HTI Press, Bogor. Selasa pagi, (1 Oktober 2013) pengurus DPD 2 HTI kota Bogor, yang dipimpin langsung oleh Gus Uwik (Ketua DPD), bersama rombongan dari Lajnah Fa’aliyah seperti M. Irfan (Ketua LF), Ray Iskandar (LF) dan Firmansyah Abu Zaky (LF) diterima oleh Komandan Distrik Militer (Dandim) 0606 Kota Bogor, Kol. Inf. Hendi Antariksa di ruangannya. Dandim ditemani oleh Mayor Purnomo, Kapten M. Rahmat, Kapten Tendi Rustendi (Danramil Bogor Tengah) dan Kapten Iqbal (Psi Intel).
Dalam sesi awal, Dandim Kol. Inf. Hendi Antariksa memperkenalkan masing-masing jajarannya kepada pengurus DPD 2 HTI Kota Bogor, sekaligus menceritakan perjalanan serta karirnya sehingga beliau diamanahi memimpin Kodim 0606 Kota Bogor.
Perwira lulusan akademi militer yang juga pernah di Kopassus selama 12 tahun ini mengatakan, “Saya yang kurang lebih 2 minggu lagi akan pindah tugas, amat mencintai pekerjaan saya yang diamanahi memimpin kodim di kota Bogor ini. Walaupun saya bukan orang Bogor, namun saya sangat mencintai kota Bogor ini dan siap berkorban untuk kebaikan kota Bogor. Jangan ragukan keikhlasan kami untuk membangun kota Bogor. Dan saya sangat terima kasih kepada kawan-kawan HTI bisa berkunjung ke tempat kami,” ungkap Hendi, lelaki kelahiran Cimahi ini.
Di kesempatan itu Gus Uwik menyampaikan ucapan terima kasih karena HTI kota Bogor bisa diterima secara hangat dan ramah oleh Pimpinan dan staf Kodim 0606 kota Bogor.
Selain itu, tokoh muda Bogor ini juga menjelaskan bahwa salah satu tujuan silahturahmi ke Kodim kali ini adalah untuk sharing bagaimana Bogor ke depan lebih baik. HTI Kota Bogor selama ini telah ikut terlibat aktif dalam memberi solusi atas permasalahan kota Bogor, mulai dari tawuran pelajar, pergaulan bebas, kenaikan tarif PDAM, penyakit sosial, mirah, prostitusi, gratifikasi seks, dll.
“HTI ingin menjadikan Bogor menjadi lebih baik. Dan kami yakin Bogor lebih baik jika dikelola dengan syariah. Dan jangan pula ragukan keikhlasan kami dalam berjuang agar Bogor menjadi lebih baik,” jelasnya.
Selanjutnya Gus Uwik menyampaikan bahwa TNI tidak mungkin dapat dipisahkan dari umat Islam, karena memang sejatinya TNI lahir dari kandungan umat Islam. Sebagaimana yang disampaikan oleh Pak Mansur Suryanegara (ahli sejarah – red) bahwa pasukan yang tergabung dalam PETA (Pembela Tanah Air) ternyata sebagian besar berasal dari kalangan ulama dan santri.
“Ini membuktikan bahwa antara TNI dan Umat Islam tidak bisa dipisahkan. Belum lagi terbentuknya BKR, TKR dan akhirnya TNI tidak lepas dari umat Islam. Oleh karena itu, kami melihat ada upaya dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang ingin membenturkan antara Tentara dengan umat Islam. Mereka tidak ingin negeri muslim terbesar di dunia ini aman dan damai.,” jelas tokoh Muda Bogor ini.
Perwira yang juga pernah menjadi komandan pasukan perdamaian PBB di Libanon Selatan ini kemudian mengatakan, “Siapa yang berupaya membenturkan antara tentara dan umat Islam itu, kami sendiri belum mengetahuinya, karena mana mungkin tentara yang lahir dari rakyat akan menzalimi rakyatnya sendiri,” jawabnya.
Pak Dandim ketika di tanya tentang pandangannya mengenai HTI, beliau menjawab bahwa sejauh yang diketahui dan dipahami tidak ada kekhawatiran soal HTI. Sebab TNI memandang semua organisasi Islam itu mengajarkan kebaikan. Orang kadang salah menilai ketika sudut pandangnya berbeda. “Jadi saya tidak pernah menganalisa tentang HTI sebagai organisasi yang berpotensi sebagai ancaman,” tegasnya.
Selanjutnya Gus Uwik menjelaskan mengenai aktivitas HTI di tengah-tengah umat kepada jajaran Kodim Kota Bogor tersebut. Sebab banyak masyarakat yang salah tangkap terhadap HTI. HTI dikenal sebagai organisasi yang radikal dan garis keras hanya gara-gara sering demonstrasi. “Kegiatan itu hanya merupakan sebagian kecil dari aktivitas HTI. Yang justru banyak kami lakukan di tengah-tengah umat adalah melakukan pembinaan, kontak ke tokoh-tokoh, seminar, diskusi bahkan audiensi seperti ini. Ini semua dalam rangka menyebarkan opini Islam sebagai solusi seluas-luasnya, baik kepada para tokoh, sipil maupun militer,” jelasnya.
Oleh karenanya, Gus Uwik yakin bahwa Indonesia akan jauh lebih baik, jika diterapkan Syariat Islam (hukum Allah). Sebab aturan tersebut datang dari Dzat Yang Maha Baik pula. Selain itu juga telah terbukti hampir selama 13 abad lamanya diterapkan oleh institusi politik, Khilafah Islamiyah yang mampu menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.
“Akan lebih bagus lagi jika Militer mendukung perjuangan ini. Karenanya banyak contoh Panglima Militer yang juga menjadi pejuang agama Allah, seperti Panglima besar Jendral Sudirman, Pangeran Diponegoro di Nusantara dan contoh di masa Rasulullah adalah Sa’ad bin Muadz, dan dimasa keemasan Islam seperti Shallahuddin al-Ayyubi dan Sulthan Muhammad al-Fattih,” jelas Gus Uwik.
Di akhir diskusi tersebut, Dandim 0606 Kota Bogor, Kol. Inf. Hendi Antariksa mengatakan, “Kami paham betul apa yang disampaikan Gus Uwik dan teman-teman dari HTI, namun kami menilai kuncinya adalah kemajemukan. Yang penting ke depan adalah, sekarang negeri kita seperti ini, kita tunggu saja nantinya. Karena seorang prajurit hanya akan tunduk dan patuh terhadap aturan dan hukum yang berlaku di negerinya,” ungkap Dandim. [] Fir