Terungkap : Rencana Rahasia MI6 Untuk Membantu Kolonel Gaddafi Untuk Kabur dari Libya

Sebagaimana diberitakan oleh www.telegraph.co.uk (27/9)  Pemerintah Inggris sangat khawatir bagaimana cara memindahkan diktator Libya selama terjadinya konflik Libya.

Andrew Mitchell, yang kemudian menjadi Sekretaris Pembangunan Internasional, dikirim untuk membangun kontak rahasia dengan rezim kontroversial itu di Guinea Ekuatorial.

Rencana itu tidak pernah dijalankan karena Gaddafi tewas pada bulan Oktober 2011, meskipun selalu ada spekulasi bahwa hal ini akan terjadi seandainya dia meninggalkan negara itu.

Rincian strategi untuk keluar bagi Gaddafi diungkapkan dalam buku ‘In It Together’ yang ditulis oleh Matthew d’ Ancona. Buku yang akan terbit secara berseri di harian Sunday Telegraph pada akhir pekan ini didasarkan pada wawancara dengan tokoh-tokoh kunci Pemerintah dan mengungkapkan rincian yang hingga kini tidak diketahui tentang saat-saat penting bagi Koalisi.
Dalam bab yang ditulis mengenai krisis Libya, d’ Ancona menjelaskan rencana rahasia untuk menyelundupkan Gaddafi keluar dari Libya – untuk menciptakan salah satu pilihan yang akan mengakhiri pertumpahan darah karena perlawanan dari rakyat Libya.

Karena pemerintahan Kolonel Gaddafi runtuh pada tahun 2011, MI6 siap untuk memindahkan sang diktator ke negara kecil di Afrika barat, yang tidak mengakui Mahkamah Pidana Internasional.

Saat pasukan NATO membom Libya pasca Revolusi Arab, para pejabat Inggris memperdebatkan pilihan bagi pemimpin Libya itu.

Juga dipertimbangkan sebuah tempat yang aman di dalam negeri Libya, namun ditolak karena hal ini tidak mungkin diterima oleh Dewan Transisi Nasional Libya.

“Ada tanda-tanda bahwa sang Kolonel mungkin menerima pengasingan internal – selama dia diizinkan untuk mendapatkan perlindungan memadai yang memastikan keamanannya, ” tulis d’ Ancona. “Namun, hal ini dianggap sebagai tidak praktis . ”

Karenanya, Kantor Kabinet dan MI6 “mempersiapkan strategi keluar bagi Gaddafi seandainya perlu baginya untuk mencapai kesepakatan untuk mengakhiri konflik.”

Idi Amin, diktator Uganda, misalnya, dalam sisa hidupnya tinggal di Arab Saudi. Guinea Ekuatorial adalah negara “kaya minyak tapi sangat korup” , yang dipilih bagi Kolonel Gaddafi .

Walaupun Inggris tidak memiliki hubungan bilateral dengan Guinea Ekuatorial, yang memberikan hanya sejumlah kecil bantuan, Mitchell “mampu membantu para pejabat negara itu untuk untuk diberikan tugas atas kemungkinan rencana tersebut, dan membantu membuat kontak yang diperlukan di ibukota, Malabo, dan di tempat lain” .

Guinea Ekuatorial “dipilih sebagai rumah peristirahatan yang prospektif “, menurut buku itu.

Pada akhirnya, Kolonel Gaddafi dibunuh oleh para pejuang yang melawannya saat dia mencoba melarikan diri dari Sirte pada Oktober 2011. Diyakini bahwa dia sedang menuju perbatasan Niger pada saat kematiannya.

Konvoi 50 mobilnya diserang oleh pesawat-pesawat NATO sebelum para pejuang menyerangnya. Kolonel Gaddafi harus menghadapi kemarahan dari rakyatnya, berakhir tragis , disiksa sebelum dia dibunuh.

Sebelumnya telah dilaporkan bahwa Kolonel Gaddafi sedang dikawal oleh sekelompok pengawal pribadi dari para pejuang Afrika Selatan ketika dia diserang.

Salah satu orang dari Afrika Selatan itu kemudian mengklaim bahwa mereka percaya usaha melarikan diri itu adalah dengan dukungan diam-diam dari negara-negara Barat.

Namun, kelompok itu disergap dalam serangan udara berkelanjutan dari pesawat-pesawat tempur Perancis dan serangan darat dari para pejuang.

Guinea Ekuatorial menjadi terkenal setelah upaya kudeta yang gagal tahun 2004 yang dipimpin oleh Etonian Simon Mann.

“Kudeta Wonga “ gagal setelah sekelompok tentara bayaran ditangkap di Zimbabwe sesaat sebelum melancarkan serangan.

Meskipun ICC telah mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Kolonel Gaddafi, penolakan Guinea Ekuatorial untuk mengakui kewenangan pengadilan akan terus membuat Kolonel Gaddafi di luar jangkauan hukum internasional.

Diyakini bahwa sebagian tentara bayaran yang terlibat dalam kudeta Guinea Ekuatorial juga terlibat dalam upaya untuk mengeluarkan Gaddafi.

Crause Steyl, seorang pilot dan pernah menjadi mitra bisnis Sir Mark Thatcher, mengaku dia diminta, setelah kematian diktator Libya itu, untuk menerbangkan para tentara bayaran yang terdampar – para mantan tentara dan polisi Afrika Selatan – keluar dari misi “yang sudah sangat salah” itu. Steyl tidak terlibat dalam upaya penyelamatan Libya.

Dr Julian Lewis, anggota parlemen dari partai Konservatif untuk New Forest East, mengatakan bahwa nasib Kolonel Gaddafi mungkin menjadikannya lebih sulit untuk bernegosiasi dengan para diktator di masa depan.

“Sementara tidak ada seorangpun yang perlu meneteskan air mata baginya, nasib Gaddafi tidak akan mendorong tiran lain untuk menerima dorongan Barat untuk berpaling dari terorisme. Jika anda tidak memberikan diktator semacam itu cara yang memungkinkan untuk keluar, mereka tidak akan rugi jika nasibnya berakhir dengan pahit, ” kata Dr Lewis. (rz/khilafah.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*