HTI Press. Purwokerto- (6/10) Orde lama telah runtuh dengan dikeluarkannya Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) yang diusung oleh para mahasiswa yang mencerminkan ketidak puasan masyarakat terhadap pemerintahan. Tidak jauh berbeda dengan tumbangnya Orde baru pimpinan rezim Soeharto yang penuh dengan praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) tidak luput dari peran mahasiswa dalam merubah keadaan yang tidak bersahabat dengan rakyat. kedua masa tersebut nasibnya tidak jauh berbeda, karena kedzaliman yang terjadi pada masa itu sudah sangat menyengsarakan rakyat, sehingga memicu semangat dan idealisme mahasiswa untuk melakukan perubahan.
Tidak salah jika mahasiswa dikatakan sebagai agen of change, yang selalu ingin merubah keadaan menjadi lebih baik. Reformasi, masa yang kita jalani sekarang ternyata tidak berbeda dengan masa-masa sebelumnya yang tumbang ditangan mahasiswa, perampokan terjadi dimana-mana, korupsi semakin meluas, dan berbagai bentuk kedzaliman yang lain pun semakin banyak. Sayangnya mahasiswa kini telah dibutakan dengan kondisi yang ada, mereka menjadi mahasiswa Hedonis, Pragmatis, dan hanya menjadi budak-budak intelektual para pemodal saja untuk dijadikan pekerjanya. Semangat dan idealisme mereka direduksi digadaikan dengan kesenangan sesaat, sehingga tidak memiliki keinginan untuk melakukan perubanah dan merubah kondisi yang ada.
Gerakan Mahasiswa Pembebasan daerah Purwokerto menggelar Training Pembebasan sebagai jawaban kondisi yang terjadi saat ini, dimana kebanyakan mahasiswa sudah tidak perduli lagi dengan kondisi sekarang dan enggan untuk melakukan perubahan. Acara yang dilaksanakan hari Sabtu dan Ahad, 5-6 Oktober lalu di daerah Sumbang berusaha untuk membangkitkan kembali semangat, keberanian, dan ideologi mahasiswa yang sekarang hilang untuk melakukan sebuah perubahan.
Ketika dipaparkan tentang materi way of life, para peserta training mulai terbuka pikirannya tentang hakikat kehidupan, dan mulai tersadar akan kondisi yang sedang terjadi sekarang, akan peran mereka sebagai agen perubahan, akan peran mereka sebagai iron stok. Saat sesi diskusi tentang kondisi umat saat ini, dan solusi yang sesuai untuk memecahkan masalah tersebut mereka sepakat bahwa masalah yang terjadi adalah karena kerusakan sistem yang diterapkan sekarang dan solusi dari masalah tersebut adalah menganti sistem sekarang dengan sistem kehidupan yang sudah diberikan oleh sang pencipta manusia yaitu diterapkannya hukum syara. Sahutan takbir terdengan dari para peserta ketika mendapatkan solusi dari masalah yang terjadi sekarang. Semangat, ideologi dan keberanian untuk melakukan perubahan kini hadir kembali dalam diri para mahasiswa tersebut.[]