanti.”
“Sungguh, cerita Umar di atas seharusnya menjadi ibroh, bukan hanya karena sosok Umar saja yang menjadikan pemerintahan berjalan dengan baik dan menyejahterakan namun juga karena sistem Islam yang diterapkan Umar. Maka, HTI yakin bahwa Bogor akan lebih baik jika syariat Islam diterapkan secara kafffah dalam pemerintahan,” jelas Gus Uwik.
Diakhir silaturahmi M Irfan (Ketua LF) kembali mengingatkan Bima Arya tentang gerakan perubahan, “Gerakan perubahan hakiki, bukanlah gerakan yang hanya berkutat pada soal materi dan fisikal saja. Namun gerakan perubahan akan berhasil dengan sempurna jika melalui perubahan Mindset (pemikiran).
Dan pemikiran yang bisa merubah kearah perubahan hakiki dan benar adalah pemikiran Islam,” imbuh Irfan.
Selanjutnya Bima Arya menegaskan, di akhir diskusi dan silaturahmi tersebut bahwa dia bersama seluruh tim, Insya Allah akan mencoba melakukan langkah praktis dengan empat kata “Konservatif Fisik, Progresif Moril”.
“Dan kuncinya adalah pada kita semua sebagai bagian masyarakat. Maka kami Bima-Usmar akan sangat mempersilakan siapapun memberi saran, nasehat, kritikan, masukan dan pandangan terhadap kami. Dan kami berharap HTI menjadi salah satu unsur yang bisa menyampaikan hal tersebut kepada kami nantinya,” ungkap Bima. (bogorplus.com, 28/9/2013)